MEMORI CINTA

Ketika sahabat akan ada selalu untuknya, berkorban untuk dirinya dan menjadi pendengar yang baik untuk setiap keluh kesahnya, bahkan tangisan yang memecah sepinya kamar itu, sahabat akan selalu menemani sepenuh hati. "Din...kenapa Raka pergi tanpa sepatah kata pun, dia seperti tak memiliki keraguan menjauhiku" Mita terisak-isak dipelukan Dina, "Tenanglah, tidak ada yang tahu kemana Raka sebenarnya, pada waktunya nanti semua jawaban dihatimu akan menemukan jawabannya".

***

Ketika waktu terus bergulir dengan cepat, saat itu pun kepedihan di hati perlahan mulai menghilang, bayangan cinta dari masa lalu pun seakan memudar dalam ingatan. Mita telah kembali menjadi gadis periang dikampus, wajahnya yang cantik tambah begitu ceria, kulitnya putih begitu memancar, penampilannya semakin terlihat dewasa, rambutnya sekarang hanya sebahu, badannya tinggi semampai tampak begitu feminim dengan rok hitam selutut, dengan kemeja putih yang terlihat sedikit ketat, berjalan dengan anggun menyusuri lorong demi lorong kampus, sehingga mampu membuat semua mata tertuju padanya, agak sedikit berbeda dengan penampilan beberapa tahun lalu, kini Mita sudah bisa memakai high heels, apa semua perubahan ini, karena Raka ataukah karena hari itu adalah sidang skripsinya.

"Hai...hai, ada apa ini, sepertinya langit tiba-tiba berubah warna ya" sapa Dina, yang hari itu juga tampak berbeda, rambut panjang yang biasanya tergerai indah, kini diikat dengan rapi kebelakang, kemeja putihnya tampak begitu pas dengan tubuhnya yang ramping dengan rok hitam diatas lutut, high heels nya pun tak kalah tinggi, wajahnya begitu manis, tak salah kalau dua gadis ini menjadi sosok perhatian, apalagi dengan make up minimalis yang menghiasi wajah mereka, sedikit berbeda dari kesehariannya yang selalu apa adanya.

"Hai..hai kau juga tampak beda, air laut sepertinya berubah rasa" seru Mita.

"Mit, siapkan sidang hari ini?" tanya Dina.

"Siap, kamu?".

"Siap"

"Eh, ini cuma kita doang ya, yang berpakaian resmi seperti ini, masa yang lain pake celana" bisik Mita.

"Biarlah...anggap saja sedang make over".

Mita tertawa geli, "hihi..tapi asyik juga diperhatiin seperti ini".

"Heh, jaga sikap jangan cegegesan, kan kita lagi berubah feminim".

"Oh iya...lupa".

Sidang skripsi berjalan dengan lancar, tanpa hambatan sedikit pun, tawa bahagia terus terpancar dari dua gadis ini, ketika seminggu berlalu hasil ujian akhir itu terpampang dipapan pengumuman kampus, yang menyatakan mereka menjadi beberapa mahasiswa yang lulus dengan hasil sangat memuaskan.

Tak sampai disitu, tawaran pekerjaan pun datang kepada mereka, bekerja disebuah perusahaan properti terbesar, "Saya ingin kalian bekerja diperusahaan, datanglah besok dan temui wakil direktur disana, dia anak saya" ucap salah seorang pemilik kampus, "Terima kasih pa, saya akan bekerja dengan baik" ucap Mita dan Dina bersamaan.

***

Kebersamaan selama tinggal dikos dan kampus yang sama, ternyata membuat takdir Mita dan Dina untuk kembali bersama disebuah perusahaan dan ruangan bekerja yang sama. Tapi mereka tak sadar kalau telah jatuh cinta kepada pria yang sama, dia adalah Rio manajer keuangan yang juga atasan mereka, dan pria ini ternyata adalah putra kedua sang pemilik kampus yang menawari mereka pekerjaan, sedangkan wakil direktur yang pertama mereka temui adalah putra pertamanya.

Mita selalu bercerita telah menemukan pria yang dia sukai dikantor tanpa menyebutkan namanya, begitu pun dengan Dina, terkadang mereka selalu berkhayal akan menikah secara bersama, tapi mereka tak menyadari sosok yang mereka sebutkan adalah orang yang sama.

Ditempat lain (sebuah restoran makanan italia), Rio, lelaki yang sedang dibicarakan Dina serta Mita, sedang asyik mengobrol dengan seorang lelaki yang tak kalah tampan darinya, sepertinya sudah lama mereka tak bertemu, wajah mereka tampak sama, tampan dan berhidung mancung, kulit mereka putih, tubuhnya begitu atletis, karena mereka rajin fitnes, mereka benar-benar sangat sempurna sebagai lelaki idaman, buktinya selama mereka ditempat itu semua mata perempuan tertuju padanya. 

"Hai..mau sampai kapan kau menjomblo?" tanya lelaki itu.

"Rasanya sebentar lagi berakhir, gw sudah menemukan perempuan yang pantas menjadi seorang istri" jawab Rio begitu pasti, dengan bayangan sosok perempuan dalam benaknya.

"Apadia dari hasil perjodohan bokap lo, atau....."

"Dia bawahan gw dikantor, seorang gadis mantan mahasiswa bokap gw"

"Haha..berarti ga jauh-jauh dari kriteria calon menantu idaman bokap lo dong"

"Sudah jodoh mungkin"

"Semoga lo bahagia Rio.."

***

Sebuah rumah sedang merayakan hari kelahiran, saat masuk tak ada yang istimewa, hanya mobil-mobil yang berjajar rapi dihalaman rumah, orang-orang berlalu lalang dengan pakaian pesta, saat menuju tempat acara, barulah terasa moment bersejarah itu, sebuah kolam renang disulap menjadi sebuah panggung mini dengan hiburan  live music yang terus mengalun dengan indah, lagu-lagu romantis terus terdengar merdu, disekeliling kolam lilin-lin putih menghiasi, cahaya-cahaya indahnya mampu menyejukkan mata, mawar merah menghiasi disetiap sisi, lampu terus berganti warna dari biru, hijau, pink, kuning dan merah.

"Suasananya romantis begini ya Dina..." bisik Mita. Dan Dina pun mengganguk sebagai tanda setuju, tiba-tiba dari arah berlawanan Rio menghampiri mereka, "wah..wah, kalian tampak berbeda, cantik sekali" yang telah membuat jantung mereka berdetak kencang, mereka menjadi tersipu malu, tapi senang dalam hatinya.

"Malam pa...pestanya meriah, ini hari ulang tahun Bapak ya" tanya Dina dengan sedikit penasaran, yang memang tidak diberitahu akan ada acara apa di malam itu, yang mereka tahu adalah undangan yang sejak pagi sudah berada dimeja setiap karyawan.

"Heh..inikan bukan dikantor, jangan panggil bapak donk, mas atau mungkin nama saya sendiri...kalian nikmati saja malam ini, ini hari pertunangan saya"

"Hah" Mita dan Dina terkejut bukan main mendengarnya, sampai raut wajah mereka mendadak berubah menjadi sedih.

"He..ada apa dengan kalian, ga usah terkejut, kalau pun saya tunangan pasti...." Rio melirik kearah Dina sambil tersenyum, seakan matanya ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi "....ya sudahlah kalian nikmatin saja, ini sebenarnya acara syukuran untuk cucu kedua Ayah dari mas Rudy", dan ucapan itu membuat lega hati Dina dan Mita. pikirnya masih ada kesempatan untuk memiliki cinta dari Rio. Tapi tidak dengan Mita, karena dia mulai merasakan ada yang berbeda dengan pandangan Rio terhadap Dina, seperti beberapa waktu lalu, hanya Dina yang selalu dipilih Rio untuk ikut serta dalam kegiatannya diluar kantor.

"Aku ambil minum dulu ya Din" bisik Mita. Dia bukan hanya pergi mengambil minum, tapi juga memperhatikan tingkah Dina dan Rio, yang semakin menunjukkan sikap rasa saling menyukai, ada sedih rasa sakit dihatinya saat melihat itu semua, "Apa sahabatku menyukainya?" tanya Mita dalam hati. Saat Mita berpaling dari pandangan mereka, tanpa sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba ada dihadapannya. "Oh maaf ...saya tidaklihat anda" seru seseorang saat melihat Mita terjatuh, dan Rio serta Dina pun sempat melihat kejadian itu, langsung bergegas menghampiri Mita.

"Din...ga apa-apa?" tanya Dita dan Rio bersamaan dengan ekspresi khawatir, yang sempat membuat mereka salah tingkah.

Orang itu merasa bersalah, tapi dia belum melihat wajah perempuan yang ditabraknya, "Maaf ya ... saya yang salah sudah menabrak kamu". Rio pun seakan mengenal suara itu, yang dari tadi hanya fokus pada Mita yang terjatuh, "Raka....." panggil Rio, sejenak Mita pun terdiam, jantungnya berdetak kencang "Raka" panggilnya dalam hati, "apakah itu kamu", perlahan dia pun berdiri dibantu Dina, matanya mulai berkaca-kaca dan mengalihkan pandangan pada orang itu.

Dina dan Mita begitu terkejut, "Raka?" ucap Dina, sedangkan Mita hanya terdiam tak menyangka akan kehadiran sosok lelaki itu lagi dihadapannya setelah 3 tahun lamanya pergi tanpa sebab. Rio pun menjadi bertanya-tanya, "Kalian sudah saling kenal?", Raka hanya diam, begitu pun Mita yang mulai meneteskan air mata, "Hey..kok suasananya jadi aneh begini ya..kenalin neh Dina Mita, ini Raka sahabat kecil saya, yang baru pulang dari Jerman" ucap Rio.

Dengan suara bergetar dan sakit di hati yang kembali terasa, Mita mencoba berbicaraas "I....ini..be..benar kamu Raka", begitu pun dengan Raka mulai terisak "Iya Mita...maaf", tak sempat melanjutkan pembicaraan, MC memulai acara, dan memecahkan suasana yang sedikit tegang itu. Mita menghapus air matanya, dan tanpa sengaja dia melihat Dina saling bergenggaman tangan dengan Rio, semakin membuat hatinya sakit, Raka terus memandang Mita dengan perasaan sedih bercampur rindu.

"Din..bisa kita bicara?" bisik Rio.

"Eh..iya ...tapi gimana dengan Mita" jawab Dina.

"Sebentar saja", dan Dina pun mengangguk setuju, "Mit...aku pergi sebentar, ga apa-apakan?" bisik Dina, "Iya ga apa-apa...pergi saja". Rio dan Dina pun meninggalkan Raka dan Mita yang terasa begitu dingin. Dan Raka pun bergegas menarik tangan Mita, dan mengajaknya pergi, Mita hanya terdiam bagai tak percaya.

"Aku amnesia Mit dan luka parah" ucap Raka memulai pembicaraan.

"Maksudmu?"

"Pasti kamu bertanya, kemana aku pergi selama ini tanpa sebab".

#KILAS BALIK
3 tahun lalu. Sepulang dari kosan Mita, Raka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, karena kondisinya sedang tidak baik, dia kehilangan keseimbangan, dan mencoba menabrak pohon, saat mencoba menghindar, Raka tertabrak truk dari arah berlawanan dan tubuhnya terpental kejalanan, kepalanya terbentur dan mengalami pendarahan hebat. Dokter pun berhasil menolongnya, tapi dia mengalami amnesia, dan lukanya cukup parah, hingga dilarikan kerumah sakit di Jerman, dan tepat di satu minggu setelah kecelakaan, Mita mencari Raka dirumahnya, tapi semua kosong, karena orang tuanya mendampingi Raka, dan kakaknya sudah bekerja diluar kota.

#Kembali keMita dan Raka di halaman depan rumah Rio

"Sekarang kamu masih amnesia, kenapa bisa tahu saya" tanya Mita sedikit ketus.

"Ingatanku sudah kembali beberapa bulan yang lalu, dan aku baru bisa kembali setelah menyelesaikan S2 ku disana, sewaktu amnesia, sambil pengobatan aku melanjutkan kuliah" terang Raka.

"Dan kau pun melupakanku" ucap Mita.

"Saat aku teringat semua, kucoba menghubungimu, tapi nomermu tidak aktif, saat aku sudah pulang seminggu yang lalu, aku pun mencarimu ditempat kos, tapi katanya kau sudah pindah".

"Aku dan Mita pindah kos, setelah kelulusan".

"Mita..bolehkan aku memelukmu...", tanpa jawaban dari Mita, Raka langsung menarik Mita kedalam pelukannya, sambil terisak-isak Raka berbisik padanya "Aku mencintaimu Mit..." dan pelukannya semakin erat, tapi tidak dengan Mita, dia melepaskan pelukan Raka "aku sudah mencintai orang lain....", Raka tertunduk "Siapa?", "Bosku....sahabatmu...Rio".

***
Disebuah kamar terasa begitu hening, duduk kedua gadis saling membelakangi. Beberapa waktu ini mereka tampak saling menjauh, setelah mendapati pengakuan, bahwa Dina mencintai Rio, dan Mita juga mencintai pria yang sama, tapi ternyata Rio hanya mencinta Dina, ada sedikit rasa bersalah pada Dina, karena dia tidak tahu, kalau Mita mencintai lelaki pujaannya. Kemana Raka?, dia sekarang juga bekerja diperusahaan Rio sebagai manajer personalia yang baru. Otomatis pertemuan Mita dan Raka terus terjadi, tapi itu tak menumbuhkan cinta dihati Mita.

"Mit, kalau memang karena aku dan Rio berpacaran, kamu menjauh dariku, lebih baik aku memutuskan untuk mengakhirinya, aku tak ingin kehilanganmu sebagai seorang sahabat karena seorang lelaki yang kita cintai" ucap Dina.

"Kenapa kamu tak bilang dari awal, kalau Rio yang kamu cintai, sehingga aku bisa mundur"

"Kamu pun samakan, tidak bilang kalau kamu mencintai Rio, sekarang aku gamau melihatmu patah hati lagi, aku akan merelakan Rio untuk kamu".

"Tidak, aku tak akan mengemis cinta, aku tahu Rio sangat mencintaimu, begitu pun denganmu...."

"Apakah kita bisa seperti dulu", Dina pun berbalik dan memeluk Mita, isakan tangis semakin terdengar jelas dari keduanya "Din...kita akan selalu bersama sebagai sahabat, aku ikhlas kamu dengan Rio...aku pun ingin melihat sahabatku ini bahagia" ucap Mita sambil mengusap air mata Dina dan kembali memeluknya. "Ini adalah pilihan cintaku yang terbaik sahabat...aku tak ingin menangis lagi karena cinta, kuyakin pilihanku ini yang terbaik buat kebahagiaan sahabatku" ucap Mita dalam hati.

#Kilas Balik
Satu minggu sebelum mereka saling bicara, Mita banyak merenung, baginya persahabatan lebih penting, dan itu adalah kesempatan terbaik untuk bisa membuat sahabatnya bahagia, karena selama ini Dina selalu banyak membantunya, mengalah untuk tidak pacaran saat Mita melewati hari-hari patah hatinya. Mita pun memutuskan untuk membuat pilihan demi cintanya kepada seorang sahabat, dan akan melepaskan Rio dari hatinya serta merelakan mereka bahagia, atau terus mengejar cinta yang tak terbalaskan?, tentu saja pilihan itu adalah melepaskan Rio untuk Dina, yang baginya sudah seperti saudara kandung.

#Kembali ke kamar Dina dan Mita

"Din...kau bukan saja sahabatku, tapi sudah kuanggap saudara kandungku" ucap Mita.

"Makasih Mit..aku sayang kamu".

***

Hari terus berganti, Mita sudah bisa menerima semuanya, dan dia kembali menjadi gadis yang ceria, dan untuk pertama kalinya Mita harus berpisah dengan Dina, karena Mita harus keluar kota untuk mengerjakan pekerjaan dari kantornya, yang tak pernah dia sangka adalah keberangkatannya dengan Raka.

Dalam keadaan yang begitu sunyi dalam mobil, pemandangan indah pun tampak berlalu dan hilang, rasa gugup atau mungkin terasa rasa bersalah yang ada hati. Raka mencoba berbicara dengan sepenuh hati. "Kucoba mencarimu dalam ingatanku, perlahan perasaan dalam hati pun mulai menghilang, saat hari itu datang, dirimu semakin jelas, tapi hatiku terasa begitu sakit, karena kau telah berlari dari hatiku".

Tampak Mita semakin memalingkan wajahnya dari Raka dan hanya melihat menatap pemandangan disepanjang jalan dengan pandangan kosong, tak disadari air matanya menetes. "Apa ini? mengapa aku meneteskan ini" bisik Mita dalam hati sambil menghapus air mata itu.

Raka menghentikan mobil, Mita mulai sadar dari lamunannya dan hanya memandangi sekeliling yang terasa asing. "Kenapa berhenti disini, inikan bukan tempat tujuan kita?" tanya Mita.

"Kita isturahat dulu sebentar, lihatlah pemandangan puncak yang begitu indah dan sejuk diluar sana, pasti suasanamu akan terasa nyaman" jawab Raka dengan senyum yang begitu manis.

"Ya kamu selalu begitu, dengan senyum yang membuat hatiku tak menentu" ucap Mita dalam hati.

Saat Mita mulai memandangi tempat itu, lama kelamaan menjadi terasa tidak asing baginya, tempatnya masih sama, udaranya sejuk dan begitu alami, dan saat ingatan itu kembali, hatinya menjadi terasa nyaman dan tenang, rasa ragu mulai menghilang.

"Ahhh....heiii....." teriak Mita dan suara itu menggema.

"Kamu ingatkan tempat ini Mit ?", tanya Raka.

"Tentu saja aku ingat, ini adalah tempat....."

"Tempat dimana kita memiliki kenangan yang begitu indah Mit".

"Raka" panggil Mita "apa kamu ingat tempat ini?"

"Tentu saja Mit....memori-memori tentangmu sudah sempurna ada dalam ingatanku"

Mita tersenyum malu-malu. "Coba tebak apa yang begitu berarti dari tempat ini?".

Raka menghampiri Mita, kini mereka saling berhadapan. "Kamu. Karena seindah apapun tempat ini, sesejuk apapun udara disini, tak akan berarti tanpa adanya kamu dihadapanku". Dan Raka mulai mengenggam tangan Mita.

Saat mata mereka saling menatap dan seakan berbicara "aku ingin selalu bersamamu", saat itu waktu seakan berhenti berputar, alam puncak yang indah menjadi saksi, akan indahnya cinta yang kembali terajut, sedikit demi sedikit rasa yang hilang mulai datang dan memeluk dengan hangatnya.

Mata Mita terlihat berkaca-kaca. "Raka, apakah ini nyata saat kau kembali ada dihadapanku".

"Mit,,,ini aku yang dulu, dan hatiku tetap sama, biarpun hatimu sempat berpaling, tapi hatiku ini tetap untuk satu nama yaitu Mita".

Mita pun tak bisa menahan tangisnya dan Raka memeluknya dengan hangat seperti pertama kali mereka datang ketempat itu. Raka menghapus air mata Mita, dan perlahan wajah mereka semakin dekat, "Mit..kita menikah saja yuk" bisik Raka dengan tangan yang semakin erat memeluk Mita, "Heh..ini melamar atau ngajak berantem neh" goda Mita.

"Emang aku lagi ngajak kamu berantem Mit....karena aku tahu pasti kamu kesel, ini kayak bercanda...benerkan?".

"Iya emang, kalo melamar itu yang romantis" ucap Mita malu-malu.

"Kan biar kamu kesel"

"Terus..."

"Aku bisa menciummu, dan kamu ga akan jadi marah"

"Mulai...lepasin ah..."

Pelukannya pun semakin erat, Raka pun mengecup kening Mita "masih marah....." bisiknya. Wajah Mita semakin merah, dan dia hanya bisa menggelengkan kepala. Senyuman pun tampak begitu indah terlukis di wajah Mita dan Raka, karena rasa itu kembali datang, setelah memori-memori cinta itu hilang karena sebuah tragedi yang begitu menyakitkan, kini telah kembali kehatinya. Saat pilihan cinta memberi jawaban, bahagia pun kembali mewarnai, dan dipuncak itu memori cinta kembali kepadanya.

SELESAI


2 komentar

  1. asikkk keren ceritanya, udah kayak cerita FTV
    tisu mana tisu

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe....makasih mas Yandhi...ada neh tissue....perlu berapa lembar ? hihi

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.