Keuangan Rumah Tangga Perlu Keterbukaan

Ilustrasi Keuangan
Pena Cinta kok ga biasanya ya ngobrolin keuangan rumah tangga?. Hahaha, biasa lagi cari sensasi *loh*. Enggaklah, emangnya Pena Cinta artis?.

Hemm, sudahlah. Pokoknya kali ini saya pengen ngebahas tentang Keuangan Rumah Tangga. Bener ga seh, kalau keuangan rumah tangga perlu keterbukaan?.

Bagi saya sendiri keuangan rumah tangga perlu keterbukaan. Kenapa?. Contoh nyata, seorang teman cerita, bagaimana dia tidak pernah tahu berapa gaji suami, bonus, hingga THR. Hingga terjadi kesalah pahaman. Maka dari itu, saya dan suami terbuka apa adanya, Karena:
  • Menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling percaya.
  • Terhindar dari prasangka buruk.
  • Tidak saling mencurigai.
  • Terhindar dari perselingkuhan.
4 poin di atas itu menjadi pegangan penting saya dalam mengelola keuangan rumah tangga. Bagi saya, ga ada uang istri atau uang suami. Saya dan suami benar-benar saling terbuka dalam hal keuangan. Berapa penghasilan saya, atau berapa penghasilan suami?. Sampai berapa uang belanja yang harus dikeluarkan, dan biaya-biaya lainnya.

Sekecil apapun uang yang saya dan suami terima, kami harus sama-sama tahu. Karena, sikap keterbukaan ini sudah kami bicarakan, jauh sebelum pernikahan terjadi. Bahkan, saat pengajuan untuk menikah ke kantor, Komandannya pa suami bertanya kepada saya "siapkah untuk menikah?. Sudah tahu berapa penghasilan suami setiap bulan?". Saya jawab "ya". Karena, saat itu sudah mengetahui berapa penghasilannya, sampai berapa utang dan cicilannya. 

Dengan sikap saling terbuka seperti ini, memudahkan saya dalam mengelola keuangan. Suami pun menjadi percaya untuk saya mengatur uang sebaik mungkin, hingga keperluan setiap bulan terpenuhi. Dan, ketika saya membuat laporan keuangan sederhana, lumayanlah ada sisa, bisa saya tabung deh.

Terbuka dalam hal keuangan, bikin kita happy
Saya dan suami memiliki post-post tertentu dari penghasilan yang kami dapat. Nah ini nanti buat tulisan kedua ya, tunggu saja hehe.

Ada sedikit tips dari saya, tentang cara asyik mengelola keuangan rumah tangga, biar sama-sama tahu dan saling terbuka.
  1. Buat catatan pemasukan dan pengeluaran. Dari gajian, pengeluaran harian, hutang, sampai bonus.
  2. Setiap struk belanja, kwintansi, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan keuangan rumah tangga, simpan dengan baik. Sampai akhir bulan, untuk nanti kita hitung, ada sisa atau tidak.
  3. Biasakan menyimpan bukti gaji (ini seh kebiasaan saya ya). Bagi saya ini berguna untuk tahu, berapa penghasilan suami, dari potongan, hingga lainnya.
  4. Biasakan untuk diskusi sama suami, apa saja keperluan rumah dan lainnya. Kalau suami bilang "terserah", maka kita sebaiknya jujur dan membeli sesuai list.
Ribet ga?, ga dong ya. Jangan dibikin ribet, soalnya saya sedang berbagi pengalaman. Kalau tidak sesuai dengan sahabat Pena Cinta semua, ga perlu diikuti. Apalagi neh, dalam hal keuangan, saking terlalu terbuka sama suami, suka bikin suami pusing sendiri. Kenapa?. Karena, hampir setiap hari saya laporan, berapa uang belanja, jajan anak, ongkos istri, bensin dan lain-lainnya. Itu sambil nyodorin catetan, dan pa suami hanya tersenyum. 

Senyim pertanda apa?. Pertanda kalau dia pusing dengan hitungan, tapi senang dengan sikap terbuka saya. Dengan begitu menghindarkan saya sebagai manajer keuangan rumah tangga dari tindakan korupsi. #gubrak.

Keuangan rumah tangga perlu keterbukaan, karena kita hidup bersama, untuk mencapai kesejahteraan. Dalam kehidupan rumah tangga yang harmonis, dan bahagia. Uang yang terkumpul sedikit demi sedikit, adalah demi anak-anak yang menjadi anugerah terindah dalam kehidupan.

33 komentar

  1. masalah keuangan keluarga mah.. harus terbuka dong. kesalah pahaman pasti terjadi kalau berapa gaji suami aja nggak tau -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ternyata, kalau yang seperti itu masih ada loh mba, ada yang gatau sama sekali.

      Hapus
  2. Kalo nggak terbuka bahaya ya mbak. Ujung-ujungnya salah paham dan berantem.

    Kalo di rumahku, yang pegang duit, ibu semua. Dia yang ngatur. Bapak paling hanya pegang dikiiiittt, buat jaga-jaga kalo ada kebutuhan kecil pas di luar rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, jangan sampai ngomongnya segini, tapi nyatanya segitu. Istri pasti bertanya-tanya dong.

      Pasti itu, semua Ibu pasti jadi manajer keuangan.

      Hapus
  3. Bener banget Mak Lis. Keuangan keluarga harus terbuka. Kalo enggak, bisa jadi perang dunia ketiga. Wkwkwkwk...

    BalasHapus
  4. Hiks manajemen keuanganku berantakan banget lis..

    BalasHapus
  5. butuh konsistensi ya mencatat struk2 yang ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang perlu teh. Tapi, karena saya sudah terbiasa, jadi santai saja hehe.

      Hapus
  6. Dengan saling terbuka ga ada saling curiga ya mba. Ketidak terbukaan bisa jd celah setan utk membuat pasutri cekcok...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu, setan yang mampu mengoyahkan. Jadi, supaya terhindar ya mba.

      Hapus
  7. Jarang banget terbuka ma suami kalo soal keuangan. Soalnya dia suka banget jajan. Kalau ada uang lebih, pasti lari ke jajan atau makan di luar. Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah, ini malah suami ya. Perlu banget tuhh, suami belajar keuangan hehe

      Hapus
  8. Setuju, Mbak. Harus ada keterbukaan. Kan sudah suami istri. Bukan aku dan kamu lagi, tapi kita :D

    BalasHapus
  9. Aku mempercayakan suamiku aja buat ngatur keuangan..wkwkwkw... enakan bagian ngabisin duitnya perasaan

    BalasHapus
  10. Ya intinya uang suami adalah uang istri, dan uang istri adalah uang istri.. Begitu mba hihihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uang bersama mba, nantinya masuk harta bersama. Makanya, harus saling terbuka.

      Hapus
  11. Setuju Mbak...Kami juga selalu terbuka keuangan.Plus catatan pengeluarn bulanan.Hehe

    BalasHapus
  12. sama mak, kami juga saling terbuka tapi sayangnya struk jarang disimpan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga apa-apa mba. Kalau saya struk berguna, untuk menyamakan pengeluaran dalam satu bulan.

      Hapus
  13. dulu waktu awal-awal menikah saya catet pemasukan dan pengeluaran mbak...tapi sekarang nggak lagi karena sudah hafal berapa pemasukan dan pengeluaran karena dr tahun ke tahun intinya sama, kalau ada pengeluaran lebih paling buat jajan anak... :)

    *ada juga bulab-bulan tertentu yang pengeluaran banyak sekali misal : tahun ajaran baru dan hari raya Idul Fitri... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap orang berbeda-beda ya mba.

      Nah kalau saya sendiri, memang sangat perlu, biarpun sudah hafal.

      Hapus
  14. Musyawarah, dahulukan yang paling penting. Ga lupa titip pesen ke suami, jangan lupa disimpan ya, kalau2 uang belanja umi ga cukup sebulan...
    Hahahaa...

    BalasHapus
  15. Senada sama Mbak Dedew, keterbukaan keuangan kami gak sampai yg terinici ke jumlah nominal. Intinya, kami sama-sama tahu kalau pengeluaran yg non kebutuhan RT itu apa dan ke siapa

    BalasHapus
  16. da saya mah bingung mau komentar apaan...
    secara belum berumah tangga :)

    tapi artikelnya bermanfaat buat masa depan (#eaaa)
    *bookmark dulu deh

    BalasHapus
  17. Dulu masih sempat catetin pengeluaran tiap hari, tapi sejak punya anak, bubar deeeh, ga sempet lagi hehehehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.