Seluas Lautan, Kesabaran Ibu Sungguh Luar Biasa


Seluas lautan. Kesabaran Ibu sungguh luar biasa. Itulah gambaran saya tentang sosok seorang Ibu yang sudah melahirkan, merawat, dan menjaga saya semenjak kecil. 

Ibu Yati, adalah nama Ibu saya, yang lahir di Garut 52 tahun yang lalu. Ibu merupakan seorang Guru Sekolah Dasar di sebuah Desa di kota Garut Jawa Barat. Sejak tahun 1986, Ibu sudah mulai mengajar anak-anak kelas 1 SD. Hingga akhirnya Ibu bertemu jodoh, yakni Ayah, yang sama-sama seorang Guru.


Ini Ibu saya dan anak-anaknya
Kehidupan Ibu memang sangat indah, apalagi ada Ayah yang selalu sayang dan perhatian kepadanya. Sebagai seorang anak, saya begitu bahagia, memiliki orang tua yang harmonis. Bahkan, Ayah menjadi sosok panutan, karena pengorbanannya untuk keluarga yang luar biasa. 

Butuh waktu dan cerita yang sangat panjang untuk menuliskan kata-kata tentang sosok Ibu yang kuat, tangguh, dan kesabarannya yang sungguh luar biasa. Dan kini, saya ingin tuliskan sepenggal kisah tentang sosok Ibu, yang ketulusan dan kesabarannya seluas lautan.

Status Single Parent dan Cobaan yang Datang Silih Berganti

Siapa yang ingin menjadi janda? Tidak ada seorang perempuan di dunia ini yang ingin menjanda, serta mengurus anak-anak seorang diri. Ya, itulah yang terjadi kepada Ibu. Tahun 2007, Ayah meninggal, karena sakit. Dan saat itu, Ibu sedang mengandung 5 bulan. Semenjak itu, Ibu menjadi single parent, dan mengurus kami (anak-anaknya) seorang diri.

Ibu berusaha tegar, biarpun dalam hatinya terasa sakit dan hancur. Saya tahu, Ibu sangat menyayangi Ayah, hingga tak kuat untuk berpisah dalam kondisinya yang sedang mengandung. Tapi, semua itu adalah kehendak Tuhan. Ibu menerima kepergian Ayah, dan berusaha kuat untuk anak-anaknya, khususnya janin yang ada dalam kandungan, sebagai anugerah yang Tuhan berikan.


Ibu sayang cucunya
Setalah melahirkan, kami semua, termasuk Ibu, kembali berduka dengan kepergian Nenek, yang tak lain adalah Ibu dari almarhum Ayah. Selang setahun kemudian, tepatnya setelah saya menikah, nenek dari pihak Ibu juga meninggal dunia. Bisa kita bayangkan, bagaimana Ibu dan kami semua sangat terguncang dengan kepergian orang-orang yang sangat kami sayangi, hanya dalam waktu yang begitu dekat.

Cobaan yang datang silih berganti, ternyata mampu membuat Ibu banyak berubah. Cobaan itu semakin mengkuatkan keimanan Ibu, dan menjadikan dirinya selalu bertahan dan tegar. Ibu yang dulunya lemah, sakit-sakitan, dan selau merasa takut pergi sendiri. Kini, telah menjadi Ibu yang mandiri, kuat, dan mampu membesarkan anak-anaknya seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Ibu telah menjelma menjadi sosok yang memiliki 2 peran, sebagai Ayah dan Ibu.

Hinaan Itu Tak Pernah Berhenti

Menjadi single parent, bukan berarti lolos dari cacian, hinaan, dan prasangka buruk orang lain. Karena, semenjak Ayah pergi, tak sendikit yang menganggap status janda itu sangat buruk. Hingga, mereka semena-mena mencaci Ibu di depan banyak orang. Dalam hati, saya bertanya, apakah karena Ibu sudah tak memiliki suami, mereka pantas berperilaku seenaknya? 

Sebagai anak, tentu saja saya meradang, dan tidak bisa tinggal diam, saat Ibunya di caci maki orang lain, tanpa alasan yang jelas. Sungguh, mereka semena-mena, hingga membuat Ibu, serta adik-adik menangis. Kini, biarpun Ibu sudah melupakan kejadian itu, dan memilih bersabar serta memaafkan mereka. Tapi, tidak dengan saya belum bisa melupakannya. Tapi demi Ibu, saya berusaha memaafkan, biarpun terasa berat. 

Adik Sakit, Hingga Masalah Ekonomi


Bersama adik bungsu yang tak pernah tahu sosok Ayahnya
Semenjak Ayah tiada, cobaan memang silih berganti. Belum lagi yang menganggap bahwa janda "ini itu", dengan berbagai prasangka buruknya, *pedih banget*. Saya, adik, dan Ibu hanya bisa mengelus dada, dan bersabar.

Cobaan itu mungkin hanya sebagai bumbu penyedap dalam kehidupan. Karena, yang paling pedih adalah ketika adik bungsu saya, yang tak pernah mengenal sosok Ayahnya, jatuh sakit dalam waktu yang lama. Kami semua sempat merasakan jatuh bangun dalam hal ekonomi, sedangkan obat setiap bulannya harus kami beli.

Sekali lagi, Tuhan menguji keimanan Ibu, dengan sakitnya adik. Ibu mengalami banyak sekali kesedihan dengan sakitnya adik, rasa takut bercampur menjadi satu. Tapi, dengan doa seorang Ibu yang tulus. 10 bulan berlalu begitu cepat, adik pun sembuh dan kembali sehat seperti biasa. Semua Ibu lakukan dengan kesabaran, hingga biaya pengobatan pun selalu datang mengalir. Alhamdulillah.

4 Poin Pelajaran Dari Ibu

Sebagai seorang manusia, kehidupan tentu saja tidak akan selalu lurus dan sempurna. Pasti ada saja cobaan, halangan dan rintangan yang menghadang. Selama menjadi saksi kehidupan Ibu, banyak sekali poin yang saya pelajari. Bukan saja ketangguhan, kekuatan, dan ketabahan, tapi lebih dari itu, pelajaran berharga saya dapat dari Ibu yang menginspirasi, yakni:

  • Kuatkan Keimanan, Doa dan dzikir. Selama Ibu mendapatkan banyak cobaan. Ibu tak pernah berhenti berdzikir, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena, yang mampu menolongnya keluar dari berbagai masalah, hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
  • Bersyukur dan sedekah. Tak pernah berhenti bersyukur atas segala rezeki yang Tuhan berikan. Bahkan, Ibu tak pernah lupa untuk bersedekah, berapa pun rezeki yang telah didapatkannya. 
  • Memaafkan membuka jalan kebaikan. Sesakit apapun, sepedih apapun, hinaan serta cacian yang Ibu terima. Ibu akan berusaha tenang, tabah, dan sabar, serta memaafkan segala perilaku mereka. Karena dengan saling memaafkan, akan semakin membuka jalan menuju kebaikan. Serta menjadi manusia yang semakin disayangi Tuhan.
  • Jangan putus asa. Ibu pernah berkata, sesulit apapun cobaan yang kita hadapi, seberat apapun itu, jangan pernah putus asa. Karena, Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya. Akan ada selalu jalan bagi siapapun yang memiliki kesabaran.
4 poin di atas hanya sebagian saja, karena lebih dari itu masih banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan dari Ibu. Termasuk dalam hal kemandirian, dan selalu semangat, serta tak pernah berhenti beribadah.



Ibu memang luar biasa. Bagi saya, Ibu begitu inspiratif, dan berarti. Apalagi, Ibu adalah panutan dalam segala hal, termasuk kedisiplinan dalam bekerja. Saat tubuh lelah dan sakit, Ibu tak pernah melupakan kewajibannya sebagai orang tua ataupun Guru yang harus terus mendidik anak-anak. Ibu tetap bekerja dengan kondisinya yang kurang sehat, dan mengajar dengan baik. 

Hanya satu doa saya untuk Ibu.

"Semoga Ibuku tersayang, ada dalam lindungan Tuhan. Sehat dan selalu bersama kami. Menyaksikan anak dan cucu-cucunya tumbuh dewasa serta meraih kesuksesan. Dan Ibu panjang umur, serta rezekinya selalu mengalir. Amin"

Seluas lautan, kesabaran Ibu sungguh luar biasa. Dan Ibulah perempuan inspiratif, yang bisa mengajarkanku banyak hal. Selamat hari Ibu, engkaulah perempuan yang begitu sangat berarti.

15 komentar

  1. Yang paling menyiksa adalah dihina dan dipermalukan lalu berusaha memaafkan dan menganggap semua baik" saja pafahal hati masih sakit :(

    BalasHapus
  2. memang selalu adaaa aja yang tidak bisa melihat kita bahagia ya mbaa...tapi salut untuk Ibu yang tetap tabah..salam hormat untuk beliau

    BalasHapus
  3. Gak ada yang bisa mengungkapkan kasih ibu. Kalaupun ada, satu buku pun kurang

    BalasHapus
  4. Teh Lis, Mamanya awet muda yah.

    Ya Allah, perjuangan banget yah Mamanya Teteh

    BalasHapus
  5. Ya Allah Lis, ibu sampai dihina? Saya pun single parent tapi saya tak mengizinkan siapapun merendahkan saya.
    Lis, jaga selalu ibundanya ya. Semoga beliau sehat selalu. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya teh, bahkan penghinaan itu datangnya teh dari dulur ti gigir teh. Nyesek banget.

      Tentu teh, sampai kapanpun akan lis jaga.

      Amin. Makasih doanya teh.

      Hapus
  6. ibu yang kuat, salam buat ibunya mbak Lis

    BalasHapus
  7. Sungguh luar biasa ya perasaan dan kekuatan hati seorang ibu, ibu Mbak lis, telah memberikan contoh yang begitu indah.

    Salam untuk ibu, Mbak.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.