Segera Lakukan Pencegahan, Supaya Alergi Tidak Menghambat Tumbuh Kembang Anak


Bicara tentang alergi, membuat saya sedikit khawatir saat melahirkan anak-anak. Semenjak saya kecil, sudah dinyatakan positif alergi terhadap udara dingin, yang membuat kulit akan memerah, dan gatal-gatal. Tinggal di kota Garut yang dingin, membuat saya harus terus berobat 3 bulan sekali. Cape? Bukan cape lagi, tapi melelahkan, karena harus bersentuhan dengan obat dan terus menerus ke Rumah Sakit. Setelah saya menikah dan tinggal di Ibukota yang panas, alergi itu tidak pernah kambuh lagi. 

Tapi, semenjak melahirkan anak, saya jadi sedikit takut, alergi kulit saya bisa menurun kepada mereka. Soalnya, alergi saya pun menurun dari Ibu. Untungnya, anak pertama saya teteh Chantika, dan ade Dimas, tidak memiliki alergi makanan, susu, ataupun udara. Sehingga mereka pun sukses melewati 1000 hari pertama kehidupannya. Hingga kini, anak-anak menjadi anak yang aktif dan ceria, tak ada alergi apapun. 

Berbeda dengan keponakan-keponakan saya, yang hingga kini masih terus berjuang supaya alergi protein susu sapi bisa sembuh dan hilang. Sedikit saja, mereka memakan makanan yang mengandung susu, akan mengalami sesak napas, kulit memerah, hingga muntah-muntah. Sehingga, orang tuanya sangat berhati-hati dalam memberikan makanan ataupun jajanan untuk anaknya.


Dalam acara #Nutritalk, yang saya hadiri pada Kamis, 24 Maret 2016 di Double Tree By Hilton, Cikini, Jakarta, membuka wawasan baru kepada saya tentang alergi. Nutritalk yang mengambil tema "Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan pedoman praktis optimalisasi tumbuh kembang anak dengan alergi protein susu sapi", membahas pentingnya menyadari faktor risiko alergi pada anak, mengenali gejalanya. Dan menyadari peran penting nutrisi tepat di awal kehidupan untuk tumbuh kembang anak.

Alergi yang sering terjadi pada tahun pertama kehidupan adalah dari makanan, baik itu susu, telur, kacang-kacangan, makanan laut, gandum, hingga ikan. Bahkan 1 dari 25 anak mengalami alergi protein susu sapi. Penanganan seperti apa yang harus dilakukan ketika anak memiliki alergi? Dan dari kedua narasumber inilah, kita bisa mendapat informasi yang sangat penting tentang alergi.

Nutrisi Tepat Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


DR. Dr. Rini Sekartini, SpA(K)
Sesi talkshow #Nutritalk yang pertama, diisi oleh DR. Dr. Rini Sekartini, SpA(K) yang merupakan Konsultan Tumbuh Kembang Anak RSCM Jakarta. Membahas tentang nutrisi tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dimulai dengan 1000 hari pertama kehidupan, yang sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan. Dimana anak tumbuh dengan pesat dan berkembang secara signifikan, yang bersamaan dengan pertumbuhan otak, sistim pencernaan, dan sistim daya tahan tubuh. 1000 hari pertama kehidupan, menjadi periode emas penentu kesehatan anak di masa depan.

Setidaknya ada 3 kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak, baik itu fisik biologis, kasih sayang, dan stimulasi. Dan apabila anak terkena alergi, itu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Maka, anak perlu mendapat nutrisi yang tepat. 

Nutrisi awal kehidupan, diterima anak sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun. Dan ini memiliki peran yang sangat besar pada kualitas tumbuh kembang anak dan tingkat kesehatan pada usia dewasa. Asupan nutrisi pada awal kehidupan harus mengandung gizi yang dibutuhkan dalam mendukung tumbuh kembang yang optimal. Tapi itu tidak bisa ditoleransi oleh anak dengan risiko alergi.

Dr. Rini mengungkapkan bahwa anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi, karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh. Pada awal kehidupan, asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi dapat berupa MPASI, makanan seimbang, maupun ASI dari ibu yang mengkonsumsi nutrisi yang mengandung susu sapi.

Alergi berdampak terhadap pada tumbuh kembang anak, terutama dalam hal alergi makanan, seperti susu dan telur. Padahal makanan ini memiliki nilai gizi tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Karena alergi ini, anak-anak mulai memiliki banyak masalah, yakni pantangan makanan. Dampak alergi bisa mengakibatkan anak gumoh, muntah, sulit makan, dan diare. Selain itu, dampak alergi bisa pada saluran napas, gangguan tidur, dan alergi lain seperti dermatitis atopi. 

Maka dari itu, anak-anak perlu nutrisi tepat untuk tumbuh kembangnya, terutama di 1000 hari pertama kehidupannya. Dan dilakukan pencegahan, sehingga alergi bisa menghilang. Anak pun harus terus dipantau kesehatan, maupun asupan makanan yang dia konsumsi setiap harinya. 

Anak Memiliki Risiko Alergi, Lakukan Penanganan Sedini Mungkin

Pada talkshow yang kedua, Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes merupakan Konsultan Alergi Imunologi Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran menerangkan tentang risiko alergi pada anak.
Alergi ini menjadi sebuah reaksi yang berbeda atau menyimpang dari normal terhadap berbagai rancangan zat dari luar tubuh. Alergi itu bisa dari makanan, debu, hingga obat-obatan. Ketika alergi meningkat, maka dapat merugikan tumbuh kembang anak. Alergi sendiri hanya bisa mengenai anak-anak yang punya bakat alergi, yang disebut otopi.


 Hitung risiko alergi anak yuk

Saya sendiri sengaja melakukan perhitungan pada kartu risiko alergi pada anak. Dimana, saya ingin mengitung tingkat risiko alergi pada Dimas. Dalam kartu ini, kita bisa memasukkan nilai kondisi keluarga, baik ayah, ibu, dan saudara kandung.
  • 0 apabila tidak ditemukan riwayat alergi
  • 1 apabila diduga terkena alergi
  • 2 apabila pernah dinyatakan alergi oleh tenaga kesehatan
Dan saya memasukkan nilai 0 untuk Ayah, karena suami saya tidak punya alergi, dan nilai alergi saya 2, serta teteh Chantika 0. Hasilnya 2, berarti Dimas memiliki tingkat risiko sedang terkena alergi (20%-40%). Tentu membuat khawatir, tapi untungnya saya bisa menghadiri acara #Nutritalk, dan menjadi tahu bahwa alergi bisa dicegah sedini mungkin.


Anak-anak dengan kedua orang tua memiliki riwayat alergi, memiliki risiko alergi sebesar 40%-60%. Bahkan, 1 dari 12 anak memiliki risiko alergi protein susu sapi. Maka dari itu, kita sebagai orang tua, perlu berhati-hati terhadap anak yang memiliki risiko alergi. Karena, risiko itu akan semakin tinggi apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga, seperti tampak pada gambar di atas. Dimana risiko ini akan lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan manisfestasi sama, yaitu sebesar 60%-80%.

Untuk anak-anak dengan risiko tinggi alergi dengan riwayat orang tua, diperlukan pengawasan yang lebih intens untuk bisa memastikan tumbuh kembang anak yang optimal. Dan pengawasan ini termasuk memantau dan mengenali gejala klinis alergi, mengenali alergen pemicu, serta melakukan intervensi nutrisi, berupa memantau asupan nutrisi dan mengganti asupan nutrisi yang lebih mudah dicerna.


Pemicu alergi yang masuk ke tubuh, bisa telur, susu sapi, kacang, seafood, dan gandum. Bahkan, pemicu alergi pun bisa dari luar dan dalam rumah. Seperti tungau yang merupakan binatang kecil dan hidup didebu rumah. Jadi, kita harus hati-hati dalam menentukan alergi. Setelah mengetahui pemicunya, bisa langsung melakukan pencegahan.

Nah, bagi pasangan muda mudi yang mau menikah, jangan takut kalau pasangan memiliki riwayat alergi, kan semua bisa dicegah. Jangan sampai, karena ada alergi, tiba-tiba membatalkan pernikahan. Harus diingat ya, alergi ini bisa dicegah, diawal kehamilan.

Segera lakukan pencegahan, supaya alergi tidak menghambat tumbuh kembang anak. Ada beberapa langkah pencegahan alergi, seperti:
  • Anak yang memiliki risiko tinggi alergi berdasarkan faktor genetik pada keluarga, pencegahan bisa dilakukan sejak awal kehamilan.
  • Jangan mengenalkan makanan padat anak, kalau usianya belum sesuai. Minimal di atas 6 bulan. Karena, kalau anak diberikan makanan saat usianya di bawah 6 bulan, meningkatkan risiko atopic.
  • Hindari rokok saat sedang hamil, karena akan menimbulkan risiko alergi.
  • Selama hamil, ibu bebas makan apapun, kecuali ibu alergi dengan makanan tertentu. Kalau ibu diet makanan saat hamil, itu bisa mengakibatkan risiko kurang gizi dan protein yang bisa merugikan janin di dalam kandungan.
  • Paksinasi tetap dilakukan pada anak, supaya alergi lebih rendah.
  • Melahirkan normal lebih baik, karena akan menghindarkan alergi.
  • Berikan ASI Eksklusif pada anak selama 6 bulan. Karena ASI adalah sumber nutrisi terbaik untuk anak. Semahal apapun makanan, ASI tetaplah yang terbaik, dan bisa menjadi obat terbaik untuk mencegah anak dari alergi.
  • Kalau anak tidak mendapat ASI, pakailah susu formula yang hidrolisat parsial atau ekstensif untuk pencegahan alergi. Bayi dengan risiko tinggi alergi, formula hidrolisat efektif dan aman.
Ketika anak sudah jelas alergi susu sapi, usahakan untuk memberikan susu formula pengobatan yang ekstensif. Biarpun harganya mahal, tapi alergi itu harus segera dicegah. Daripada dibiarkan, obat yang dibeli akan semakin mahal, seperti saya dahulu. 

Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes
Dr. Budi menjelaskan bahwa protein terhidrolisis parsial adalah sebuah hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein. Sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Dengan teknologi ini, memungkinkan anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi, dapat tetap memperoleh nutrisi dengan asupan protein yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan yang optimal.

Ikatan Dokter Anak Indonesia, merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisis parsial sebagai salah satu langkah praktis dalam upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor risiko tidak toleran protein susu sapi. Karena, proteinnya lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Apabila anak telah untolerant terhadap protein susu sapi, maka nutrisi dengan protein terhidrolis parsial sudah tidak efektif digunakan. Salah satu alternatif pemberian nutrisi yang efektif bagi anak-anak yang mengalami alergi protein susu sapi adalah formula dengan isolat protein kedelai.

Formula dengan isolat protein kedelai dapat dijadikan pilihan yang aman bagi anak dengan alergi protein susu sapi, karena dapat ditoleransi dengan baik. Menurut Dr. Budi dalam sejumlah penelitian, membuktikan bahwa pola pertumbuhan, kesehatan tulang, dan fungsi metabolisme, fungsi reproduksi, endokrin, imunitas, dan sistem saraf dari anak-anak pengkonsumsi formula dengan isolat protein kedelai tidak berbeda secara signifikan dengan anak yang mengkonsumsi susu sapi.



Kehadiran acara #Nutritalk yang diadakan oleh Nutrisi Bangsa, telah memberikan pengetahuan yang sangat banyak kepada saya. Dengan begitu, informasi tentang alergi, bisa disampaikan kepada sahabat yang akan menikah, dimana dirinya memiliki alergi, dan memiliki ketakutan yang sama seperti saya dahulu. Dalam acara ini pun saya bisa tahu, bahwa alergi pada anak bisa berkurang dan hilang, setelah melewati usia 5 tahun. Jadi, jangan takut ya, kalau anak terkena alergi dan menghambat tumbuh kembangnya, karena kita bisa langsung melakukan pencegahan sedini mungkin. 

Dan inilah keseruan acara #Nutritalk di Double Tree Hotel Jakarta, pada 24 Maret 2016.[LP]


19 komentar

  1. Adekku juga alergi sama makanan tertentu yaitu seafood sama telur. Badannya jadi gatel2 kalo makan itu. Akhirnya diterapi biar ga kebanyakan makan atau minimalisir makanan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah alergi suka bingung kasih makan ya mba, atau kalau tiba-tiba makanan itu mengandung bahan yang bikin alergi. Harus tetap diawasi dong ya mba.

      Hapus
  2. Wah, orangtua yang ga ada riwayat alergi juga punya resiko anaknya alergi ya..
    bener kudu waspada ;)

    BalasHapus
  3. Emang agak ribet ya kalo ada riwayat alergi. Alhamdulillah keluarga kami tidak ada yg alergi

    BalasHapus
  4. ah keren videonya mak, aku numpang tenar juga ya hehehe

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah balita di rumah saya masih sehat walafiat semua

    BalasHapus
  6. Save aaaahh buat bekal aku nanti :)

    BalasHapus
  7. Okeh nih mbak infonya buat tips saya nanti untuk sepupu saya.

    BalasHapus
  8. Kasihan sekali ya Mbak, kalau anak-anak kecil sudah kena alergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sekali mba. Kalau anak berisiko alergi, kita harus ekstra perhatian.

      Hapus
  9. Berarti alergi susu sapi bisa hilang setelah 5 tahun ya mbak? Wah, berguna banget nih informasinya, makasi sharingnya ya..

    BalasHapus
  10. Mba katanya klo melahirkan scr cesar potensi alergi ke anak yg lahir lebih besar ya.. Knp bs gitu ya hehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.