Ibuku Seorang Single Parent Dan Sosok Pahlawan Keluarga Kebangganku


Agustus menjadi bulan bersejarah untuk bangsa Indonesia. Dimana rakyat Indonesia menyambut hari kemerdekaan yang tahun ini menginjak ke 71 tahun. Merebut kemerdekaan tidaklah mudah. Para pahlawan bangsa terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Sebagai generasi penerus bangsa, perjuangan pahlawan patut diteladani. Karena pahlawan tak pernah lelah dalam merebut kemerdekaan, semangatnya terus berkobar untuk terus maju demi bangsa dan negara. Dan tentunya perjuangan para pahlawan yang gagah berani tidak boleh terlupakan.

Kalau para pahlawan zaman dahulu berjuang untuk bangsa Indonesia. Kini pun ada banyak pahlawan, salah satunya pahlawan keluarga yang tentunya berjuang untuk kesejahteraan keluarganya. Dalam rangka menyambut kemerdekaan, Kudo (Kios Untuk Dagang Online) mengadakan lomba tentang pahlawan keluarga.

Terus, siapa sosok pahlawan keluarga? Bagiku adalah ibu.

Ibuku seorang single parent



Bapakku sudah berpulang kepangkuan Sang Ilahi di tahun 2007 silam. Semenjak itu, Ibulah yang mengambil alih tanggung jawab mengurus anak, mendidik dan menafkahi. Di tahun 2007 cobaan keluargaku benar-benar berat, apalagi kuliahku tinggal semester akhir. Saya sempat ingin menyerah kuliah, supaya bisa merantau ke Ibukota untuk bisa mencari pekerjaan demi keluarga. Tapi Ibu selalu memberi semangat kepada anak-anaknya untuk bisa menyelesaikan sekolah. 

Memiliki 3 anak dengan 2 anak lelaki yang masih kecil tentu tanggung jawab Ibu tidaklah mudah. Sebagai seorang single parent Ibu berjuang sendiri untuk menghidupi anak-anaknya. Ibu sudah tidak muda lagi, tentu beban hidupnya terasa begitu berat. Apalagi dengan biaya pendidikan dan biaya hidup yang semakin mahal. 

Biarpun dengan tanggung jawab yang besar, Ibu tidak pernah mengeluh ataupun berputus asa. Ibu yang lahir di Garut, 16 Februari 1964 tetap semangat mencari rezeki. Cobaan satu demi satu datang silih berganti, dan Ibu dapat melalui itu semua dengan ikhlas. Menjadi single parent bukanlah perkara mudah, banyak caci maki dan cibiran yang datang. Tak sedikit air mata yang terus membasahi pipi. Apa ibu mengeluh? Tentu tidak. Apa itu membuat Ibu ingin menikah lagi? Tentu saja tidak. Prinsipnya untuk membesarkan anak-anak dan tetap setia kepada suaminya hingga akhir, terus dipegang teguh hingga kini.

Ibuku seorang Guru



Ibuku namanya adalah Yati Nurhayati, seorang guru Sekolah Dasar Negeri di Garut Jawa Barat. Yang sudah mengabdi lebih dari 28 tahun. Setiap jam 3 subuh Ibu sudah terbangun untuk melakukan shalat tahajud, mendoakan anak-anaknya dan kebahagian keluarga. Setelah itu Ibu akan menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya yang akan berangkat sekolah. 

Jam 7 pagi Ibu sudah berangkat ke Sekolah, dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan ojek. Jarak dari rumah ke sekolah kurang lebih 2 kilo. Bagi Ibu yang sudah usia 52 tahun, jarak itu sangat lumayan jauh, apalagi kalau pulang pergi, bahkan sekarang ini sering sakit-sakitan. Ibu memiliki riwayat pertigo dan darah tinggi, tentu saja harus menjaga asupan makanan, tidak boleh kelelahan, tidak boleh stres, dan harus tetap menjaga kesehatan. 

Ibu pulang sekolah jam 1 siang, saat matahari sedang terik-teriknya. Kalau tidak ada ojeg yang lewat, ibu akan berjalan kaki dengan anak bungsunya yang saat ini duduk di kelas 4 SD. Setelah selesai shalat dzuhur dan beristirahat, Ibu pun melanjutkan pekerjaan rumah. Dan menyiapkan makan untuk anak-anaknya. Rutinitas seperti ini selalu dilakukan Ibu setiap hari, kecuali di hari minggu yang lebih banyak untuk beristirahat. Sudah 8 tahun aku terpisah jauh dengan Ibu, karena mengikuti suami di Ibukota. Tidak ada yang membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, baik untuk mencuci piring atau menyetrika. Ibu mengerjakan semuanya seorang diri, kecuali mengepel lantai, karena itu dikerjakan adik yang paling besar sebelum pergi ke sekolah di pagi hari.



Biarpun Ibu memiliki gaji tetap sebagai seorang guru, tetaplah itu belum cukup, apalagi sebagai guru di daerah. Melihat biaya pendidikan yang semakin tinggi, harga-harga pokok yang terus merangkak naik, belum lagi harga beras yang semakin mahal, maka Ibu terus berhemat untuk bisa menyambung hidup. Supaya anak-anaknya pun tetap terpenuhi nutrisinya. Ibu tidak ingin anak-anaknya dihina karena tidak memiliki bapak, maka Ibu selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan baik. Peran Ibu menjadi ganda, baik sebagai ayah yang mencari nafkah, serta menjadi seorang ibu yang merawat anak-anak dengan baik. 

Karena beberapa peraturan, Ibu yang saat itu hanyalah lulusan D2, akhirnya memutuskan untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang S1, di usia yang tidak lagi muda. Semua demi kesejahteraan dan kebahagiaan anak-anaknya. Ibu sempat ragu saat akan berkuliah, karena terbentur biaya, tapi saat ingat anak-anak, Ibu pun terus maju. Biarpun godaan dan cobaan terus datang, semua bisa dilewati, dan rezeki keluarga tetap dilancarkan. Alhamdulillah.

Ibuku Pahlawan Keluarga Kebangganku

9 tahun sudah Ibu menjalani kehidupan sebagai seorang single parent. Yang berjuang untuk kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anaknya. Ibu tak pernah mengeluh dan tetap yakin dengan kekuasaan Tuhan, bahwa keluarga kecilnya akan selalu ada dalam kebahagiaan serta kesuksesan. Ibu yang dulu lemah, telah berubah menjadi sosok yang kuat dan berbeda. Mampu mengerjakan semua hal seorang diri, dan membesarkan anak tanpa bantuan siapa pun. Ibu mengurus anak-anak dengan cinta, mendidik dengan kasih sayang, dan menjadikan buah hatinya sosok yang tegar, mandiri serta kuat. 


Ibu dan cucu
Ibu mampu membuktikan kepada semua orang, bahwa 9 tahun kepergian Ayah, dirinya telah mampu menjadi sosok yang mandiri dan kuat. Dan ibu telah menjadi sosok inspirasi keduaku setelah bapak, yang selalu cinta dan sayang kepada anak-anaknya. Di tengah duka kehilangan bapak, Ibu selalu siaga menjaga anak-anaknya di kala susah. Ibu tak akan membiarkan anak-anaknya kelaparan dan kekurangan sedikit pun.

Dan bagiku, Ibu adalah sosok pahlawan keluarga kebangganku. Ibu yang telah mampu mendidik generasi-generasi penerus bangsa dengan baik, mengajarkan mereka ilmu, dan bertanggung jawab penuh sebagai seorang guru yang mengajar murid-muridnya. Ibu pun telah berjuang keras untuk mendidik dan menjaga anak-anaknya dengan sepenuh hati, sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang hebat.

Biarpun Ibu tidak muda lagi, tapi semangatnya tetap membara. Biarpun ibu tidak mengerti kemajuan teknologi, ibu memiliki kemauan untuk terus belajar menggunakannya. Sedikit demi sedikit ibu bisa menggunakan handphone dan laptop. Beberapa waktu ini aku sempat berpikir untuk membuatkan usaha yang bisa menambah penghasilan ibu di kampung. Sehingga mimpinya membuka toko di rumah bisa terwujud suatu hari nanti.

Semua orang sudah tahu, bahwa membangun toko di rumah bukan perkara mudah, modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit. Tidak cukup hanya bermodalkan satu atau 2 juta saja. Mengingat di kampung itu jauh kemana-mana, maka dari itu, Ibu selalu berpikiran membuat toko. Sebenarnya rencana membuat toko untuk kegiatan di hari tua sudah ada sejak lama, yakni saat bapak masih ada. Tapi sayang tidak pernah terwujud, karena bapak telah pergi untuk selama-lamanya.



Maka aku pun berpikir untuk membuka toko online saja untuk ibu, sambil menunggu dana terkumpul, sehingga bisa membangun toko serba ada di kampung. Mumpung ibu pun sudah diajarkan teknologi, bisa untuk jualan online. Kalau pun misalkan Ibu kurang paham atau kesulitan teknologi, kan bisa dipegang oleh adik yang lebih mahir menggunakan gadget. Aku berkeinginan mewujudkan mimpi ibu menjadi pengusaha di Kudo.

Apalagi Kudo sudah sangat jelas memiliki jutaan produk yang bisa menjadi pilihan. Modalnya pun tidak banyak, bahkan bisa dengan minimal 10 ribu saja. Dengan menggunakan aplikasi Kudo untuk berjualan, semuanya menjadi serba mudah. Mau cari apapun bisa ditemukan di kudo, baik itu kebutuhan pokok, kebutuhan bulanan, kebutuhan rumah tangga, listrik, pulsa, hingga tiket pesawat.

Kudo memberikan kemudahan untuk mewujudkan mimpi menjadi pengusaha, karena untuk daftarnya pun cukup mudah. Tinggal unduh aplikasi, daftar, buka aplikasi, isi saldo, dan jualan deh. Asyik banget kan? Semoga saja dengan berjualan di Kudo begini, kedepannya Ibu bisa membuka toko impian. Sehingga hari tuanya bisa terus ada kegiatan. Dan menikmati masa tua dengan bahagia bersama anak dan cucunya.

Ibuku seorang single parent dan sosok pahlawan keluarga kebangganku. Seorang pahlawan yang tidak berhenti berjuang untuk kebahagiaan anak-anaknya. Biarpun anaknya telah berumah tangga, Ibu tidak pernah lupa dan selalu ada untuknya dalam suka dan duka. Ibu menjadi sosok perempuan inspirasiku, kebangganku, yang kucintai dan kusayangi. Ibu ku pahlawan keluarga, semoga selalu diberikan kesehatan, keselamatan, dan panjang umurnya. Amin.     

30 komentar

  1. Salam buat ibunya ceu Lies, semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan dunia akherat...Amiin..

    BalasHapus
  2. Wah jadi ibu mba ini seorang guru ya :) Selain daripada mulia nya guru, ibu mba juga single parent pahlawan keluarga :) kalau keluarga saya sih alhamdulilah lengkap dengan ayah ibu tapi dia juga pahlawan juga buat kami selaku anaknya ;) hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, Ayah sudah tiada, dan satu-satunya orang tua saya tinggal ibu.

      Mumpung masih lengkap jangan lupa untuk selalu mendoakan beliau dan dekat selalu dengan orang tua ya mas. Salam buat orang tuanya.

      Hapus
    2. Iyah mba nanti saya salamkan :-)

      Hapus
  3. Ibunya keren, mba. Semoga selalu sehat ya. :)

    BalasHapus
  4. Mimi-ku juga single parent neng..bapak almarhum tahun 2001. sdh 15 tahun sendiri. ibu2 kita hebat yaa...semoga syurga Allah buat mereka kelak. salam buat Ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Ya Allah teh. Semoga ibu kita selalu sehat ya. Salam juga buat Ibu teh Ophi.

      Hapus
  5. wah terharu ay , perjuangan seorang ibu itu tak terkalahkan, jadi kangen mamaaaaaa

    BalasHapus
  6. Semoga ibu sehat-sehat saja ya mbak Lis, semoga bisnisnya lancar dan berkah, aamiin :)

    Setiap ibu memang selalu menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya ya mbak, beliau akan selalu melindungi kita dengan segala kemampuan dan kekuatan. Hidup ibu-ibu Indonesia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin mba.

      Benar sekali mba, Ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak-anaknya.

      Hapus
  7. Perjuangan ibunya mbak ini hampir sama sekali dengan ibu saya dan dia juga seorang single parent dan dia juga harus mengurus ketiga anaknya sendirian termasuk saya, bapak saya yang sudah meninggal pada tahun 2012 dan waktu itu saya juga sangat terpukul sekali karena tidak ada tanda apa apa mbak. Tapi seiring berjalannya waktu ibu saya sudah terbiasa dengan kondisi seperti sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mas, saya begitu sangat terpukul, bahkan hampir menyerah. Tapi, Ibu telah mampu menguatkan anak-anaknya, sehingga adik saya pun sekarang ini menjadi sosok yang kuat dan mandiri, serta dewasa sekali.
      Semoga ibunya mas Iman juga sehat selalu ya.

      Hapus
  8. Ibu tidak hanya menjadi pahlawan saja mba. Tetapi sosok yang menginspirasi tidak hanya keluarga tapi sesama dan semua yg baca postingan nya.

    Semoga beruntung.

    BalasHapus
  9. Saya suka dengan gaya tulisan tentang Kudo-nya, dengan bercerita, jadi lebih santai dibacanya. Tentang Ibu, ini makanya saya nggak suka denger orang2 komentar buruk ttg perempuan single parent. Belum tentu bisa sekuat mereka. Good luck, Mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kaish mba.

      Benar sekali, jangan pernah anggap remeh perempuan single parent, karena kita belum tentu sekuat mereka.

      Hapus
  10. Ibunya masih produktif dan berbakti dalam mengajar, salam hormat untuk ibunda ya Lis.
    Sehat selalu untuk ibu.

    BalasHapus
  11. nggak hanya pahlawan keluarga mbk lis, tp ibu jg pahlawan tanpa tanda jasa.
    semoga ibu selalu diberikan kesehatan, kekuatan, dan kemurahan rejeki. amin.

    BalasHapus
  12. Perjuangan single parent nggak cuma nyari nafkah untuk membiayai anak-anak. Yang paling berat adalah perjuangan menghadapi masyarakat yang suka nyinyir jika melihat single mom. Saya tahu persis tentang itu :) Semoga menang ya, Teh. Salam untuk ibu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mba, saya sendiri menjadi saksi bagaimana nyirnyiran itu begitu menyakitkan. Air mata Ibu pun selalu menyayat hati saya, ketika ada cacian yang datang kepadanya.

      Hapus
  13. Bener-bener pahlawan keluarga ya mba,,sehat terus yg Ibu,,��

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.