Indonesia adalah tanah airku, dimana saya lahir
dan tumbuh menjadi rakyat Indonesia, sebagai anak bangsa kubangga dengan
perjuangan para pahlawan yang berani merebut kemerdekaan dari tangan para
penjajah. Dan sampai nanti sebagai seluruh rakyat Indonesia harus mampu menjaga
ketentraman dan kedamaian bangsa ini.
Sebelumnya saya ucapkan “selamat ulang tahun untuk
blogcamp grup yang ke 5, semoga sukses dan
grupnya selalu ramai dengan postingan-postingan keren yang bermanfaat
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam menyambut ulang tahunnya, Blogcamp
menggadakan kontes unggulan dengan tema “Aku dan Indonesia”.
Saya orang Indonesia asli, yang lahir dikota Garut
propinsi Jawa Barat, kedua orang tua juga asli Garut, jadi sudah tentu saya ini
asli Indonesia tepatnya dari tanah sunda.
Indonesia ini kaya akan budaya, alamnya indah,
sampai makanan khasnya yang beragam. Maka sudah kewajiban kita sebagai warga
negara Indonesia untuk dapat menjaga dan melestarikannya. Biarpun kini sudah zaman
modern, seni budaya jangan sampai hilang, soalnya itu warisan dari para leluhur, kita harus mempertahankan dan
menjaganya sampai titik darah penghabisan. Jangan sampai ada yang mengklaim
lagi tarian daerah yang sudah diwariskan nenek moyang kita sejak dulu.
Apakah saya cinta seni budaya dan orang Indonesia
? jawabannya “ya”.
Karena saya lahir dari Jawa Barat, tentu saya
mencintai seni budaya saya sendiri. Dari kecil kedua orang tua saya selalu
mengajarkan untuk dapat berperilaku sebagai orang Indonesia asli, dengan
kesopanan dan bertutur kata yang baik, apalagi saya orang Garut, disini sangat
kental dengan agama yang kuat, maka kehidupan masa kecil saya diisi dengan
belajar dan mengaji, dari berpakaian pun harus tertutup, kalau dulu tuh tak
boleh memakai baju “maaf” paha ataupun ketiak kelihatan, karena kata ayah “itu
budaya orang barat”.
Disunda tuh seni budayanya banyak dari seni tari
jaipongan, tari merak, rampak gendang, degung sampai wayang golek. Biarpun saat
kecil saya sedikit tomboy, Ayah tetap menggajarkanku untuk selalu mencintai musik
dan tari daerah.
Tari merak dan jaipongan saya pelajari dari usia 6 tahun, memang tak mudah, selain tubuh harus lentur, juga harus sesuai alunan musik, 2 tahun saya habiskan waktu untuk belajar tarian ini. Dan pentas pertama saya adalah ketika acara pernikahan saudara, ada suatu kebanggaan dalam diri saya memainkan tari jaipongan dan begitu pun tari merak yang saya bawakan saat menyambut 17 Agustus.
Tari merak dan jaipongan saya pelajari dari usia 6 tahun, memang tak mudah, selain tubuh harus lentur, juga harus sesuai alunan musik, 2 tahun saya habiskan waktu untuk belajar tarian ini. Dan pentas pertama saya adalah ketika acara pernikahan saudara, ada suatu kebanggaan dalam diri saya memainkan tari jaipongan dan begitu pun tari merak yang saya bawakan saat menyambut 17 Agustus.
Terakhir saya pentas menari daerah, saat mengikuti
prosesi upacara adat untuk menggiringi para lulusan yang akan di wisuda.
Dok Pribadi. waktu mau nari neh...hihi |
Seni musik angklung dan degung adalah jenis alat
musik yang saya pelajari ketika duduk di bangku SMP. Kalo degung tuh kesenian
sunda yang lebih banyak dimainkan dalam upacara adat sunda, sebagai penggiring
tarian dan prosesi pernikahan. Peralatan musik degung ini banyak sekali,
seperti kempul, saron, bonang, kacapi, gendang, goong, suling dan rebab. Kalau
saya dulu belajar memegang alat kecapi, bonang, suling dan saron, karena yang
mudah diingat..hehe, bersama teman-teman saya sempat tampil dibeberapa sekolah
untuk mengiringi acara prosesi upacara adat.
Saya sangat senang kalau sudah terlibat dalam upacara
adat, karena sangat kental dengan budaya sunda. Ada penari, dan saya serta
teman-teman bermain musik, sedangkan anak laki-laki memegang umbul-umbul, dan
terakhir selalu ada mamang lengser yang bertugas menjemput dan mengantar
pengantin serta tamu.
Alat musik degung dari sunda Sumber gambar google |
Kalau angklung itu alat musik yang terbuat dari
bambu, yang bisa menghasilkan alunan musik yang merdu. Saya bisa memainkannya
sewaktu kelas 5 SD, karena nenek saya punya alat musiknya. Entah mengapa saya
punya cerita mistis dari angklung yang sampai saat ini ada dirumah almarhum
nenek, waktu itu angklung mendadak bunyi sendiri, padahal tidak ada angin,
apalagi gempa, saya pun tidak berpikir macam-macam, sampai keesokan harinya
saya mendapat berita duka salah satu saudara meninggal. Begitu pun saat ayah
serta nenek meninggal, sebelumnya angklung itu berbunyi sendiri, saya mulai
berpikir apa itu pertanda sebuah kabar buruk “entahlah hanya Tuhan yang tahu”.
Angklung Sumber gambar wikipedia |
Seni budaya sunda memang sudah mengalir dalam
darah saya, sehingga tak sedikit pun saya melupakannya. Hingga pada akhirnya
kelak dapat saya wariskan pada anak dan cucu, karena putri saya yang berusia 4
tahun sudah senang menari, maka saya pun mulai menggajari dasar-dasar menari
jaipong dan merak.
Nah kalau barusan bercerita tentang kecintaan
serta pengalaman saya dalam hal seni budaya Indonesia terutama dari daerah
sunda, kali ini saya ingin menceritakan cinta saya akan orang Indonesia asli.
Pas lagi duduk di bangku SMA, teman serta saya
sendiri sangat suka dengan film korea, apalagi pemainnya tuh tampan dan cantik,
sampai-sampai kalau lagi ngumpul, ngomonginnya pasti pemain itu lagi, ga
kehitung lagi jumlah tabloid yang ada dirumah, semuanya pasti tentang Song hye
gyo maupun Song seung heon. Sampai saya bicara begini sama ayah saya “pa...tar
kalau punya suami mau nyari orang Korea ah”, dan ayah saya cuma bisa
geleng-geleng kepala, mungkin dipikirnya “mimpi anak baru gede tar juga lupa”.
Ya memang itu hanya pikiran anak baru gede yang
sedang ngefans sama idolanya, tapi untungnya saya bukan fans fanatik, jadi
biasa saja.
Sebenarnya masalah jodoh ada di tangan Tuhan, saya
selalu berpikir siapapun dia “jodohku” haruslah seiman dan Indonesia asli, mau
itu orang Cianjur, Jakarta, ataupun Palembang, yang penting dari Indonesia.
Sampai akhirnya nenek buyutku bicara seperti ini
“Neng, engke teh bakal nikah jeung tentara, kuenek dijamin moal kasasah deui
(neng, nanti itu bakal nikah sama tentara, nenek jamin ga akan sama siapa-siapa
lagi)”, nah nenek buyutku itu kalau ngomong emang tak pernah salah, antara
percaya dan tidak, biar saya mengikuti takdir jodoh saya.
Sampai akhirnya saya selalu berpikiran untuk dapat
menikah dengan seorang TNI, bukan tanpa alasan, itu karena saya ingin mempunyai
suami yang bisa menjaga saya dan dia seorang abdi negara yang selalu menjaga
keutuhan dan kedamaian NKRI. Ada suatu kebanggan dalam diri saya untuk bisa
bersanding dengan seorang prajurit. “Mengapa bisa begitu ?”, karena saya pun
cucu dari seorang pejuang 45, kakek saya seorang prajurit, memang saat ini
sudah tiada, tapi saya masih menyimpan sejarah dari perjuangan kakek dalam hati
dari kisah yang nenek ceritakan, dimana dulu kakek bersama sahabatnya dan
rakyat Indonesia di Jawa Barat berjuang merebut kemerdekaan dari tangan para
penjajah.
Yang sebelah kanan kakekku..yang tinggi itu temannya sesama prajurit |
Perjuangan kakek saat itu tidaklah mudah, malah kata nenek sempat ditahan tentara Jepang sampai akhirnya bisa meloloskan diri. Kalau tak
salah ingat kakek meninggal di tahun 63an karena sakit, ayah saya pun masih
kecil.
Dan ternyata doa itu terjawab, ucapan nenek
buyut serta doaku menjadi nyata, saya menikah dengan seorang prajurit TNI di tahun 2008, dan suami saya masih orang sunda, rumahnya pun tak jauh dari
tempat tinggal saya, masih satu kota yaitu Garut Jawa Barat, dan satu kecamatan
Banyuresmi yang terkenal dengan tempat wisata Situ Bagendit “yang mau
berkunjung silahkan...saya tunggu loh..hehehe”.
Aku dan Indonesia, dalam darahku mengalir darah
Indonesia, kubangga menjadi warga Indonesia, karena kutinggal, hidup dan diakhir nanti hanya di Indonesia. Kutemukan cintaku pun di Indonesia, kubangga dan cinta
dengan keragaman seni budaya Indonesia.
Semoga apa yang pernah saya pelajari tentang seni
budaya Indonesia akan terus saya lestarikan dan menjaganya. Tak lupa saya ajari
anak-anak saya untuk selalu cinta akan seni budaya, alam dan produk Indonesia. Biarpun
zaman ini sudah modern, dimana tarian modern yang dibawa dari luar Indonesia
sudah masuk ke negeri ini, tak akan membuat saya lupa akan seni daerah
kelahiranku sendiri. “Garuda didadaku....Indonesia dihatiku”.
ARTIKEL INI DIIKUTSERTAKAN
PADA KONTES UNGGULAN : AKU DAN INDONESIA
Note : sumber gambar angklung dari wikipedia dan degung dari google (proghita.com)
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
BalasHapusDicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya
Terima kasih pakdhe......
HapusKapan ya bisa main ke tempat mak Lis :)
BalasHapusmenyenangkan ya Mak membicarakan ttg kedaerahan kita, mengakibatkan kecintaan kita pada Indonesia.
Moga sukses ya Mak :)
Ayo mak main...saya ajak keliling deh...sejuk dan indah...
HapusBenar sekali mak, setiap kali bicara tentang daerah...selain membuat bangga..juga saya selalu ingin pulang....
waahhh aku inget jaman dulu itu pas SMP iseng ikut ekskul gamelan, taunya malah suka, asik gitu kayaknya. Pingin bisa nari juga hehe
BalasHapusMenyenangkan kalau bermain gamelan...saat menabuhnya ada sesuatu yang berbeda dalam hati..yaitu rasa bangga...hihi...
HapusSetiap berbunyi jadi pertanda orang yang meninggal yah, Mbak?, saya jadi ingat ketika orang tua saya dinas di daerah Ambunten. daerahnya pelosok, jauh dari jalan raya. saat itu saya masih belum sekolah, dan di tempat kami tinggal Tuan Rumahnya memiliki alat kesenian kuno, lengkap. seperti gong, gamelan, suling dsb. nah, itupun juga ada aura mistinya, Mbak. kadang tuh, kami dengar suara alunan gamelan, atau gong berdengung. tiap malam Jum'at dimandikan kembang oleh pemliknya. entahlah, sejauh itu puji syukur tidak menandakan apapun.
BalasHapusSukses untuk GAnya, Mbak :)
Ihhhh...ngeri jadinya ya mas Richo...saya juga gatau kenapa, sebelum ada kabar buruk itu datang...alat musiknya pasti berbunyi sendiri...seperti ngasih tahu sama kita ada sesuatu hal....
HapusMakasih doanya.amin
salam kenal mbaaaa...Indonesia yang cantik dan kaya, termasuk seni budaya...sukses yaaa mba..
BalasHapusSalam kenal juga......mbak Indah....
HapusSukses juga ya