Mengukir kata demi kata dalam bingkai kasih, dengan sucinya cinta dan indahnya warna warni perjalanan hidup, hingga akhirnya memantapkan seluruh hati dan jiwa untuk melukisnya dalam tahta cinta.
Pernikahan adalah penyatuan dua
hati, pikiran dan prinsip yang berbeda, tapi hanya dengan cinta dan kasih
sayang semuanya menjadi satu. Hari sabtu 9 Agustus 2008 adalah awal dari
perjalananku menuju kehidupan yang baru bersama belahan jiwaku, dimana aku
bersandar dan mengisi hari-hari indah itu, menjadikanku menjadi permaisuri
dalam hatinya.
Dan hari Sabtu 9 Agustus 2014 ini
adalah hari bersejarah dalam kehidupan saya dan suami, pernikahan kami
menginjak usia 6 tahun, waktu itu terasa begitu cepat berjalan, dan dalam waktu
6 tahun ini kami merasakan pedih, senang, sedih serta bahagia bersama-sama,
rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selama ini telah membimbing
dan melindungi kami, hingga dalam setiap masalah pun kami dapat lalui dengan
penuh rasa syukur “Alhamdulillah”.
“Papa”, begitu biasa aku
memanggilnya, hingga tak ada lagi kata panggilan “ayank, aa, babe, atau bahkan my love” yang lebih indah selain “papa”. Mengapa demikian ? karena saya
teringat akan ajaran dari seorang guru spiritual saya (saya biasanya
memanggilnya pak Haji, karena beliau guru ngaji dan sudah Haji yang memang
selalu mengajarkanku agama), katanya begini “Neng (panggilan beliau kepadaku),
kalau sudah menikah tuh, apalagi punya anak jangan panggil suami dengan sebutan
aa lagi, panggil bapak, abi, papa atau ayah, Insya Allah kelak diakherat akan
memudahkan kalian kembali bertemu, dan jangan lupa suamimu adalah jalan menuju
surgamu”. Dan kata itu selalu membekas dalam hatiku, mau didepan anak atau
tidak, saya akan selalu memanggilnya “papa”..hehehe.
Coretan Kata Hati Untuk Suamiku
Selama 6 tahun ini banyak yang telah
kami lalui, yang akan selalu membekas dalam hati dan pikiranku akan sosok
seorang suami yang telah mendampinggiku selama ini. Ok kali ini saya bukan
menuliskan sebuah keburukan ataupun hal lain, tapi sedikit berbagi cerita dari
kenangan indah saya selama ini, yang memang tak bisa dilupakan, dan berharap
nanti bisa dibaca sama anak cucu.
Suamiku memang tak seromantis Kahlil
Gibran dengan tulisannya akan cinta yang menyentuh hati yang selama ini selalu saya
baca dalam setiap karyanya, atau memberikan setangkai bunga mawar, coklat dan
puisi, tapi suamiku mampu membuat hatiku luluh dengan sendirinya. Karena
sosoknya yang tegas dan mampu melindungiku.
Kami saling kenal sudah lama, dan
tak saya sadari dia sudah mengenal sifat bahkan perilakuku semenjak duduk di
bangku SMP (kalau saya tak tahu…hehehe), “tomboy dan galak” itu yang terucap
dari bibir suamiku saat pertama kami bertemu, “emang pernah ketemu dimana?”
tanyaku padanya, “SMP..kan kakak kelasmu” jawabnya. Ya setidaknya dia tahu saya
bukanlah perempuan yang lemah lembut atau bahkan gampang berlari kelain hati…hehehe.
3 tahun lamanya kami menjalani masa
pacaran hingga bertunangan, maklumlah saya memilih untuk menyelesaikan kuliah
dulu, dan akhirnya setelah lulus dan mendapat gelar SE (Sarjana Ekonomi) saya
memutuskan menikah, kan menikah itu ibadah, juga menghindarkan dari segala
fitnah dan menghalalkan suatu hubungan dari dua hati yang berbeda. Apalagi waktu itu saya dapat pekerjaan disatu kota yang sama dengan suamiku bertugas.
Kami sama-sama memiliki kekurangan
serta kelebihan, dan kelebihan itu bisa menutupi setiap kekurangan kami. Suamiku
disaat masa pacaran memang tak bisa merayu, apalagi merangkai kata indah untuk
kekasihnya ini, bahkan saya selalu bilang begini “a..kasih bunga kek, atau
puisi kayak pacaran orang lain gitu”, dan dengan santai dia menjawab “ya udah
mau coklat, tinggal beli, mau berapa?, bunga tar ditanemin didepan tuh…kalau
puisi kan udah bisa bikin sendiri”, akhirnya hanya bisa senyam senyum sendiri,
tak apalah saya kan tidak nyari cowok romantis, tapi saya mencari yang
bertanggung jawab, jujur, setia dan mencintaiku karena Allah, biar tak berani
macem-macem kalau sudah berurusan sama Tuhan.
Suamiku memang tegas dan disiplin, yang
memang seorang prajurit, jadi mau tak mau saya pun harus bisa kerja cepat dalam
berbuat, dan memang itu semua telah membuatku berubah, saya tak bisa
bermanja-manjaan lagi, dari yang tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, jadi
bisa melakukan apa-apa, semua bisa saya kerjakan sendiri tanpa bantuan asisten
rumah tangga, apalagi sekarang punya 2 anak, selain mengurus rumah dan anak,
saya juga punya pekerjaan lain, tapi bisa saya jalani semua.
Suamiku yang tegas bisa juga
meneteskan air mata, yang memang selama ini tak pernah saya lihat, ya air mata
itu jatuh ketika putri pertamanya lahir, bagaimana tidak kami merindukan
kehadiran anak sejak awal pernikahan, tapi Tuhan berkata lain, setiap hamil
pasti keguguran, dan setelah 2 tahun menikah, saya bisa juga melahirkan
anugerah itu dengan selamat.
Dok. pribadi (putri kecilku) |
Dan saat melahirkan itu adalah
moment yang paling indah, banyak suka dukanya. Suami dengan setia
mendampingiku, apalagi 12 jam berlalu bayiku tidak mau juga keluar, membuat
tubuh saya lemah, memang saya sudah tidak kuat, napas saya juga sudah sesak,
saya piker itu adalah akhir hidup saya, saya lihat ada raut wajah sedih melihat
suami yang termenung dihadapan dokter SPOGku, “apa yang harus dilakukan dok?”
tanyanya dengan suara bergetar, “demi keselamatan keduanya, kita lakukan ceasar
sekarang pa”, suami pun menyetujuinya, biarpun itu bertolak belakang dengan
hatiku yang ingin melahirkan normal, saya pun hanya bisa pasrah menerimanya.
Suami masih setia mendampinggiku didekat
ruang operasi, memberi ketegaran dalam hatiku supaya kuat, memang ada rasa
ketakutan bahwa aku tak bisa melihat bayiku, hingga akhirnya aku tak sadarkan
diri cukup lama. Diantara kondisiku yang setengah sadar, saya bertanya pada
suamiku “mana bapak…mana bapak (ayah kandungku)”, “bapak ada” jawab suamiku
dengan sedih, entah kenapa pertanyaan itu selalu terulang, padahal Bapak sudah
meninggal, memang saat berada diruang operasi, saya lihat sosok bapak disana “ingat,
ini bukan horror loh ya..”, saya tahu bahwa pertanyaan itu juga telah membuat
semua keluarga yang mendampingiku bersedih terutama ibu.
Sedih pun berganti bahagia, saat
saya bisa memberikan ASI pertama kepada putriku, biarpun kondisi saya belum
stabil, dan belum bisa miring kanan kiri, tapi untungnya dibantu suami serta
saudara saya, bisa juga menyusui, yang tak bisa saya lupakan adalah pengorbanan
suami yang begitu besar mengurus saya, dia tak merasa jijik melihat darah atau
bahkan luka ceasar saya yang harus diobati, saya tak menyangka suami bisa
melakukan itu, apalagi saat saya harus belajar berjalan, dia setia membantu,
sampai urusan membersihkan badan saya yang masih terbaring, suami yang lakukan,
padahal disana ada perawat yang bertanggung jawab mengurus saya, tapi suami tak
mau orang lain yang melakukan. Dan bagi saya moment kelahiran itu, bisa menunjukkan suamiku sosok yang bisa romantis dan begitu sayangnya dia kepada istrinya ini, hingga apapun dia lakukan.
Suamiku tak lelah mendampingiku,
disaat sakit, bahkan menjadi “Papa ASI” yang hebat, yang selalu memberiku
dukungan penuh untuk selalu memberi ASI kepada putrid kecil kami, suami tak
ingin putrinya diberi susu formula “bukan pelit loh, tapi papanya ini ingin
mensyukuri rahmat dan nikmat Tuhan”, untungnya ASI ku banyak, jadi tak takut
putriku kekurangan air susu.
Sampai kelahiran anak kedua pun
suamiku selalu setia mendampingi, sampai membuatku untuk selalu tegar, sabar
dan ikhlas dalam menghadapi cobaan, “terus berdoa kepada Allah” ucapnya
kepadaku, karena menginggat bayiku harus dirawat diruang khusus saat dia
terlahir. Dan memang benar buah dari kesabaran dan doa itu begitu indah, belum
lagi dengan kebesaran dari sang pencipta, “Alhamdulillah putra keduaku selamat
dan kembali sehat”.
Putra kecilku (Dok. pribadi) |
Perjalanan kehidupan itu memang tak
selalu mulus, seperti kehidupanku dengan suami selama ini, ada sedih dan
senangnya, tapi Alhamdulillah semua dapat terlewati dengan baik.
Surat
Cinta untuk suamiku….
Suamiku yang
tersayang, begitu indahnya hari-hari yang telah kita lewati selama ini, dari
awal pertemuan kita sampai perjalanan pernikahan yang sudah kita lalui selama 6
tahun ini, semoga Tuhan akan selalu memberikan kita kesehatan, keselamatan dan
kebahagiaan bersama putra dan putri kita tercinta.
Suamiku…masih ingatkah
kau dengan hari-hari yang sudah kita laui bersama?, dimana kau akan selalu
bilang “jadikan ini sebuah pelajaran hidup” supaya kita bisa berubah menjadi
manusia yang lebih baik, kau pun selalu bilang “jangan menaruh dendam kepada
mereka yang pernah menyakiti”, ya karena kau tahu banyak sekali yang telah
menyakitiku, dan aku harus selalu sabar, karena kuyakin Tuhan yang akan
membalasnya.
Suamiku terima kasih
kau selalu mendampingiku selama ini, menjadi ayah terbaik untuk anak-anak kita,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rejeki dan kebahagiaan kepada kita,
menjalani kehidupan ini bersama-sama, sampai akhir nanti aku, kau, dan
anak-anak kita selalu bergandengan tangan, menjalani hari demi hari, waktu demi
waktu hanya dengan senyuman, sekalipun itu kita sedang kesusahan, senyuman
tidak akan pernah hilang dari wajah kita, karena setiap apa yang kita dapat dan
lalui haruslah disyukuri.
Suamiku tercinta,
tiada kata yang lebih indah selain “aku
bahagia menjadi istrimu dan ibu anak-anakmu”, karena tanpa kalian hidupku
akan terasa hampa. Senyum kalian adalah kebahagianku, kesedihan kalian adalah
kepedihanku, maka selalu tersenyum menyambut hari ini, esok maupun nanti, supaya
hidup kita selalui diberkahi, dan kita akan selalu bersama menyambut sang
mentari yang indah, bahkan rembulan pun akan selalu menerangi jalan kita dalam
gelapnya malam, dan Allah SWT selalu memberikan cahaya kepada perjalanan hidup
kita.
Suamiku, ada doa yang
paling indah dihari ulang tahun pernikahan ke 6 kita “Ya Allah, semoga kami (aku,suami dan anak-anakku) dapat selalu bersama
dalam menjalani kehidupan ini, dijauhkan dari segala bahaya, diberi kesehatan
dan keselamatan, juga dilimpahkan rejeki kami. Ya Allah, semoga kami dapat
menjalani kehidupan ini jauh lebih baik dari kemarin, jadikanlah kami umat-Mu
yang selalu Engkau sayangi, hingga kami dapat melewati segala permasalahan
hidup ini dengan hati sabar dan ikhlas, serta menjadi manusia yang memiliki
keimanan dan ketakwaan yang kuat, dijauhkan dari segala godaan syetan yang
terkutuk”.
“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami menjadi anak yang kuat,
sabar, jujur dan berguna bagi nusa, bangsa, serta agama, sukses dalam menjalani
kehidupannya, disayangi semua orang, dan menjadi anak-anak yang pintar serta
cerdas. Ya Allah semoga pernikahan kami ini menjadi rumah tangga yang sakinah,
mawadah, warahmah. Amin”.
Alhamdulillah ... rasa syukur tak hentinya saya panjatkan, menginjak usia pernikahan ke 10, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan selalu.
Kebahagiaanku dengan suami adalah melihat anak-anak kami tumbuh dengan baik, sehat dan kuat. "I Love You...Chantika dan Dimas".
Kebahagiaanku dengan suami adalah melihat anak-anak kami tumbuh dengan baik, sehat dan kuat. "I Love You...Chantika dan Dimas".
Pertamaaaxx kah aku???
BalasHapussemoga langgeng ya mak, sakinah mawaddah warohmah...
anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah, amin
Amin Ya Rabbb.....
HapusTerima kasih Mak Noorma
Semoga kesehatan, kesejahteraan dan kebahagian senantiasa tercurahkan untuk Jeng Lis sekeluarga. Amin
BalasHapusWe are wishing you for a happy wedding anniversary. May Allah Swt bless you all.
Salam hangat dari Surabaya
Amin. Terima kasih pakdhe
HapusAduh, mak..mata saya berkaca-kaca baca postingan ini :'(
BalasHapusTerharu dengan kisah mbak dan suami..
Beneran mak berkaca-kaca? hehehe....
HapusMakasih Mak Arifah
Aduhhhhh bangga ya, punya suami prajurit tapi hatinya baikkkkkkk, kalem, penyayang dan laki bangettttttt hihihihihihi.
BalasHapusHuhuhu
BalasHapusAku terharuuu
Perjuangannya luar biasa, suaminya juga keren banget siiih.
Ya Allah, semoga jodohku sebaik suami Teh Lis. Aamiin
Aku, merembes mili mba bacanya, apa klo dirasani begini suamimu baca juga?
BalasHapusso sweeeeeeeeaaaatttt bgt mba.
BalasHapuskayaknya mbanya lbh romance dari suaminya hehehe.
kapan ya saya surat-surat'an jg buat suami hahaha jd baper.
mudah2an langgeng dan partner hidup di dunia dan akhirat..
Sweet banget mba.. Semoga kelak dipertemukan kembali di surgaNya Allah SWT.. Aamiin.. Salam Kenal mba :)
BalasHapusBarakallah mba dalam biduk bersama suami ternyata. Semoga selalu langgeng samara.
BalasHapus