Saat Kecil Perilaku Tomboy, Tapi Hati Tetap Feminim


[Dunia Anak] Masa anak-anak adalah masa yang paling indah. Banyak sekali kenangan indah di masa kecil yang tak terlupakan. Dari mulai naik pohon jambu, cari belut di sawah, hingga main layangan. Biarpun selalu di bilang anak yang memiliki perilaku tomboy oleh masyarakat, hati mah tetap saja feminim.

Masa Kecil yang ga suka pake rok

Masa kecil menjadi masa yang penuh kebahagiaan, biarpun saya menjadi anak pertama yang telat punya adik, membuat saya sedikit manja. Tapi manjanya wajar banget seh, ga keterlaluan banget. Soalnya bapak saya suka mengajarkan, ada waktunya dimanjakan, ada waktunya buat belajar. Belajar apa? Tentu saja belajar ngepel, belajar nyuci baju, hingga belajar masak, soalnya gimanapun saya anak cewe.

Saat kecil bisa dibilang saya ini termasuk anak yang berperilaku tomboy. Teman-teman saya kebanyakan cowo. Saya ga suka pake rok, sekalinya punya rok, ya seragam sekolah. Sekalinya dipakein rok, cuma sejam dua jam saja, habis itu lepas dan pake celana saat main. Jadi ibu saya kapok kalau beli rok, ga bakalan di pake sama sekali. Kalau usia 5 tahun seh, masih dipakein rok dan pita, ya tapi itu ga betahan kalau kata ibuku.

Lagi bayi kata ibu ga ada rambutnya, nah itu ada yang pake pita saat usia 5 tahun
Rambut saya ga pernah panjang, selalu pendek. Perilaku tomboy sering bikin orangtua saya geleng-geleng, karena kaki dan tangan saja habis dengan bekas luka. Soalnya hobi banget naik pohon atau enggak main bola dan kelereng. Bahkan kelereng saya bisa sampe seember kecil loh, itu hasil keliling main kelereng hehe, eh ngumpulin juga seh. Selain itu saya ngalamin juga loh berantem ama anak cowo hahaha, pokoknya itu seru banget.

Semua keluarga dan masyarakat sudah mengenal saya sebagai anak tomboy, yang doyannya pake celana dan berambut pendek. Apalagi doyan panjat pohon. Di rumah ada pohon jambu air yang lumayan tinggi, nah nenek suka teriak-teriak suruh saya turun kalau sudah di puncak pohon. Ya saya mengerti kekhawatiran nenek, yang takut cucunya jatuh. Tapi, itu tetap saya ulang terus menerus sampai jambu beneran habis saya ambilin. Bapak seh sudah ga aneh kalau nenek ngeluh cucunya ga bisa dibilangin kalau lagi naik pohon. Mau ngambek juga tetap diulangin lagi.

Sampai akhirnya saya jera naik pohon, mungkin ini efek ga dengerin nenek dan orangtua. Biarpun saya ini termasuk anak tomboy, saya termasuk anak yang alergian dengan ulat bulu. Suatu ketika, saya bersama teman-teman pengen ngambil jambu batu di rumah salah satu teman. Setelah naik, saya tidak tahu, kalau di bawah sudah banyak ulat bulu ukurannya gede-gede akan naik ke atas pohon. Gatau juga itu ulat bulu darimana asalnya. Karena kaget dan geli, saya loncat dari ketinggian, mengakibatkan tangan saya patah dan luka yang lumayan bikin meringis. Sebulan tuh saya jadi anak penurut dan tidak naik pohon lagi. Nenek dan orangtua udah tenang gitu melihat cucunya jadi anak yang manis banget #eaaah.

Biarpun tomboy, hati tetap feminim


Semenjak jatuh dari pohon jambu, saya tidak naik pohon untuk beberapa bulan, tapi bukan berarti tidak tomboy lagi. Karena saya menjadi gemar permainan lain, seperti main kelereng, main ketapel, hingga main layangan. Bagi saya itu adalah permainan menyenangkan yang penuh tantangan di usia 7 tahun. Bukan itu saja, saat musim hujan, saya bersama teman-teman cowok sejak subuh sehabis ngaji langsung cari jamur di kebun, dulukan anak main jam segitu aman banget, ga seperti sekarang serba was-was. 

Saya juga mengalami keseruan bermain dengan kerbau di sawah, yang bikin ibu marah karena pulang-pulang baju penuh lumpur. Pernah suatu ketika hujan sangat besar, saya dan teman-teman malah asyik mencari belut di sawah, senang seh dapat banyak. Tapi, saat sampai rumah, ibu lagi nangis, takut anaknya kenapa-kenapa, karena hujan deres banget. Dan bapak hanya bisa melihat saya sambil geleng-geleng, lihat baju kotor, dan basah kuyup. Tentu ada rasa bersalah melihat orangtua sampai khawatir seperti itu, akhirnya membuat saya sadar dan meminta maaf.

Mungkin bapak dah lihat saya sangat suka kegiatan dan aktivitas, sejak saat itu bapak mulai mengarahkan saya untuk ikut kegiatan yang benar-benar bisa mengasah kemampuan, kemandirian dan keberanian. Bapak mulai mengajak saya untuk ikut Pramuka, seni bela diri, olahraga pernafasan mahatma, hingga menari supaya saya lebih kelihatan cewenya.

Sedikit demi sedikit, saya mulai menyukai kegiatan yang diberikan bapak, terutama menari dan mengenal seni musik. Jaipongan menjadi jenis tari tradisional yang saya sukai, dilanjutkan dengan tari merak. Bahkan saya mulai tertarik belajar main alat musik tradisional dari kecapi, suling, gamelan, hingga alat musik modern, yakni drum. Biarpun saya tomboh neh, hati saya tetap feminim kok, karena semenjak menari, jadi punya banyak temen cewe. Jadi suka deh tuh beli boneka barbie, mainan boneka kertas, hingga main masak-masakan.  


Mungkin ada yang ingat dengan mainan ini? Nah aku suka beli tuh, sampai bertumpuk-tumpuk. Bapak seh ga marah aku terus beli, karena dia senang akhirnya anak perempuannya bisa kelihatan cewenya dengan main boneka. Ya biarpun perilakunya masih tomboy, karena hobi manjat pohon masih tetap saya lakukan juga sampai usia SMP. Pokoknya ga aneh, kalau saya sering jatuh, patah tangan, udah sembuh ya begitu lagi. Gimana lagi ya itu kesenangan main di pohon. Apalagi kalau jambunya lagi berbuah banyak banget, makin betah deh tuh.

Bimbingan bapak mengajarkan anak menjadi berani dan mandiri

Masa kecil memang sangat indah sekali, banyak hal lucu dan seru, hingga bikin orangtua geleng-geleng. Makanya ga aneh seh, kalau Chantika sama Dimas sekarang aktifnya ampun-ampunan banget. Suka diceritain juga seh sama ibu ke anak-anak gimana saya dahulu, yang perilaku tomboy, tapi tetap feminim. Biarpun pake celana, rambut pendek, mainannya tetap boneka dan bisa gemulai dalam menari. Aiih, seseutu banget deh zaman dulu.

Saya yang sejak kecil tomboy dan pada akhirnya mulai diarahkan ke kegiatan yang lebih menarik, sehingga mampu berprestasi. Tentu semua itu tidak lepas dari bimbingan bapak. Bahkan bapak selalu mendukung kegiatan saya, baik itu menari, menyanyi saat 17 agustusan, hingga baca puisi. Biarpun banyak cibiran, ketika yang lain lebih berprestasi di bidang pelajaran, saya malah di bidang seni, bapak  dan ibu menjadi satu-satunya yang selalu bangga kepada saya. 

Bimbingan bapak menjadi contoh buat saya dalam membimbing anak-anak. Karena sudah sukses membuat saya menjadi lebih berani dan mandiri. Ada beberapa bimbingan bapak yang mengajarkan anak menjadi berani dan mandiri, seperti:

Bersama bapak dan ibu saya serta bibi (adiknya ibu)
  • Bapak mengajarkan saya untuk mencintai alam, mengenal alam dengan kemping, hingga bertahan hidup di alam bebas dengan makanan seadanya yang ada di alam. Ini membuat saya bisa berpikir dengan cepat, makanan yang ada di alam, bisa diolah menjadi makanan yang tetap lezat dan enak untuk bertahan hidup saat di alam bebas. Sekalipun itu hanya makan daun singkong.
  • Memasukkan saya Pramuka, membuat saya menjadi lebih berani untuk belajar banyak hal. Bahkan dengan masuk Pramuka, menjadi jauh lebih mandiri dan tidak cengeng. 
  • Dengan ikut pramuka, mengajarkan tentag pentingnya kekompakan, saling menghargai, saling menolong dan percaya diri.
  • Biarpun saya di manja, tetap ada waktu untuk belajar mandiri. Mulai dari belajar mencuci baju, membantu ibu memasak dan mencuci piring, hingga beres-beres rumah.
  • Dengan belajar seni mampu mengasah kemampuan, sehingga saya bisa menemukan aktivitas yang selalu saya sukai hingga kini.
  • Bapak membimbing saya untuk mempelajari dasar-dasar bela diri. Bukan saja untuk membela diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi untuk kesehatan, meningkatkan disiplin, hingga mampu meningkatkan keberanian dan percaya diri.
Dari hal-hal sederhana yang bapak ajarkan, itu membuat saya yang saat itu masih kecil menjadi lebih paham. Apa yang diajarkan orantua untuk kebaikan kita sendiri dan baik buat masa depan. Bapak dan ibu tetap mengizinkan saya bermain dengan anak cowo, baik itu untuk main kelereng dan layangan, tapi tetap tidak melupakan kodrat saya sebagai seorang perempuan. Belajar memasak dan menjadi anak yang mandiri. Biarpun bapak selalu membelikan apapun yang saya inginkan, bukan berarti itu didapatkan dengan mudah, karena semua butuh perjuangan. 

Seperti saat saya pengen jimbot, itu loh mainan zaman dulu. Biar bapak mampu beli, tetap saja saya harus punya nilai bagus. Dan itu membuat saya  semangat untuk terus belajar dan memberikan nilai terbaik. Ini tentunya mengajarkan saya, bahwa ketika menginginkan sesuatu tidak bisa instan, segala hal butuh proses dan kerja keras. Dan apa yang diajarkan bapak itu sangat bermanfaat hingga kini, sehingga membuat saya bisa melakukan kegiatan apapun.

Masa kecil memang menjadi masa penuh kenangan yang tidak bisa terlupakan. Begitupun dengan masa kecil saya, yang akhirnya mampu membawa perubahan dalam banyak hal ketika saya besar. Biarpun tomboy, hati mah teteap feminimkan, karena suka boneka juga. Karena ada banyak kegiatan juga yang saya lakukan, yang akhirya membuat saya jadi lebih berani dan mandiri. Saat kecil bolehlah ya rambut pendek, baju kayak anak laki, alhamdulillah sekarang udah bisa pake gamis dan di tutup rambutnya.

Nah, kalau kalian masa kecilnya gimana neh? Kenangan apa saja yang tidak bisa terlupakan? Sharing yuuk.


Tulisan ini diikutsertakan dalam #PostTematik

43 komentar

  1. Aku juga suka manjat pohon mangga lho mba waktu kecil. Maklum teman kecilku banyaknya laki-laki semua, jadi kebawa. Kalau anak skrg kayanya udah beda ya mba, lebih sibuk ke gadget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha samaan temennya banyak laki ya. Serukan ya panjat pohon, ada tantangan gimana gitu ya

      Hapus
  2. wah kok sama dengan aku doyan naik pohon, semua pohon sdh dijajal naik, yg belum bisa hanay naik pohon kelapa, krn melorot terus

    BalasHapus
  3. saya punya adik cewek suka manjat pohon jambu batu. bisa sampi ke ujung pohon. Dia bisa apa saja sampe sekarang. kayak laki laki

    BalasHapus
  4. wah iya...tomboy banget ya potongan rambutnya mba

    BalasHapus
  5. Emang pas masa kecil itu lagi cari jati diri dan suka terbawa sama lingkungan teman. Saya juga dulu tomboy orangnya wkwk, malah suka mainan kelereng xD

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, kalau masih kecil emang kayak anak cowok, soalnya teman banyak yang cowok dulu xD

    BalasHapus
  7. kenangan masa kecil yang paling saya ingat dan membekas adalah keahlian dalam mengatur waktu. Dulu, sejak kelas 5 SD saya sudah punya tanggung jawab menggoreng tempe dan tahu untuk orek tempe, ditambah belanja dan beberes rumah. Semua itu selalu saya kerjakan dengan cepat dan ontime.demi bisa bermain dan les pelajaran. Malah sekarang kayaknya kebanyakan leha-leha dan menunda pekerjaan :(

    BalasHapus
  8. meski aku juga ga demen pake rok mba tapi aku masih cemen ga pernah manjat pohon :p

    mba keren amat sampe SMP masih suka manjat

    BalasHapus
  9. Fotonya... Laki banget 😆😆
    Kalau saya kebalikannya Mbak, dulu suka pakai dress anak-anak yang lucu-lucu gitu yang model roknya lebar, pakai pita, sepatu jinjit. Hehe tapi kalau kelakuan ya sama, suka manjat pohon. Hehe..

    BalasHapus
  10. Saya juga suka manjat pohon jambu, walau selalu takut turun. :D

    BalasHapus
  11. duhhh ngomongin masa kecil rasanya bahagia banget, kerjanya cuma main + sekolah + main ... setelah 7 taun jadi anak tunggal trus saya punya adik ... eh itu boneka kertas mainan yg tak terlupakan banget

    BalasHapus
  12. Waaahhh aku dulu pengen bisa punya rambut sependek itu, tp karena rambutku ikal, ga prnh cocok hahahaha.. Aku cm inget pas kecil dulu papa slalu ngajarin aku baca, dan beliin banyaaaak banget bacaan. Itu yg bikin aku suka baca sampe skr. Tp menjelang Sd kls 5an, ga terlalu deket lg ama ortu, krn kesibukan trs papa berubah jd tangan besi mendidik anaknya.. Jd aku berubah jd anak pemberontak. Bisa dibilang, anak yg paling nakal di antara semua sodara ya aku :p. Ga terlalu pengin sih kalo inget2 masa Sd ke atas -_-

    BalasHapus
  13. Ruarbiasyaak rame eunk si Tomboy teh ayeuna magh beddaaa . . . ngala jambu, maen kelereng, maen layangan pasti indah sekali ndak mungkin diulang yaa

    BalasHapus
  14. Masa kecil aku susah makan mbak, sampe dikasih semua suplemen biar mau makan dan gak gerakan tutup mulut. Sekarang masa dewasa aku susah ngerem makan mbak hahahaha.. jadi kalo ortu ngomel tentang kebiasaan ini, sering tak becandain "Lah, salah siapa dulu vitamin-vitamin supaya doyan makan :P "

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sama mba aku waktu kecil dijejel vitamin karena susah makan

      Hapus
  15. Hehe seru ceritanya mak.. Jadi inget dulu rambutku juga cepak pengen bergaya ala Demi Moore

    BalasHapus
  16. Tomboi banget makkk hehehe....kok kita sama ys,suka manjat pohon hehe

    BalasHapus
  17. Tomboy tapi wajahnya imut dan cantik begitu.

    BalasHapus
  18. Wiih... ada baju-bajuan. Inget dulu waktu masih SD. :)

    BalasHapus
  19. kita kebalikan nih Mbak... aku sukak banget pakai rok pendek, sampai dewasa loh... hahaha

    kalau mainan kelereng, layangan, mainan tradisional mah tetep, tapi lebih suka pasaran dan mainan boneka kertas. aku punya banyak sampai dibakar sama ibuku...heheh

    rambut juga suka dipanjangin

    BalasHapus
  20. Hahahahah aku juga tomboy dari dulu sampai skerang mbak. Kebanyakan memang krn lebih cocok temenan sama cowok mak, jadi agak tomboy. Tapi sekarang mbak lis udah feminin banget lohhh hahahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toslah ya sama-sama tomboy. Serius dah kelihatan feminim, gatau neh aku masih suka manjat pager klo kemaleman haha

      Hapus
  21. saya jadi inget masa kecil jg mba. dulu saya jg tomboy. pernah foto gak pake baju saat umur 4thmalu bgt deh..
    tapi udah gede nya ttp masih tomboy tapi fisik gak bohongin hati sih tetep melow..hahaha

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.