[Kesehatan] Sekarang ini, kasus kematian akibat Kanker semakin meningkat di Indonesia. Mendengar banyaknya kasus kanker yang tidak mengenal usia ini, sangat sedih sekali. Sekarang bukan saja orang tua yang kena, anak muda, bahkan anak-anak banyak terkena kanker.
Kanker merupakan penyakit kronis yang menjadi salah satu penyebab kematian jutaan penduduk, di dunia, termasuk Indonesia. Tahun 2018 saja, ada 18,1 juta kasus baru kanker di dunia dengan angka kematian sebesar 9,6 juta. Di Indonesia sendiri, kanker menjadi penyebab kematian ke 2 penyakit tidak tidak menular.
Membaca sebuah artikel di www.pikiran-rakyat.com, meningkatkan kasus kanker di Indonesia diakibatkan gaya hidup yang semakin tidak sehat. kurang olahraga dan makan terlalu banyak, hingga kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogen. Dalam artikel ini disebutkan bahwa angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebanyak 136,2 per 100.000 penduduk dengan kejadian kanker tertinggi di Indoonesia untuk laki-laki adalah kanker paru sebaesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Selain kanker paru, ada juga kanker hati, kanker payudara dan kanker leher rahim yang banyak diderita perempuan.
Sedih sekali melihat bagaimana banyak kasus kematian akibat kanker, padahal kita ingin selalu sehat dan bisa berkumpul dengan keluarga. Melihat banyaknya kasus kematian akibat kanker, tentunya pengobatan kanker juga berkembang, sehingga bisa menolong banyak pasien kanker untuk tetap menjalani kehidupan. Beberapa dekade terakhir ditemukan imunoterapi kanker yang telah membantu pasien di seluruh dunia untuk bisa meningkatkan harapan hidupnya.
Revolusi pengobatan kanker
Pada 25 Juli 2019 lalu, saya menghadiri acara bersama Roche Indonesia. Roche sendiri merupakan pelopor global dalam bidang farmasi dan diagnostik yang fokus dalam memajukan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Lebih dari 50 tahun, Roche telah mengembangkan pengobatan untuk kanker. Melalui Imunoterapi kanker, Roche menghadirkan opsi terapi inovatif untuk membantu sistem kekebalan tubuh seorang melawan kanker.
Disini dibahas tentang Atezolizumab, imunoterapi kanker anti PD-L1 yang pertama di Indonesia dan telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pasien kanker paru bukan sel kecil (non-small-cell lung cancer/NSCLC) dan kanker kandung kemih (Uurothelial carcinoma/UC) stadium lanjut yang telah mendapatkan pengobatan kemoterapi berbasis platinum. Atezolizumab ini merupakan revolusi dalam pengobatan kanker yang kini telah hadir di Indonesia. Dalam acara ini hadir Dr. dr. Nina Kemala Sari, Sp.PD. K-Ger.MPH, selaku Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) dan DR. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo.
DR. dr. Nina membahas tentang Beban Kanker dan Tantangan pengobatan di Indonesia yang menjadi nomor 2 penyebab kematian di dunia akibat penyakit tidak menular. Dimana 73% kematian penduduk di Indonesia memang disebabkan penyakit tidak menular. Pada tahun 2018 total angka kematian akibat kanker di Indonesia mencapai 207.201 jiwa. Dan kanker paru menjadi penyebab kematian kanker nomor 1 di Indonesia.
Di Rumah Sakit Kanker Darmais (RSKD) 10 besar kasus kanker dari Januari sampai dengan Juni 2019, yakni kanker payudara, cervix uteri, nasofaring, tiroid, rektum, paru, kolon, endometrium, kandung kemih dan prostat dengan usia pasien kurang dari 60 tahun. Sedangkan usia 60 tahun ke atas banyak kasus kanker seperti prostat, kandung kemih, paru, endometrium, kolon, rektum, tiroid, cervix uteri, payudara dan nasofaring. RSKD sendiri berkomitmen menjasi pusat rujukan nasional untuk menyediakan layanan kanker berstandar internasional. Dimana VISI RSKD menjadi Rumah Sakit Komprehensif dan Mengembangkan Pusat Kanker Nasional yang setara tingkat Asia.
Photo by Canva |
Dalam hal pencegahan kanker, belum ada regulasi usia boleh merokok di Indonesia dengan konsekuensi bagi yang melanggarnya dan masyarakat masih tidak mudah mendapatkan sayuran bebas pestisida untuk membangun pola hidup sehatnya. Selain itu, belum komprehensifnya dan masifnya media edukasi kesehatan di lingkungan tempat tinggal masyarakat. Harapan di masa mendatang, diperlukan redisain penjenjangan pelayanan pasien kanker. Diagnostik kanker justru harus dilakukan di pelayanan kesehatan terlengkap yang memiliki peralatan radiologi dan laboratorium Patologi Molekuler terpadu, sehingga dapat diketahui diagnosis yang paling spesifik dan valid.
Dan tentang pengobatan kanker, RSKD menyambut baik kehadiran Atezolizumab di Indonesia. Sebagai pusat kanker, RSKD berkomitmen menyediakan layanan imunoterapi kanker berstandar global untuk pasien.
Membahas tentang Imunoterapi, DR. dr Ikhwan mengungkapkan bahwa Imunoterapi kanker merupakan suatu revolusi yang akan memainakan peranan penting dalam pengobatan kanker bagi pasien di Indonesia. Atezolizumab adalah pilihan terapi baru untuk membantu pasien hidup lebih lama dibandingkan kemoterapi. Sebagai anti PD-L1 imuterapi kanker, Atezolizumab juga bekerja mengembalikan respons imunitas di dalam tubuh pasien agar dapat secara efektif menyerang sel kanker. Atezolizumab ini merupakan antibodi monoklonal yang dirancang untuk mengikat protein PD-L 1 di sel tumor dan sel imun. Sebagai immune checkpoint inhibitor, atezolizumab memblokir interaksi antara PD-L1 dengan reseptor PD-1 dan B7.1.
Jadi, untuk memperoleh Atezolizumab ini, pasien tidak melakukan tes tambahan dan biopsi ulang sehingga memberikan kenyamanan lebih. Selain untuk pasien paru NSCLC dab UC stadium lanjut yang sudah mendapatkan persetujuan BPOM, semoga saja bisa digunakan oleh pasien kanker jenis lainnya. Dalam sebuah penelitian membuktikan bahwa Atezolizumab dapat meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien, karena:
- Atezolizumab memberikan rata-rata kesintasan (survival) hingga 13,8 bulan dan durasi respons yang panjang hingga 23,9 bulan pasien kanker paru NSCLC stadium lanjut yang tidak merespon pengeobatan sebelumnya.
- Untuk pasien kanker kandung kemih stadium lanjut lini kedua, Atezolizumab memberikan durasi respons yang panjang hingga 21,7 bulan.
- Atezolizumab memiliki profil keamanan yang lebih baik dengan efek samping yang lebih terkontrol dibandingkan dengan pengobatan standar lainnya.
- Atezolizumab memberikan kenyamanan pada pasien NSCLC stadium lanjut lini kedua kareana tes PD-L1 tidak diperlukan untuk menjalani terapi ini, sehingga pasien tidak perlu melakukan biopsi ulang.
- Atezolizumab terbukti meningkatkan harapan hidup pada semua pasien NSCLC dan UC stadium lanjut lini kedua tanpa memandang status PD-K1-nya.
Semoga saja dengan kehadiran Atezolizumab sebagai revolusi pengobatan kanker, bisa membawa harapan baru dan semangat baru bagi pasien kanker. Sehingga pasien kanker bisa menjalani kehidupan yang lebih berkualitas bersama keluarga terdekatnya. Apalagi melihat dari profil keamanan yang baik dengan tingkat toksisitas yang lebih rendah, dan memberikan kenyamanan untuk pasien. Serta lebih ekonomis, karena tidak ada sisa obat yang terbuang, dimana 1 vial diberikan untuk 1 pasien.
Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan. Dan pasien kanker diberikan kesembuhan, serta semakin banyak revolusi pengobatan yang bisa memberikan kesempatan bagi para pasien untuk tetap semangat menjalani kehidupan.
Sumber tentang kasus kanker di Indonesia:
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2019/07/26/kasus-kanker-di-indonesia-terus-meningkat
Saya kasihan Mbak terhadap seseorang yang mengidap penyakit kanker, semoga dengan adanya Atezolizumab bisa cepat sembuh ya
BalasHapusLingkungan yang tidak sehat ini bisa mempengaruhi juga nih ya Mbak
BalasHapusWah bermanfaat banget nih Mbak artikelnya. Terima kasih atas informasinya
BalasHapus