Berkah 4 Syawal, Ada Cerita Tentang Jagoan Mama

Karya perdana untuk anak jagoan
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa berbagi cerita tentang hari ini. Hari paling istimewa dan mengharukan buat saya, suami dan anak serta keluarga besar. Karena disini ada cerita tentang jagoan Mama.

4 Syawal 1436 H atau tepatnya tanggal 20 Juli 2015 menjadi hari baru buat putra saya “Dimas Nurjamil” yang baru berusia 2 tahun 9 bulan. Ya, anak saya baru saja di khitan (sunat) di Garut Jawa Barat.

Banyak sekali yang bertanya kepada saya dan suami, tentang keputusan untuk mengkhitan anak di usianya yang masih kecil. Seperti “kenapa sudah sunat?, tega banget deh, kan kasihan sama anaknya?, aduh anaknya kenapa, ga bisa pipis ya?, ada masalahkan? Dan lain-lainnya”. Diih, apa saya tidak cape menjawab setiap pertanyaan yang datang seperti ini terus menerus, tapi ya sudahlah mungkin mereka sedikit penasaran tentang keputusan saya ini.

Banyak sekali alasan yang mendasari keputusan saya dan suami untuk mengkhitan Dimas tepat 3 hari setelah idul fitri 1436 H kemarin. Sebagai seorang muslim, tentu saja khitan sangat wajib dilakukan oleh setiap laki-laki, karena mengandung kebaikan, yakni dapat terpenuhinya salah satu syarat shalat, yaitu Suci.

 Keceriaan anak sebelum dan sesudah khitan "bobo pules dan ga rewel"

Alasan pertama adalah seperti yang saya bilang di atas yakni kewajiban sebagai seorang lelaki muslim supaya bebas dari najis. Dan saya ingin sebelum anak belajar shalat, kondisi tubuhnya sudah suci.

Alasan kedua adalah pesan dari Alm. Kakeknya (Ayah mertua saya). Sejujurnya saya dan suami akan mengkhitan Dimas di usia 41 hari, sekaligus aqiqah. Tapi, karena kondisi kesehatan Dimas tidak stabil, serta tidak mendapat restu Kakek dan Neneknya, khitan pun tidak kami lakukan. 

Dan lebaran tahun lalu, saya dan suami diminta Ayah mertua untuk segera mengkhitan Dimas setelah Idul Fitri. Tapi, kami belum siap, karena usia Dimas saat itu belum 2 tahun. Satu bulan setelah permintaan itu, Ayah mertua jatuh sakit, dan disaat sakit itulah Ayah terus saja menanyakan kapan kami mengkhitan Dimas?. Kami pun berencana akan segera mengkhitannya pada idul fitri 2015, tapi sayang kakeknya tidak bisa menyaksikan. Karena tepat di bulan September tahun lalu (satu bulan setelah permintaan itu), kakek Dimas telah berpulang. Sedih?, tentu saja, kami merasa bersalah.

Alasan Ketiga tradisi keluarga. Di keluarga saya, memang jarang sekali anak lelaki di khitan melebihi usia 10 tahun. Rata-rata usia anak dikhitan maksimal usia 6 tahun, dan minimal 41 hari.

Dan alasan terakhir adalah untuk kesehatan. Melihat beberapa ponakan yang sering sakit, dan setelah sunat kondisinya pun semakin sehat serta kuat. Maka, saya dan suami ingin cepat mengkhitan Dimas, karena hampir setiap bulan dia selalu sakit. Maka, kami berharap setelah sunat Dimas selalu diberi kesehatan dan tidak terus menerus sakit.

Berkah 4 Syawal

Kumpul bareng keluarga sangat menyenangkan
Melihat beberapa alasan itulah, maka saya dan suami pun segera mengkhitan Dimas. Tidak banyak yang kami persiapan, dengan uang seadanya, dan acara sesederhana mungkin, yakni kumpul bersama keluarga besar. Tanpa pesta, atau bahkan panggung hiburan, karena niat kami hanya ingin kumpul bersama keluarga. 

Dari sinilah kami mendapat banyak sekali berkah yang luar biasa, bukan saja dirasakan saya sendiri, suami, serta anak-anak. Tapi, keluarga besar kami semua. Dari yang jarang ketemu bisa bersama, dari yang jauh pun bisa menyempatkan datang. 

Di setiap hari raya idul fitri, saya tidak pernah mengupload foto bersama keluarga besar. Bukan karena tidak ada kamera, tapi kami tidak bisa berkumpul bersama. Karena semenjak Nenek meninggal dunia, semuanya jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Dan banyak juga keluarga yang tidak pernah pulang kampung. Dan di 4 syawal itulah berkah Dimas khitan pun datang, semua keluarga berkumpul. Baik dari keluarga Ayah saya, dari keluarga Ibu, dan tentunya keluarga besar suami saya.
 Aktifitas di malam sebelum Dimas Khitan "rameeeee masak memasak sekeluarga"

Di malam sebelum Dimas khitan, kami semua berkumpul untuk membuat menu makanan bagi anak sunat, dari bakakak ayam, tumpeng, sampai sate. Saya pun sengaja tidak tidur dan memilih bergadang semalaman, karena jam 3 subuh saya dan suami harus segera berangkat ke rumah sunat di Limbangan Garut Jawa Barat. Alasan kami memilih rumah sunat tersebut, karena memang sudah terkenal bagus sejak dahulu.

Keramaian di tempat sunat
Dan saking terkenalnya, bisa ditebak deh saat bulan syawal seperti ini pasti rame. Dan hari itu benar-benar seperti pasar malam. Penuh orang, tukang jualan, dan parkir pun sempat membuat binggung. Saya dan suami sampai tempat itu pukul 4 pagi, dan sudah mendapat jatah antri nomer urut 46. Cukup lama sekali kami menunggu, sehingga akhirnya saya dan suami pun mendapat giliran untuk membawa Dimas masuk tepat pukul setengah 7. Dan tidak butuh waktu lama, karena 10 menit kemudian Dimas sudah keluar. "Jagoan mama tidak nangis", karena dia hanya terlihat sedih ga melihat papanya.

Tapi setelah di gendong papanya, Dimas langsung diam dan semangat untuk memilih balon karakter yang dari subuh dia inginkan. Dikarena kondisi jalanan macet, akhirnya kami baru sampai rumah jam 9 pagi. Sudah rame sekali anak-anak kecil dan keluarga besar dan para tetangga yang ingin menjenguk dan mendoakan Dimas "alhamdulillah". Rezeki untuk Dimas tak berhenti mengalir hingga saat ini, dan semoga kedepannya pun sama.

Teman-teman SMP Ibu
Berkah 4 Syawal ini membuat saya bahagia, karena semuanya berkumpul, termasuk berkah yang tidak kami duga. Karena satu persatu tamu menjenguk Dimas, dari sahabat SMP Ibu, teman-teman saya, dan lainnya. Padahal kami tidak pernah menyebarkan undangan satu pun, tapi yang datang menjenguk Dimas begitu luar biasa "alhamdulillah alhamdulillah".

Dari deretan kebahagiaan di hari itu, hanya satu yang kurang dan membuat kami sedih, yakni kakek-kakek Dimas (Ayah dan Bapak mertua saya) sudah tidak ada untuk merasakan kebahagiaan kami, menemani tahapan Dimas sunat, dan tidak bisa menyaksikan kebahagiaan cucunya. Tapi, semoga saja doa kami semua sampai kepada almarhum.

14 komentar

  1. Subhanallah, selamat mas Dimas sudah di khitan...

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah ya Mbak... bulan Syawal ini seluruh keluarga tercinta bisa berkumpul dan bersilaturahmi..ini berkat moment-nya Dimas ya..

    BalasHapus
  3. Enak yaaa kalau udah sunat. Lega rasanya udah tunai 1 kewajiban :)

    BalasHapus
  4. Rasa kekeluargaan dikampung begitu kental ya. Gak perlu nyebar undangan pasti teman-teman pada datang dan warga kampung juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas kekeluargaannya kental banget, tahu ada yang sunatan saja, langsung dateng padahal ga nyebar undangan.

      Hapus
  5. De Dimas keren. De Zaudan Insya Allah nyusul secepatnya...

    BalasHapus
  6. selamat ya mas dimas, pengen deh sunatin alde juga dah mo 5 tahun...

    BalasHapus
  7. Barakallah, Dimas

    Semakin besar, semakin pintar dan semakin soleh yaah

    BalasHapus
  8. Sy dengar di beberapa daerah memang ada yang mengkhitan anak lelaki di usia balita ya Mak. Kalau di sini sih rata-rata usia SD kelas 2-4 gitu. Pernah ditawari DSA anak sy mau disunat nggak (usia masih hitungan bulan) tapi kasihan masa dikhitan tapi Papanya sdg tidak pulang ke Lampung.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.