Financial Check Up, Menjadikan Ibu Semakin Bijak Mengelola Keuangan


[Keuangan] Menjadi ibu memang luar biasa, dengan berbagai peran yang dijalaninya. Ibu bisa menjadi seorang chef, pendidik, hingga manajer keuangan. Seorang ibu harus cerdas dan bijak dalam mengelola keuangan, supaya kebutuhan sehari-hari selalu tercukupi. Tapi ternyata neh, hanya ada 25% ibu atau perempuan yang melek keuangan. Sisanya masih butuh sekali edukasi, supaya bisa mengatur keuangan sebaik mungkin.

Banyak sekali masalah yang serig dihadapai para ibu dalam mengelola keuangan. Masalah keuangan yang sering dihadapi karena adanya kebiasaan buruk, hutang, gaya hidup yang tinggi, dan inflasi. Kalau masalah ini tidak bisa dihadapi, tentu akan sulit dalam mengelola keuangan. Penting banget seorang ibu bijak dalam mengatur keuangan, terutama saat menerima gaji. Jangan sampai uang sudah masuk, langsung pergi makan-makan, belanja dan lainnya. Akhirnya tagihan mulai berdatangan, yang membuat pusing, uang di dompet pun tak bersisa. 

Ilustrasi gaya hidup (photo by Canva)
Jangan sampai hari-hari kita hanya diisi dengan gaya hidup yang hanya akan membuat rugi. Jangan sampai menangis di akhir bulan, karena uang tak bersisa. Maka perlu sekali kita berubah dan lebih bijak dalam menggunakan uang. Dan disinilah peran ibu yang mengatur keuangan untuk selalu mengecek kondisi keuangan, supaya selalu bahagia sampai akhir bulan. Mengecek kondisi keuangan kita sehat atau tidak bisa dengan financial check up. 

Visa Financial Literacy Series

Siang tadi neh (25/07) saya dan teman-teman blogger mengikuti acara Visa Financial Literacy Series yang diadakan Ibu Berbagi Bijak. Acara ini kerjasama atara Visa dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang bertujuan untuk mendidik dan memperdayakan perempuan agar mampu berbagi literasi keuangan. Tentu saja acara ini sangat penting diikuti, karena yang sudah kita ketahui bahwa para ibu yang selalu punya kendali dalam hal keuangan rumah tangga. Maka dari itu perlu edukasi yang maksimal supaya selalu bijak dalam mengelola keuangan.
Prita Hapsari Ghozie seorang Financial Planner (Dokume Pribadi)
Acara ini menghadirkan Prita Hapsari Ghozie sebagai narasumber yang merupakan seorang Financial Educator.  Kali ini  Ibu Berbagi Bijak membahas tentang Financial check Up. Perlu kita ketahui dalam masalah keuangan, ternyata ada 18% punya hutang, dan 32% punya gaya hidup yang tinggi. Untuk mencapai kondisi ideal, yang harus dilakukan adalah dengan memulai financial check up, lalu akhirnya kita bisa membuat dana darurat, mengatur utang, sampai akhirnya kita bisa merencanakan keuangan.

Financial Check Up 


Seperti halnya tubuh yang harus sehat, kita akan melakukan medical check up, untuk mengetahui ada penyakit atau tidak di dalam tubuh kita. Begitupun dengan keuangan rumah tangga. Ada diagnosa klasik yang perlu sekali kita ketahui, mulai dari merasa hidup sangat nyaman, bergantung terhadap pekerjaan, memiliki tabungan yang banyak, akhirnya tidak punya rencana keuangan. Nah disinilah hal pertama yang harus dilakukan adalah financial check up, dengan begitu kita akan tahu kondisi keuangan kita. Ada beberapa peringkat sehat keuangan, yakni:

Dokumen Pribadi
  • Dikatakan tidak sehat, jika pengeluaran lebih besar dari penghasilan, berutang kartu kredit dan tidak punya aset.
  • Dikatakan sehat, jika pengeluaran sama dengan penghasilan, terlambat membayar lunas tagihan kartu kredit, dan investasinya minim.
  • Dikatakan mandiri jika penghasilan lebih besar dari pengeluaran, tidak punya utang kartu kredit, dan investasinya maksimal.
  • Dan dikatakan sejahtera, jika penghasilan lebih besar dari pengeluaran, penghasilan pasif dari aset, tidak punya utang dan berderma.
Tentu kita inginkan dinyatakan mandiri atau sejahtera, yang sama sekali tidak memiliki utang. Tapi, yang namanya kehidupan tentu berbeda kebutuhan. Nah, ada beberapa hal yang harus diketahui neh, ada 3 perangkat financial check up, mulai:

1. Tabel kekayaan bersih (Tabel Aset dan Kewajiban)



Karena keuangan rumah tangga berbeda dengan keuangan perusahaan. Maka dalam tabel aset dan kewajiban, kita aka megetahui total kekayaan bersih itu dihitung dari total aset dikurangi total kewajiban. Dalam aset kas ada tabungan dan deposito, serta reksadana. Dalam investasi dimasukkan investasi yang kita miliki, seperti ORI/Sukuk, logam mulia, hingga saham dan unit link. 

selain itu ada Aset konsumsi ada rumah dan kendaraan. Nah kalau di keuangan perusahaan itu ada harta bergerak dan tidak bergerak, tentu dengan keuangan rumah tangga beda sekali. Jangan lupa dimasukkan juga kewajiban yang dilakukan, misal utang kartu redit dan utang pinjaman, kredit rumah, kendaraan dan lainnya. Ini harus diisi dengan sejujur-jujurnya, supaya tahu hasilnya bagus atau malah rugi.

2. Arus kas rutin dan tidak rutin

Seorang ibu dibiasakan neh utuk mulai mencatat pengeluaran dan pemasukan, bon atau struk jangan hanya disimpan. Yang dicatat dalam arus kas masuk dari mulai gaji rutin yang didapat tiap bulan, hingga bonus yang didapatkan. Setelah itu catat jugaa dalam arus kas keluar, seperti biaya rutin harian (biaya rumah tangga), cicilan, hingga biaya liburan dan lainnya. Ada beberapa jenis pos pengeluaran, seperti:



  • Wajib dan tetap: ada cicilan, ung sekolah, Gaji ART, supir dan premi asuransi.
  • Wajib dan fluktuatif: Listrik, telepon, biaya makan, transportasi, dan tabungan serta investasi.
  • Tidak wajib dan tetap: Mulai dari internet, TV kabel, les anak dan pribadi, majalah koran dan arisan.
  • Tidak wajib dan fluktuatif: Mulai dari hiburan, hadiah, kafe hingga liburan.
Dengan begitu kita bisa lihat tuh mana saja yang sebenarnya wajib, dan sebenarnya kurang dibutuhkan tidak perlu dilakukan. Supaya keuangan bisa terus terkontrol dengan baik.

3. Rasio-rasio keuangan

Dalam rasio keuangan ini kita harus mengetahui tentang 3 hal, yakni rasio dana darurat yang menggambarkan berapa besar harta lancar yang tersedia untuk membayar biaya hidup. Selain itu ada rasio menabung yang menggambarkan porsi tabungan dan investasi dibandingan dengan penghasilan. Dan yang terakhir adanya rasio berutang, ini menjadi indikator yang menunjukkan berapa besar utang yang dimiliki dibandingkan total penghasilan.

3 perangkat inilah yang digunakan dalam financial check up, yang akhirnya akan diketahui berapa sehatkah keuangan kita. Selain pentingnya financial check up untuk mengetahui kondisi keuangan kita, hal selanjutnya yang perlu sekali diperhatikan akan pentingnya dana darurat. Saya sendiri selalu menyebutnya dana tidak terduga yang bisa digunakan untuk berbagai hal di luar kendali kita. Setiap bulan saya mengatur uang dalam beberapa pos, salah satunya dana darurat ini.

Dana Darurat

Ilustrasi dana darurat (dokumen pribadi)
Dana darurat itu banyak sekali manfaatnya dan bisa digunakan untuk berbagai hal, mulai dari biaya kesehatan (biaya dokter, biaya obat, hingga bisaya rumah sakit yang tidak bisa ditunda), musibah (bencana alam, kemalingan dan kematian), terjadinya PHK secara mendadak, dan kerusakan peralatan rumah tangga seperti AC, kulkas, dan lainnya. 

Idealnya dana darurat itu minimal 3 kali pengeluaran rutin bulanan, harus dibuat terpisah, dan adanya tambahan untuk kondisi spesial. Bicara tentang dana darurat neh, saya sendiri sudah merasakan betul manfaat dari adanya dana darurat, yakni saat anak sakit kritis yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biarpun di cover asuransi kesehatan, tetap saja ada kebutuhan lainnya yang dibutuhkan selama anak di rawat. 

Harus Cermat Berhutang

Para ibu yang sudah ikut Financial Check Up dari Emak Blogger (Photo by Atanasia Rian)
Supaya keuangan keluarga selalu terkontrol, ibu juga harus cermat dalam berhutang. Jangan sampai neh, melakukan pinjaman tapi tidak ada manfaatnya di masa depan. Jadi, perlu sekali berpikir panjang, saat memutuskan untuk berhutang. Saya sendiri alhamdulillah tidak berhutang, selain tidak memiliki kartu kredit, kebutuhan tidak terlalu banyak. Untuk saat ini lebih fokus menabung dan berinvestasi untuk masa depan dan hari tua yang bahagia.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau ingin berhutang itu harus ada manfaatnya. Mba Prita sendiri menyampaikan bahwa utang itu harus produktif, seperti:
  • Nilai manfaat. Dimana nilai manfaat ini harus lebih pajang dari nilai pembayaran cicilan.
  • Mendatangkan penghasilan. Dengan bantuan pinjaman, maka memiliki aset yang berpenghasilan.
  • Suku bunga pinjaman. Adanya perbandingan suku bunga efektif, bukan tertera atau flat.
Nah, pikir-pikir dulu deh tuh saat memutuskan ingin berhutang. Misal berhutang untuk membeli properti, bisa dimanfaatkan dengan sewa. Atau mungkin pinjam uang untuk membangun toko dan berjualan. Semuanya itu harus dipikirkan secara cerdas dan bijak. Seorang ibu atau dalam rumah tangga, harus bijak juga menggunakan kartu kredit. Dimana kartu kredit berfungsi sebagai engganti uang tunai, bukan tambahan penghasilan, dan diguunakan untuk kemudahan bertransaaksi di saat darurat. Jangan sampai menunda pembayaran, yang akhirnya pusing sendiri.



Dalam acara ini mba Prita juga mengajak para blogger untuk periksa kesehatan keuangan kita, dengan melihat dari perangkat financial check up yang sudah di bahas di atas. Dalam gambar di atas bisa dilihat tuh, ada pemasukan dan pengeluaran. Dalam kolom pemasukkan bisa di list dulu gaji, keuntungan usaha kalau ada, bonus atau honor, lalau di total berapa. Setelah itu di alokasi ke pengeluaran. Ada sedekah, ciclan utang, dana darurat, biaya hidup, gaya hidup dan investasi. Alokasi ideal itu menurut mba Prita yakni:
  • 5% untuk zakat, sedekah
  • 10% menabung dana darurat
  • 30% biaya hidup
  • 30% cicilan pinjaman
  • 15% investasi
  • 10% gaya hidup
Banyak blogger, termasuk saya sendiri dalam mengisi persentase pengeluaran berbeda jauh, mengingat setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, bahkan tidak ada hutang sama sekali. Yang paling neh, dilihat dari alokasi yang mba Prita jelaskan, jika tidak ada 30% cicilan pinjaman, yang 30% itu bisa masuk ke dalam investasi, tentu ini jadi sangat menguntungkan keuangan kita. Mengingat orang yang kaya itu adalah yang memiliki banyak investasi.




Di akhir disebutkan juga hasil financial check up, dikatakan sehat ideal rasio menabungnya (dengan rumus komitmen investasi setahun/penghasilan rutin setahun) bisa mencapai 25%-30%, dan pemula 10%. Selain itu rasio kemampuan membayar cicilan (dengan rumus komitme utang setahun/penghasilan rutin setahun) mencapai 0%-20%, dan rassio likuiditas (dengan rumus aset kas lancar/ pengeluaran rutin) 12 kali engeluaran rutin bulanan, sedangkan untuk pemula 2 kali pengeluaran rutin bulanan.

Gimana tidak ribetkan menjadi cerdas dan bijak dalam mengelola keuangan? Semuanya pasti bisa kok mengelola keuangan dengan sebaik mungkin. Bagi saya sendiri saat kita ingin bijak dan cerdas dalam mengelola keuangan bisa dimulai dengan niat dan konsisten. Coba rutin mencatat pemasukan dan pengeluaran, kurangi gaya hidup yang sebenarnya malah merugikan keuangan, dan mulai belajar berhemat. Dengan menjadi bijak mengatur keuangan, berarti kita semakin menghargai penghasilan diri sendiri dan suami, untuk digunakan sebaik mungkin, serta bermanfaat di masa depan. Lakukan financial check up, untuk menjadikan ibu semakin bijak mengelola keuangan demi keluarga yang bahagia.

Hayo, seberapa sehatkah keuangan teman-teman semua? Yuk mulai berhitung.

56 komentar

  1. makasih mba share nya ... sangat bermanfaat sekali ..

    BalasHapus
  2. Mengelola keuangan emang penting banget, biar uang nggak keluar hanya untuk hal2 yang tidak bermanfaat.

    BalasHapus
  3. wah penting banget nih financial checkup.. soalnya kalau tidak ditata dan diatur gitu pasti bakalan ga karuan deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener mba, bisa-bisa baru tengah bulan udah habis ya

      Hapus
  4. Cermat berhutang.Suka banget sama kalimatnya. Nice informasinya mbak, sangat berguna banget bagi IRT seperti saya

    BalasHapus
  5. Aku kayanya masih masuk kategori sehat menuju mandiri, semoga bisa mandiri beneran

    BalasHapus
  6. Kepinginny d posisi sejahtera mba lisnwanti,,, atau Mandiri. Bnr bngt setiap pngluaran dn pmasukan hrsvada cttnna dh hrs ad juga Dana yg tdk terduga,, noted tipsny mba,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap mba. Iya dana darurat itu sangat penting dan harus dibuat terpisah ya

      Hapus
  7. Wah mulai ngitung peringkat sehat keuangan nih, makasih ceuu infonya manfaat banget...

    BalasHapus
  8. Aku datang ke acara ini dan semakin berencana nih buat mengelola keuangan keluarga secara lebih baik

    BalasHapus
  9. dan ibu2 itu menteri keuangan keluarga ya, apalagi kalau suami menyerahkan semua urusan uang ke istri, sdh deh kita bener2 hrs bijak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba kalau semua urusan keuangan kita yang pegang kudu lebih cerdas dan bijak lagi

      Hapus
  10. Bookmark!
    Penting banget ini Mbak Liswanti hehew..kadang jebol pengeluaran tak terduga, baru dech kaget..tapi emang emak-emak harus pintar ngurus Keuangan negara yaa hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba, emak-emak harus lebih cerdas lagi ngurus keuangannya

      Hapus
  11. Bukan cuma kesehatan yang perlu check up, keuangan juga perlu. Hihi

    BalasHapus
  12. Cita-citaku bisa pensiun dini dalam keadaan sejahtera. Tinggal liat anak cucu aja hehehe.

    BalasHapus
  13. Wah ini penting banget nih. Thanks for sharing ya mbak.
    Aku punya kartu kredit tapi udah lama gak dipake, cuma buat darurat aja. Soalnya punya utang itu pusing mbak, bikin susah tidur hahaha.

    BalasHapus
  14. Penting banget nuh mba bagi yabg ufah berumah tangga harus pintar2 memanage uang sebaik mungkin.

    nurazizahkim.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, dengan pintar memanag keuangan, berarti kita peremuan sudah semakin pintar dan bijak mengaturnya.

      Hapus
  15. Aku suka banget bisa dapat kesempatan ikutan WS kmrn mbak, jadi revisi2 bbrp hal ttg keuangan keluargaku :D
    Moga bisa ikutan WS keduanya hehe :D

    BalasHapus
  16. waaa lengkap! thanks mba Lis... Makin siap jadi ibu bijak nihhh...

    BalasHapus
  17. Wah ternyata emang harus banget ya perempuan ngerti soal ilmu kesehatan keuangan keluarga biar kondisi keuangan selalu stabil.

    BalasHapus
  18. check up bukan hanya kesehatan aja ya mba, tapi kesehatan jugaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, bukan saja badan yang harus sehat, keuangan juga perlu

      Hapus
  19. Hoo.. Begitu. Ternyata keuangan sehat masih bisa ditingkatkan lagi ya levelnya :)

    BalasHapus
  20. Kalau udah begini, saya bersyukur banget punya suami yang mau mengelola keuangan. Di awal nikah, saya yang mengelola gajinya. Tapi trus saya yang pusing dan uring-urungan hahaha. Akhirnya diambil alih ma suami. Tapi bukan berarti sebagai istri, saya hambur-hamburin duit trus minta seenaknya. Tetep berhitung juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantep mba. Dulu saya juga begitu pusing, tapi lama-lama juga terbiasa

      Hapus
  21. Harus lebih banyak belajar mengelola keuangan nih, selama ini agak keteteran terus XD

    BalasHapus
  22. Waah. Kayaknya perlu beberes keuangan nih. Makasih infonya, mak:)

    BalasHapus
  23. Kondisi keuangan ku cuma sehat doang nih. Belum mandiri, hiks. Karena belum bisa investasi maksimal

    BalasHapus
  24. Ini yang tiap bulan bikin pusing. Dulu aku rajin nyatet semua pengeluaran. Tapi sekarang jadi males. Tapi pas baca ini, jadi pengen lebih teratur lagi. Biar bisa tertib dan pengennya biar bisa punya tabungan yang wajib.

    BalasHapus
  25. Iya bener tuh, jangan sampai gaya hidup bikin kita meringis di akhir bulan hehe. Butuh banget kayaknya sama financial Check Up ya biar kita paham dong dimana letak pastinya pengeluaran dan pemasukan kita syukur-syukur masuk ke dalam kategori Mandiri deh Hahaha

    BalasHapus
  26. Waaah hutang aja ada aturannya mbak. Bener bener sehat nih :D

    Tanpa ilmu ini juga ibu2 kewalahan mau ngatur keuangan.

    BalasHapus
  27. Kalau membaca arikel ini terasa tersinggung, akhir bulan menaangis. Ah jangankan akhir bulan diawal bulan saja sudah nangis karena penghasilan sudah habis untuk ini dan itu. Dan akhirnya harus cari galian lagi, ah cermat berhutang.

    BalasHapus
  28. Ya Allah...rasanya pengen segera merdeka Fianncial alias nda punya utang /cicilan KPR hehe. Punya utang emang bisa jadi beban sih ya, smoga makin bisa bijak lagi dlm mengatur keuangan :)

    Alhamdulillah sih udah bisa berhemat alias beli sesuatu berdasarkan kebutuhan bukan keinginan semata, tinggal konsekuen utk mencatat pengeluaran setiap hari. Tapi bener juga sih ya, semamkin dicatat semuanya jadi makin ketahuan hari ini udah ngelaurn uang brapa buat transport, makan/jajajn dls :)

    Thanks for sharing ceu!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.