5 Godaan Setelah Menikah

godaan-setelah-menikah

[Wedding] 13 tahun pernikahan bukanlah waktu yang sebentar, banyak hal yang telah dilalui. Kehidupan pernikahan dilewati dengan naik turun bagai roda kehidupan yang terus berputar. Awal-awal pernikahan menjadi tahun terberat yang harus dilalui. Banyak sekali godaan yang datang, menguji pernikahan. Alhamdulillah semua bisa dilalui. Semua pasti merasakan hal sama, setelah menikah ada banyak godaan juga yang harus dihadapi.

Ujian pernikahan

Kalau kemarin sudah membahas tentan 5 godaan sebelum menikah, kali ini akan membahas tentang godaan setelah menikah yang menjadi ujian buat pasangan dalam menjalani rumah tangga. Tentu saja setiap orang akan mengalami pengalaman yang berbeda, begitupun dengan saya sendiri. Dari awal menikah hingga sekarang, ujian itu datang silih berganti. Andai tanpa komunikasi yang baik dan mental yang kuat, mungkin semua akan terasa sulit untuk dilewati.

Percaya tidak, di awal pernikahan saja ujian cinta itu mulai datang? 

godaan-setelah-menikah

Bagaiman kesetiaan pasangan akan terus diuji. Kata siapa mantan dan keraguan dengan pasangan hanya bisa datang sebelum pernikahan, justru di awal-awal pernikahan rasa itu kerap muncul dan menguji kesetiaan setiap pasangan. Kok suamiku begini, padahal lagi pacaran tidak? Kok suamiku atau istriku ga romantis seperti dulu? Apakah aku menyesal menikah dengannya? Apakah dia sudah tepat jadi suamiku? Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terus muncul di pikiran kita.

Awal pernikahan itu memang nano-nano banget rasanya. Godaan yang datang setiap pasangan pasti berbeda. Saya sendiri sudah mengalami kesulitan keuangan, kesulitan punya anak sampai dicap mandul, sampai terpojok dari keluarga. Tapi yakinlah, Allah SWT tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan umatnya. Itulah yang saya yakini. Mencoba kuat dan yakin bisa melalui semua, tentunya dengan dukungan suami dan keluarga juga. Nah kali ini mau nih membahas 5 godaan setelah menikah, yang saya rangkum dari cerita sendiri dan teman terdekat, tentunya sudah disetujui teman saya sendiri.

1. Masalah Keuangan

Namanya menikah itu butuh dana, hidup juga butuh dana, termasuk berumah tangga perlu namanya dana. Kalau suami itu ditanya sebelum menikah, apakah sudah siap segalanya untuk rumah tangga? Karena nanti akan membiaya anak istri juga. Terus, kenapa seorang perempuan harus paham literasi keuangan? Ya karena seorang perempuan yang sudah menikah akan menjadi seorang manajer keuangan dalam rumah tangga. Disinilah kita harus bisa mengatur keuangan dengan baik. 

Ayo jujur, awal nikah dan saat masih single rasanya berbeda bukan dengan namanya pengeluaran? Iya, berbeda jauh, banyak yang harus dipikirkan soal pengeluaran rumah tangga, tentunya bisa sehemat mungkin supaya tercukupi.

godaan-setelah-menikah

Sebut dia A. A bercerita di awal nikah tuh ternyata sesuatu banget, apalagi dirinya belum bekerja, jadi semua dari suami. Mana ada cicilan sehabis menikah, jadi pas kekurangan biaya hidup, mau tidak mau harus pinjam juga.

Apa yang A rasakan, juga pernah dirasakan saya sendiri. Apalagi waktu bekerja, jadi penghasilan cuma dari suami. Dan lumayan kaget juga hidup di Jakarta, biaya hidupnya aduhai banget. Pernah merasakan penghasilan sisa 300 ribu, padahal awal bulan masih jauh. Muter otak banget. Pernah juga merasakan gali lobang tutup lobang. Inilah rumah tangga, kehidupan tak selalu di atas, pernah juga kita di bawah. Justru dari sinilah saya banyak belajar dalam mengatur keuangan. Iya harus merasakah perih dahulu.

2. Masalah dengan Mertua

Konflik dengan mertua itu bukan hanya terjadi di sinetron, di dunia nyata juga ada. Entah itu ada yang tidak cocok dengan sifat mertua atau bahkan mertua ikut campur dengan rumah tangga anaknya. Apalagi kalau tinggal dengan mertua, ada saja yang dirasakan. Bersyukurlah memiliki mertua yang baik dan pengertian. 

Sebut saja C. Dia bercerita di awal nikah sudah tinggal dengan mertua. C sendiri sadar betul masih suka bangun siang dan tidak bisa masak, sampai akhirnya sering dilaporkan ke suaminya. Tapi menurut C, itu justru jadi tantangan buat dirinya untuk terus belajar, dia merasa kalau di rumah sendiri dimanja sekali oleh orangtuanya, sampai tidak bisa masak. Sampai akhirnya setelah satu tahun memutuskan untuk membeli rumah, disini dia sudah siap segalanya. Dan malah jadi semakin dekat dengan mertuanya.

Senang ya mendengar cerita C, banyak hal dalam rumah tangga yang bisa dipelajari. Nah, teman-teman bagaimana dengan mertuanya? Kalau aku sendiri Alhamdulillah baik. Sayang mereka sudah tidak ada sekarang.

3. Masalah dengan keluarga suami

Hemmm, rasanya masalah dalam rumah tangga tuh ga ada habisnya ya. Sabarin saja, makanya kenapa menikah itu kudu punya mental yang kuat. Jangan sampai ga punya uang pisah, masalah dengan mertua marah dan akhirnya jadi masalah. 

Nah bagaimana kalau masalah dengan keluarga suami, misal dengan kakak ipar dan lainnya?

Kalau menurut saya sendiri, yang penting suami sayang sama kita dan mertua ga pernah ikut campur urusan rumah tangga, biarkan saja. Saya sendiri pernah mengalami ini dulu, masalah justru datang dari kanan kiri. Jangan ditanya menangis itu sudah berapa kali, sering banget. Dan yang selalu ada di depan membela tentu saja suami, karena dia sudah tahu sifat istrinya seperti apa. Jadi dia akan membela biarpun pada akhirnya suami diadukan kepada orangtuanya. Dan pada akhirnya kami duluan yang meminta maaf dan memaafkan, karena kasihan orangtua, supaya tidak menjadi beban pikiran.

4. Masalah Anak

godaan-setelah-menikah
Ilustrasi by Canva
Namanya rumah tangga, pasti ingin sekali langsung memiliki buah hati. Sayangnya itu tidak mudah. Karena namanya anak adalah titipan. Kalau belum waktunya, tentu saja tidak bisa memaksakan. Ini yang saya alami dan bersama teman-teman. Saya butuh waktu 2 tahun untuk memiliki buah hati, hingga ada orang terdekat bilang kandungan saya bermasalah, padahal sudah kontrol ke dokter kandungan semuanya baik-baik saja. Sampai harus mendengarkan kata-kata "mandul" dari orang yang katanya berpendidikan, tapi mulutnya tidak. Untungnya suami sama-sama sabar, selalu membuat saya tenang, sampai akhirnya buah hati itu datang.

Berbeda dengan teman saya N, butuh waktu 6 tahun untuk memiliki buah hati. Dia sudah pasrah sampai menyuruh suaminya cari istri lagi, tapi tidak pernah mau. Kesabaran mereka berbuah manis, buah hati sekaligus 2 datang. Iya mereka mendapatkan anak kembar saat itu. Tidak berbeda jauh dengan N, teman saya K, juga sama sulit untuk hamil, sampai butuh waktu 8 tahun untuk memiliki buah hati. 

Dari sulitnya memiliki buah hati, yang terpenting adalah kesabaran dari pasangan. Dan tutup telinga kalau ada yang bilang ini itu. Paling penting banyak berdoa, supaya kehadiran buah hati itu cepat datang.

5. Masalah dengan kebiasaan pasangan

Kalau pasangan saat pacaran romantis banget, tapi pas udah menikah biasa saja, senyumin saja. Atau kalau pasangan saat pacaran terlihat manis dan jaim, pas udah nikah jadi berbeda, senyumin saja. Namanya juga udah menikah. Tapi ternyata kebiasaan ini ada saja yang mempermasalahkan, misalnya udah ga romantis, suka kentut sembarangan, suka nyimpen barang dimana saja dan akhirnya membuat berantakan. Suka ingin ngomel bukan?

Nah, usahakan jauhi masalah itu. Namanya juga pasnagan, harus bisa menerima kekurangan masing-masing dan saling melengkapi. Semua pasti merasakannya, saya sendiri sama kok. Untungnya ga kaget, karena sudah tahu juga dari pacaran. Makanya orangtua selalu bilang, apakah kamu sudah mengenal pasanganmu dengan baik? Ya itu supaya kita siap dan tidak kaget dengan kebiasaan pasangan yang ternyata berbeda. 

godaan-setelah-menikah
Ilustrasi by Canva
Dan masih banyak sekali godaan setelah menikah yang akan dirasakan setiap pasangan. Tentu saja penting sekali menyiapkan mental sebelum memutuskan menikah. Belum lagi ada masalah orang ketiga, semoga ini dijauhkan dari kita semua ya. Atau ada masalah dengan kesehatan, semoga pasangan kita akan selalu setia mendampingi kita. 

Selama 13 tahun menikah, rasanya memang naik turun. Konflik datang silih berganti. Kalau berantem sama pasangan itu hal biasa, yang penting jangan terus berlarut-larut. Ada beberapa hal yang selalu jadi perhatian saya, supaya bisa melalui itu semua:
  • Terus berkomunikasi dengan pasangan, baik itu dalam urusan keuangan, anak, hingga masalah yang sedang kita hadapi. Saya selalu membahas apapun dengan suami, sehingga suami tahu apa yang dirasakan kita.
  • Tidak terus-terusan marah. Kalau sedikit berselisih dengan suami, jangan terus menerus marah. Cukup sebentar saja, kita bisa sama-sama intropeksi diri.
  • Selalu sabar dan jujur. Kalau memang tidak suka bilang, jangan dipendam atau sampai bikin ekspresi wajah ga enak dilihat, akhirnya malah jadi masalah dalam rumah tangga.
  • Saling support dengan pasangan dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
  • Bisa sama-sama saling belajar dalam segala hal. 
  • Menerima kekurangan masing-masing dan jangan banyak mengeluh.
  • Bersyukur.
Di awal pernikahan memang terlihat manis, tapi yang namanya menikah tidak hanya sehari dua hari. Disinilah kita akan banyak belajar. Membuat diri kita lebih dewasa dalam berpikir, dan harus bagaimana dalam mengambil keputusan. Supaya bisa melalui segala ujian, tentu harus sama-sama bergandengan tangan dengan pasangan, saling mengisi dan saling memahami. Komunikasi dan kejujuran adalah kunci utama. Masalah apapun, bicara dengan suami, jangan bicara dengan teman. Komunikasi dulu dengan suami.

Ketika memutuskan menikah, itu berarti sudah siap segalanya, termasuk mental. Jadi, ketika ada masalah apapun atau ada sedikit selisih sama suami, jangan langsung ngadu sama orangtua. Tapi coba selesaikan bersama. Karena ini adalah rumah tangga sendiri. Tidak perlu ada yang ikut campur, termasuk orangtua sendiri. Kecuali sampai ada kekerasan dalam rumah tangga, jangan diam, semua demi keselamatan. Apalagi kasus KDRT ini sudah banyak terjadi. Kalau sudah mulai melukai fisik, tentu saja harus lapor.

Buat yang mau menikah, semoga saja mendapat pasangan yang baik, jujur, setia dan menghargai pasangan ya. Dan memberikan rasa nyaman dan aman juga. Sebelum memutuskan menikah, pahami dan kenali dulu karakter pasanganmu.

Bagaimana sudah siap menikah?

21 komentar

  1. Saya biasa bilang menikah itu ibarat kita masuk ke tembok tinggi yang tidak pernah tahu apa di baliknya. Nah, apa yang dituliskan Mbak Lis ini benar .. saya sependapat. Dan kalau ada masalah memang harus dicari solusinya.

    BalasHapus
  2. 5 masalah di atas adalah godaan yang paling real dalam kehidupanya, Lis. Ada satu lagi yang terberat adalah godaaan WIL/PIL, haseek .
    Aku memasuki tahun ke 20, luar biasa godaannya dan ceunah kata orang tua dulu setelah 10 tahun ke atas akan makin berat godaannya. Dan benar adanya, alhamdulillah bisa melewatinya dan terus untuk saling memahami dan bersyukur, saling menerima apa adanya baik dan buruknya sekalipun, ya itu pilihan kita.
    Ahh, menyemangati yang belom menikah, makanya bener yaa, mengucapakn selamat menempuh hidup baru tuh, bener2 memang hidup baru tatkala menikah.

    BalasHapus
  3. dududududu ini permasalaahan yang "terlihat sepele" tapi berasa seperti naik roller coaster pas ada di dalamnya!

    Alhamdulillah setelah berlalu 21 tahun sekarang aku juga lebih bisa memahami dan insya Allah ke depan lebih baik lagi

    BalasHapus
  4. Setiap pernikahan pasti ada godaannya masing-masing ya... Yang penting bagaimana cara kita menyikapinya...
    Apalagi kalau udah 13 tahun, semakin banyak tantangannya...

    BalasHapus
  5. Poin satu sampai 5 saya amini semua mam. Namanya pernikahan ya, ngga seindah hidup di negeri dongeng. Kalau dari pengalaman saya selama ini, kurangi ekspektasi, introspeksi diri, dan perbaiki komunikasi. Insya Allah satu persatu akan bisa diselesaikan.

    BalasHapus
  6. Beneran, setelah menikah itu langsung berasa naik roller coaster.
    Ambyar semua yang dibayangkan kaya di drama-drama Korea, hahaa....engga dink, dulu belum nonton drama Korea.

    Tapi inget banget, awal menikah itu...rasanya masih sungkan dan aku mendem sendiri.
    Ingin terlihat menjadi istri yang super manis dan super pinter mengurus rumah tangga ((karena belum ada anak juga)).

    Eh, masalah demi masalah ((yang tentunya ada tingkatannya)) datang silih berganti.
    Pada suatu hari, aku pernah meledak dan nangis sejadi-jadinya. Semua yang aku rasain, aku tumpahin semua ke suami.

    Dan sampai sekarang, aku masih inget banget, betapa kekanak-kanakannya aku waktu itu.
    Sedih banget.

    Tapi sekali lagi, ini adalah sebuah proses.
    Dan apakah aku kini semakin dewasa? Engga juga...hahaha...tapi berusaha berpikir dulu sebelum bertindak dan bener-bener mencari waktu yang paling tepat untuk ngobrol dengan suami.
    Agar pesan yang aku sampaikan, diterima dan dapat respon baik. Bukan lagi alesan pingin jadi Barbie yang manis dan selalu tersenyum.

    **kak Lis jangan hoeekk hoeekk pas baca yaa..
    hahhaa...

    BalasHapus
  7. bener banget yaa mba.. setelah nikah tuh penyesuaiannya asli banyak banget. Belum lagi urusan gengsi hehehe.. yang penting komunikasi harus lancar ya

    BalasHapus
  8. Bener banget, ujian pernikahan pasti ada. Yang paling sering kalau saya masalah keuangan, walaupun terlihat sepele dan sama2 kerja keuangan ini bener2 bikin muring2an suami istri

    BalasHapus
  9. Usia pernikahan saya baru setengahnya Teh Lis, tapi alhamdulillah ke-5 masalah di atas, saya sudah pernah mengalaminya. Alhamdulillah asal dijalani dengan sabar dan dilakoni dengan ikhlas, selalu ada jalan keluar.

    Bismillah, karena pernikahan merupakan ibadah yang terus menerus hingga maut memisahkan dan insyaAllah sampai bertemu lagi di JannahNya.

    BalasHapus
  10. Semoga selalu bahagia ya teh pernikahannya. Amiin. Betuul. Tutup telinga perlu bangeeet. Komunikasi yg lancar jg kunci ya teh, masya Allah menikah perlu belajar setiap waktu. Pisah atap dr ortu selain utk mandiri, supaya minim konflik yaa

    BalasHapus
  11. Godaan pernikahan aa ribuan dan memang pok-nya (pusatnya) adalah 5 ini. Bersyukur saya melewati usia pernikahan ke-17 dengan baik meskipun tidak lancar. Hidup memang tempat belajar dan pernikahan adalah salah satu kampus yang unik.

    BalasHapus
  12. setuju banget, kalau lagi ada masalah berdua. Sebisa mungkin secepat mungkin diselesaikan, jangan berlarut larut. Baarokalloh mbk, semoga sehat bahagia selalu dengan pasangan dan keluarga

    BalasHapus
  13. Godaan dan cobaan setelah menikah itu memang ada apalagi cobaan mulai dari sisj ekonomi dan sampai masalah keluarga

    BalasHapus
  14. Sudah siap menikah dong, 8 tahun lalu tapi hahahha.

    Mbak, meskipun mertuanya baik nggak ketulungan, tetep aja kalau pas setelah menikah kemudian campur sama orang tua atau mertua bakalan ada aja yang bikin berantem hahaha. Ujian awal awal nikah memang gak mudah ya mbak.. malah sangat berat selain rasa sayang yang lumayan banyak hehe.. Semoga kita selalu kembali pada niat awal menikah, Lillahita'ala ^^

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah ya Mak, cuma lima, kalo mau dituliskan dan dirinci lagi pasti lebih banyak, hahaha. Namun, ada banyak kabar gembira, buat yang mapu berjuang , bertahan untuk pernikahan ya kan Mak

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah sudah mencapai 13 tahun usia pernikahannya, Semoga tahun-tahun mendatang nggak ada lagi godaan macem-macem ya mbak. Kalaupun ada godaan, bisa lah menghadapinya dengan gampang.

    Kalau saya masih susah buat bilang terus terang kalau ada yang nggak berkenan di hati dari sikap/ucapan suami. Kebiasaan banget sebagai orang Jawa yang sering memendam, sementara suami dari Sumatra yang biasa terbuka kalau ada masalah dan ngomong blak-blakan.

    BalasHapus
  17. Bener ya kata senior kalo lagi single lagi suntuk, merasa beban banget kuliah, jangan dibawa menikah. Emang dikira nikah itu mengurangi beban :( yg ada malah nambah beban.

    Udah paling bener kalo nikah itu berlandaskan agama, jadi masalah apapun kembalinya ke agama, karena kalo menurut kan ego masing2 udah pasti merasa benar sendiri. Diriku baru 8 tahun Mba, tapi rasanya udah kenyang banget berkonflik sampai trauma karena aku anaknya juga overthinking. Semoga tidak ada lagi konflik berikutnya dan samawa buat kita :) aamiin

    BalasHapus
  18. Kelima masalah yang dituliska teh Lis adalah masalah umum yang terjadi padahampir setiap keluarga. Kalau ada yang cepat punya momongan maka masalah lainnya pasti ada-ada saja. Setelah melewatinya barulah bisa tersenyum lega.

    BalasHapus
  19. Sudah kenal lama sebelum nikah pun... Pas nikah kok beda ya hahaha... Alhamdulillah suami makin sabar ngadepin istrinya ini. Istrinya ini makin suka 'ngobrol' kalau anak-anak mulai banyak tingkahnya. Apalagi keuangan setelah punya anak lebih dari satu, wah bener-bener adaptasinya. Mana pandemi, gak ada tambahan pemasukkan. Banyakin stok sabar dan komunikasi aja lagi yah Mak... Biar gak ribut terus.

    BalasHapus
  20. Setuju mba.. karena sejatinya pernikahan ini universitas kehidupan yaa jadi kita pasti banyak diuji dan belajar dari ujian

    BalasHapus
  21. Tak pelak kehidupan setelah menikah jadi jauh lebih menantang dan berwarna. Ngga heran kalau orangtua selalu mewanti-wanti tentang "bahtera" rumah tangga ya mam.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.