Mengenal Tradisi Kupatan Lebaran di Madiun

tradisi-kupatan
[Wisata Indonesia] Kurang lebih 1,5 tahun lalu atau pertengahan tahun 2020, saya pindah ke Madiun Jawa Timur, untuk ikut suami yang bertugas. Karena pandemi, lebaran 2021 tidak bisa pulang kampung. Di kota yang baru, saya mendapatkan kesempatan untuk mengenal tradisi-tradisi yang berbeda saat lebaran. Salah satunya mengenal tradisi kupatan lebaran di Madiun.

Tradisi kupatan itu adalah ketupat. Kalau di Madiun, masyarakat menyebutnya dengan kupatan. Masyarakat disini menyebutkan tradisi kupatan sebagai hari raya kecil. Tradisi kupatan dilaksanakan pasca hari raya idul Fitri atau di hari ke 7. 

Mengenal tradisi kupatan

Datang ke suatu daerah yang baru, memang penting sekali mengenal tradisi dan budaya yang ada disini. Saya juga bisa belajar banyak hal di kota yang baru dikunjungi. Meninggalkan jejak yang indah dengan pelajaran baru.

Ketupat adalah makanan yang terbuat dari beras, kemudian dibungkus dengan menggunakan selongsong anyaman daun kelapa yang masih muda. Biasanya daun kelapa yang masih muda ini untuk membuat janur kuning pernikahan. Setiap idul fitri ketupat ini akan menjadi menu wajib lebaran. 
tradisi-kupatan
Sebelum membuat ketupat, rendam dulu beras, lalu cuci bersih. Siapkan anyaman dari daun kelapa muda, dan masukkan berasnya. Setelah itu, rendam ketupat dengan air, dan rebus 4-5 jam. Supaya matang sempurna, pastikan ketupat terendam air dalam panci ya.

Kali ini saya mau sedikit cerita tentang tradisi kupatan (ketupat) di Madiun Jawa Timur. Jadi, waktu lebaran 2021, saat mau lebaran saya belanja ke pasar, niarnya mau cari anyaman ketupat buat lebaran. Eh keliling pasar terdekat itu kok gak ada. Biasanya H-1 lebaran di pasar yang jual anyaman ketupat pasti banyak, disini tidak ada.

Akhirnya ke suami bilang, bahwa lebaran tahun ini tidak ada ketupat, cukup nasi, opor sama rendang saja. Lagian gak bakal ada tamu yang datang juga, jadi masak seadanya saja. Ternyata benar, lebaran 2021 itu, saat kondisi hamil, habis shalat ied, langsung ganti daster dan tidur 😂😂.

Suami bilang, di Madiun akan menemukan ketupat nanti saat lebaran ke 7. Ternyata benar, satu minggu setelah lebaran, banyak banget yang jualan di pasar. Bahkan ada yang sudah matang juga, jadi ga usah ribet lagi buat masak ketupat berjam-jam lamanya.

Dari sinilah saya mengenal tradisi kupatan. Bahkan di tradisi kupatan ini saya mendapatkan banyak kiriman makanan dari teman-teman suami. Kalau kata teman suami, biasanya ada perayaan khusus, bahkan makan besar dengan tetangga dan warga sekitar. Karena pandemi, tradisi kupatan ini hanya bisa dilakukan di rumah masing-masing dan saling berkirim makanan.

Ini menarik sekali buat saya, karena baru tahu tentang tradisi kupatan ini setelah pindah ke Madiun. Tahunya makan ketupat itu tradisi saat hari raya lebaran bersama keluarga.

Sejarah Kupatan

tradisi-kupatan
Saya pernah membaca sejarah kupatan ini dari beberapa media online. 

Sejak zaman Hindu Budha di Jawa, ketupat ini sudah ada. Dan ketika Islam sudah menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan dengan filosofi yang bermakna, sekitar tahun 1600-an. Tradisi kupatan ini diperkenalkan oleh Raden Mas Sahid atau Sunan Kalijaga, sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran.

Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa singkatan dari ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Saat kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah, ketupat menjadi simbol saat hari raya Idul Fitri, yang dilaksanakan setiap 8 syawal. Karena puasa syawal itu dilakukan pada tanggal 2-7 syawal. 

Karena ketupat ini berarti mengakui kesalahan, sehingga menjadi simbol perayaan Idul Fitri, sambil bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Biasanya makan ketupat itu dengan opor ayam, dan menu lainnya. Waktu dikirim sama teman suami, lauknya ada opor ayam, sayur lodeh dan daging.

Dari artikel yang saya baca, ternyata ada makna filosofi ketupat, seperti:
  • Ketupat memiliki arti ngaku lepat, yaitu mengakui kesalahan.
  • Bahan yang digunakan daun kelapa muda (janur) yang menurut filosofis Jawa merupakan kepanjangan dari sejatine nur yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa.
  • Janur memiliki kekuatan magis sebagai tolak bala.
  • Anyaman kupat yang sangat rumit memiliki arti bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya.
  • Kupat memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia, yaitu Al Amarah yakni nafsu emosional. Al Lawwamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar. Supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah. Dan Mutmainah nafsu untuk memaksa diri.
  • Isi ketupat berbahan beras sebagai bentuk harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemamkuran.
Kalau di tempat tinggal teman-teman ada tradisi kupatan lebaran tidak?



Sumber tentang sejarah dan filosofis ketupat:
  • https://banten.nu.or.id/fragmen/dibalik-sejarah-tradisi-kupatan-serta-nilai-filosofisnya-8D7Jf

1 komentar

  1. Sama seperti di Madian, di Malang juga ada tradisi ini setelah 7 hari lebaran biasanya ini disebut hari raya kupat banyak banget soalnya kupat bahkan tak jarang yang mengirim berkat ketupat. Ternyata ini sejarahnya, terima kasih informasinya!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.