Dok. Pribadi |
Berharap bahwa
kelahirannya akan membawa kedamaian dalam hati kami, menjadi cahaya dalam
keluarga kami. Tapi, dihari itu pun saya harus melalui waktu yang begitu
panjang untuk bisa menyentuhnya. Beratnya normal 2,7 kg dan panjangnya 49 cm,
dan dalam kandungan pun normal 38 minggu. Entah mengapa saya tidak bisa
langsung menyentuhnya atau bahkan melakukan IMD, karena bayi lelaki saya harus
dimasukkan kedalam incubator, supaya kondisinya stabil. “Bayinya sakit” bisik
seorang perawat, saya sadar orang-orang berlalu lalang, telpon sana sini, saat
saya sedang dalam tahap pemulihan setelah ceasar.
Dan saat hendak keluar,
saya baru tahu kalau ada masalah dengan kondisi anak saya. Paru-paru dan
jantungnya belum matang, entahlah istilah medisnya apa, yang jelas bayi itu
belum kuat berada diluar. Anak lelaki yang saya beri nama Dimas Nurjamil,
dirawat diinkubator selama satu minggu, sempat disarankan untuk mencari rumah
sakit yang ada NICU nya, tapi semua rumah sakit terdekat penuh. Saya semakin
merasa bersalah, apa ini karena saya?, karena saya tidak bisa menahan rasa
sakit, dan harusnya bisa dipertahankan sampai anak itu benar-benar matang
didalam perut. Saya merasa menjadi ibu paling egois, karena tidak menahan rasa
sakit sebentar saja, dengan diberi obat penguat mungkin, atau entahlah…hari itu
saya binggung.
Suami pun menguatkan saya,
bahwa hanya ada satu jalan “pasrah kepada Tuhan”, bila dia milik kita pasti
akan bertahan biarpun hanya dalam incubator, tapi kalau bukan milik kita, harus
bisa menerima semua dengan lapang dada. Dengan hanya terbaring tak berdaya
setelah menjalani ceasar, saya hanya merenung. Semua amarah yang bercambuk
dalam diri, rasa bersalah yang ada dihati, perlahan mulai luluh. Karena saya
percaya dengan kuasa Tuhan, saya berdamai dengan diri sendiri, untuk menjadi
lebih baik dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa, bahwa dalam setiap langkah ini
pastilah ada jalan.
Dari semua harapan dan doa
yang kami panjatkan, akhirnya anak kedua saya pun sembuh dan bisa pulang, saya
yakin dengan pasrahnya kami, Tuhan memberi kesempatan kepada kami untuk merawat
dan mencintai anak itu dengan baik. Hingga setahun kemudian, tepatnya bulan
Desember 2013 kami kembali mendapat cobaan yang begitu menyakitkan lagi, dan
itu kembali terjadi pada putra kami Dimas.
Dokumen Pribadi (Dimas Saat Dirawat? |
Karena kondisinya sudah lemah, akhirnya hari itu pun Dimas melakukan banyak tes darah, dan mengharuskannya untuk segera transfusi. Tapi karena badannya belum juga turun, transfuse pun dilakukan keesokkan harinya.
2 labu darah yang masuk
ketubuh Dimas, biarpun 1 labu itu tidak semuanya dimasukkan, mungkin ada aturan
tertentu untuk bayi. Saya pikir Dimas kena DBD, ternyata bukan, penyakit yang
kami cemaskan pun bukan. Dan ternyata itu karena bakteri, bisa saja dari
makanan yang dia ambil dari lantai tanpa kita tahu "namanya juga bayu" atau apapun bisa terjadi karena kurang
higienis. Saya kembali menjadi Ibu yang tidak baik, merasa bersalah, karena
tidak menjaga dan memperhatikannya dengan lebih baik, hingga membuatnya sakit. Saya pikir bahwa semua
yang dilakukan dalam merawatnya sudah baik dan bersih, tapi saya kecolongan, entah
karena dia suka saya bawa bermain diluar, atau karena hal lain. Saya yang salah, karena kurangnya kemampuan saya.
Saya seakan kembali
ditegur, untuk menjadi Ibu yang lebih baik lagi, lebih memperhatikannya dengan
baik. Saya hanya bisa kembali pasrah kepada Tuhan, supaya anak saya diberi
kekuatan dan kesembuhan. Dan Tuhan pun kembali memberi kesempatan kepada saya
untuk memperbaiki semua kesalahan, anak saya sembuh, bahkan hingga sekarang dia
menjadi anak yang sehat dan selalu ceria.
Saya selalu yakin bahwa
hanya Tuhan akan selalu ada mendampingi kita. Saya pun tak ingin terus terlarut
dalam rasa bersalah, saya ingin memperbaiki diri. Selalu mencintai dan berdamai
dengan diri sendiri, serta menjaga anak-anak dengan baik.
“POSTINGAN INI UNTUK MENGIKUTI GIVEAWAY ECHAIMUTENAN”
Sehat selalu ya Dimas... :)
BalasHapusmakasih
HapusStrong Baby *peluk Dimas
BalasHapuspeluk sayang juga ateu
HapusSehat terus ya Dimas sayang :)
BalasHapusAndiyani Achmad
stylediaryofmilkteabunda.blogspot.com
Amin Ya Rabb..terima kasih
HapusBisa merasakan mak, bagaimana kalutnya perasaan saat anak kita lagi sakit. Alhamdulillah Dimas bisa melalui saat kritisnya. Semoga sukses GA-nya ya mak
BalasHapusBenar sekali mak. Campur aduk sekali perasaan ini saat anak sakit.
HapusTerima kasih mak.
saya dulu jg lahiran anak kedua caesar. rasanya bersalaaah banget. kenapa kok nggak bisa ngeden dst. tapi ya akhirnya bisa memaafkan diri sendiri. :-)
BalasHapusIya ya mbak...suka kepikiran kalau ceasar..saya dua-duanya malah ceasar..kareena ada masalah...
Hapusdiliputi rasa bersalah itu juga sering kualami waktu anak sakit. tapi pada akhirnya, ngga ada yng bisa kita lakukan selalin pasrah dan berdoa, serta memaafkan diri sendiri. *peluk :)
BalasHapuspeluk juga mak.....
Hapusbanget merasa bersalah kalau anak sakit..hati berasa ikutan sakit juga
Hwaaa anak qta seumuran mak,selisih seminggu aja hehe. Sehat terus ya sayang, titip peluk n cium ya mak :)
BalasHapusoh ya..kali saja nanti boleh kenalan..hehehe, mumpung seumuran.
Hapusterima kasih mak.....iya mak sudah peluk ciumnya...
Ya Allah... sedih liat anak terbaring sakit . Umur segini memang sering datang penyakit seperti yg 4 anak saya alami.
BalasHapusTapi saya selalu ingat pesan ibu saya "Anak itu besar dengan sakit" . Jadi agak lega. Dan terbukti, alhamdulillah setelah usia SMP dst, tidak begitu lagi.
sedih banget memang mak...apalagi pas diinkubator gitu..hati terluka banget...Alhamdulillah sehat kok sekarang
HapusSemoga Dimas sehat selalu yaa
BalasHapusamin
HapusDimas..sehat selalu ya... :*
BalasHapusMakasi banyak mak dah ikkutan :*
amin. sama-sama mak
Hapus