Catatan Akhir Tahun 2020, Antara Kehilangan dan Rasa Syukur


[Lifestyle] Catatan akhir tahun 2020. Tidak banyak menuliskan cerita tentang kehidupan di tahun 2020, karena sepanjang tahun ini aku dan kita semua lebih banyak di rumah saja. Sepanjang 2020 ini rasanya nano-nano. Banyak hal yang terjadi dalam kehidupanku, yang mengajarkanku untuk bisa bertahan, bersabar, dan banyak bersyukur. Dari rasa kehilangan, membuatku bisa bangkit dan bisa lebih kreatif.

Catatan di tahun 2020

Ya, 2020 mengukirkan rasa. Rasa dari kehilangan, rasa sedih, rasa stress, rasa putus asa, rasa ketidakpastian, hingga rasa galau. Tapi, biarpun begitu, masih ada rasa senang dan rasa syukur masih diberikan rezeki dan kesehatan. 2020 memberikan rasa takut, dan cemas yang tak berujung, bukan dialami olehku sendiri, tapi seluruh masyarakat Indonesia dan dunia. Tidak sebebas biasanya, ruang gerak terbatas dan semuanya harus ikut berjuang dengan cara diam di rumah saja.

2020 memang sempat membuatku tak bersemangat dan sedih, tapi tak buruk-buruk banget, ketimbang tahun 2007-2009 harus kehilangan orang-orang yang aku sayangi dan cintai, dan kehilangan bayi yang kukandung. Sempat membuat diriku drop dan tak memiliki arah tujuan. Semua mimpi dan rencana-rencana indah itu hilang, ketika Bapak meninggalkan kehidupan. Disinilah roda kehidupan seakan berhenti di titik terbawah. Bersyukur perlahan dengan bimbingan Allah SWT, roda kehidupan berjalan perlahan, hingga membuatku bisa bangkit lagi.

Kali ini di catatan akhir tahun 2020, beraggam kisah yang telah kulalui, dari mulai kehilangan dan rasa syukur.

1. Bertahan sendiri di Jakarta dari April hingga Juli 2020


Awal tahun 2020 dari Januari sampai Maret masih merasakan keseruan dan bekerja dengan bahagia. Tapi, semenjak diumumkan Virus Corona masuk Indonesia di bulan Maret semua berubah. Untungnya waktu itu sedang ada di Garut dan melanjutkan ke Madiun. Karena mulai berlaku work from home akhirnya bisa lebih lama tinggal dengan suami.

Sampai akhirnya ketika akan masuk bulan ramadan, dimana saat itu Jakarta sedang PSBB, aku memutuskan untuk pulang. Kupikir setelah ambil berkas dan data di kantor, bisa balik lagi ke Madiun, ternyata tidak bisa. Jujur sempat stress banget, apalagi kalau sendirian di rumah tandanya akan terus dapat gangguan dari penghuni tak kasat mata. Bukan takut, tapi BT aja, lagi asyik duduk manis, ada aja yang lewat.

Hidup sendiri artinya merasakan kesepian, karena kerja pun tak bisa. Biasanya saat merasa sepi akan datang ke rumah teman, atau bahkan ke kantor setiap hari buat ngisi waktu, biarpun kerja itu seminggu 3 kali doang. Masuk ramadan sempat stress dan nangis terus. karena benar-benar merasakan kehilangan, begitupun dengan suami. Tidak bisa buka dan sahur bersama, serta tidak bisa kumpul bersama keluarga. 

Melihat temlen sosial media yang memperlihat kebersamaan dengan keluarga bikin hati pedih juga, akhir sempat off sosmed beberapa hari, supaya mood kembali baik. Melihat anak-anak menangis merindukan Ibunya, bikin hati makin pedih banget. Tidak bisa memeluk mereka, yang biasanya suka saya jenguk dua minggu sekali. Setelah melewati ramadan dan lebaran, akhirnya mulai terbiasa dengan rasa sepi. Karena aku ingin bertahan dan terus semangat. 

2. Usaha terdampak Covid 19


Semenjak Covid 19, banyak sekali usaha-usaha yang terdampak, bahkan pariwisata juga. Ada rumah makan yang tutup, ada yang kena PHK, dan yang dipotong gaji, hingga banyak usaha yang terpuruk. 

Aku sendiri memiliki usaha jasa Wedding Organizer Bantunikahan, yang sudah jalan lumayan lama. Saat pandemi ini akhirnya terdampak juga. Resepsi nikahan yang tadinya akan jalan di bulan April, Juli dan Agustus akhirnya dibatalkan demi keamanan. Tapi karena hidup itu harus terus berlanjut. Akhirya harus lebih kreatif lagi, yakni dengan buka jasa hantaran nikah. Hikmahnya setelah terdampak, bisa menekuni kembali berkreasi seperti dulu.

3. Pindah ke Madiun di bulan Juli 2020


Aku sudah tulisan pindahan rumah juga di blog ini. Jadi bulan Juli ini resmi pindah ke Madiun. Kepindahan ini memang sudah direncanakan setahun lalu, tapi aku masih ada tanggung jawab beberapa project, jadi ditunda dulu. Baru Juli 2020 ini pindah. Sempat galau juga nih pas mau pindah, soalnya suami juga ga bisa ke Jakarta, dan semuanya benar-benar dikerjain semua. Dari packing, ngurus surat domisili sampai akhirnya barang dikirim duluan.

4. Akhirnya berkumpul dengan anak di Juli 2020

Hikmah pandemi ini juga aku rasakan kok, yakni bisa kembali berkumpul dengan anak-anak. Jadi sudah beberapa tahun mereka memilih tingggal di Garut, akhirnya sekarang mereka ikut bersama aku lagi. Alhamdulillah bisa kembali memeluk mereka setiap hari, bercanda dan membimbing mereka seperti sewaktu kecil.

Setelah anak-anak dapat sekolah baru dan mulai sekolah online. Barulah terasa, betapa sulitnya pelajaran anak Sekolah Dasar sekarang ini. Benar-benar beda banget. Aku sempat stress dan migrain yang lumayan parah. Karena sekolah online yang ada dibayanganku itu ga sama.

Nangis ke suami karena stress banget, banyak pelajaran yang ga aku tahu, sedangkan pengen ngajarin anak. Googling pun ga semuanya sama. Otakku makin terbatas ketika menemukan pelajaran Matematika 😂😂. Karena ini sekolah online masih terus berlanjut, jadi ya bawa happy aja. Kalau ga bisa ya sudah ga dipaksain juga ke anaknya, namanya juga belajar. Kondisi begini ya harus diterima dengan ikhlas. Daripada anak sekolah tatap muka, kitanya ga tenang, karena Covid 19 ini ga bisa dianggap enteng lagi.

5. Kehilangan pekerjaan di Oktober 2020

Ilustrasi kehilangan pekerjaan (photo by Canva)
Akhirnya saat itu datang juga. dimana harus memutuskan untuk meninggalkan tempat kerja, yang selama 8 tahun ini banyak memberikan keberkahan hidup. Biarpun freelance saja, dan ngurusin 2 toko jadi 6. Itu pengalaman yang sangat berarti. Bosku banyak membimbing dan mengajari tentang kehidupan dan usaha. Berat memang saat kehilangan pekerjaan ini, tapi semua demi kebaikan juga.

Setelah resign tuh sempat kehilangan semangat. Lagi-lagi aku seperti orang yang kehilangan arah. Suami sempat melihat aku yang kurang semangat, karena biasanya sibuk ngurusin keuangan kalau pas malem. Ini malah males-malesan.

Mungkin udah 8 tahun juga, udah ngerasain banyak suka dan duka. Bos dan keluarganya juga udah seperti keluarga. Setiap kali sakit, yang pertama kirimin makanan pasti mereka, karena tahu aku sendiri. Biarpun ga kerja di toko ini lagi, tapi silaturahmi tetap jalan. Karena kerjaan ini memberikan kehidupan buat keluargaku saat ekonomi lagi susah. Saat anak masih perlu terapi, dari kerjaan ini bisa bantu suami, bisa bikin dapur juga tetap ngebul. Hingga akhirnya ekonomi keluarga membaik, dan bisa menabung serta berinvestasi.


2020 ini mengajarkan banyak hal buatku. Terutama tentang rasa syukur dan menjadi orang yang lebih kreatif untuk bisa menemukan peluang-peluang baru. Selama di rumah saja, banyak hal yang aku pelajari, dari ikut webinar kesehatan, kelas keuangan, kelas fotografi yang jadi hobi baruku, hingga kembali belajar berkreasi dalam membuat hantaran nikah dan tempat mahar. 

2020 juga mengajarkanku untuk selalu menerima keadaan dengan tetap semangat. Karena cobaan yang dihadapi adalah sebuah pertanda Allah SWT sayang sekali denganku. Maka dari itu, cobaan apapun harus bisa dilewati dengan ikhlas dan kuat. Yakin esok akan lebih indah.

Setiap orang pasti punya catatan yang berbeda dalam kehidupannya. Biarpun sama-sama kehilangan. Dan setiap orang punya cara tersendiri untuk bisa bangkit. Cara yang aku lakukan untuk terus semangat dan bangkit:
  • Ibadah, dzikir, istighfar dan sedekah.
  • Fokus pada prioritas yang ingin dilakukan.
  • Tetap belajar untuk bisa menggali peluang.
  • Mengisi waktu dengan kegiatan positif, seperti mengikuti dan mengisi kelas.
  • Intropeksi diri.
  • Meminta maaf kepada diri sendiri dan keluarga.
  • Tersenyum
Bismillah 2020 sudah selesai dilalui, biarpun merasakan kehilangan, berakhir dengan rasa penuh syukur, bisa tetap memiliki pekerjaan, tetap sehat dan tetap dekat dengan keluarga. Catatan akhir tahun 2020 sudah aku tutup malam ini. Dan esok pagi membuka lembaran dan catatann baru, yang akan diisi dengan cerita seru dan kebahagiaan. 2021 pandemi belum hilang, jadi tetap patuhi protokol kesehatan, ingat 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak). Stay Safe Stay Healthy.

1 komentar

  1. Masyallah, memang benar 2020 itu membuat kita introspeksi diri. Insayallah di balik kesusahan ada kemudahan bersamanya. aku pun juga merasakan demikian banyak target yang harus di ubah, merenenung, ketidakpastian ekonomi waktu di bulan maret dengan angka covid yang merangkak naik terus. alhamdulillah 2020 di tutup dengan kita belajar, bahwa kreatifitas dan melihat peluang itu penting sekali, bersyukur itu jauhh lebih penting. Terimakasih mbak ulasanya. semoga 2021 menjadi berkah untuk semua.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.