Solusi Putuskan Mata Rantai Anemia Dengan Gizi Seimbang

anemia

[Lifestyle] Ngomongin anemia tuh memang ga ada habisnya. Apalagi aku dan anak lelakiku sudah mengalami anemia sejak lama. Sekarang ini aku sedang program anak ke 3, tentu tidak mudah dengan kondisi anemia, karena bisa menghambat tumbuh kembangnya. Maka dari itu, supaya kehamilan sehat, janin sehat, anak-anak sehat harus bisa putuskan mata rantai anemia, salah satu solusinya dengan gizi seimbang, supaya bisa hadirkan generasi Indonesia yang sehat dan kuat.

Pengalaman anemia aku dan putraku

Pada akhir tahun 2013 menjadi tahun terburuk buatku sebagai seorang Ibu saat melihat putra keduaku yang usianya baru satu tahun harus mengalami transfusi darah. Ini tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, seorang anak satu tahun harus menerima darah dari orang lain. Perasaan saat itu sangat sakit sekali, apalagi ketika jarum terus menusuk tubuh mungilnya. Tapi saya harus tetap fokus, jangan sampai stress, supaya kualitas ASI tetap bagus dan banyak. Karena putraku hanya bisa minum ASI saat itu. 

photo pribadi (by Liswanti)

Awalnya saya pikir putraku ini demam biasa, tapi ada yang berbeda dan terlihat ganjil. Biasanya kalau sakit, putraku tetap bisa merespon saat diajak bicara olehku, ayahnya maupun kakaknya. Tapi ini sangat berbeda sekali. Tanda-tanda yang berbeda saat itu adalah:
  • Anak tidak fokus dan tidak merespon apapun
  • Makanan yang dikonsumsinya tidak pernah masuk, kecuali ASI
  • Denyut jantungnya sangat cepat
  • Wajah dan kulitnya pucat, terutama kuku, bibir dan kelopak mata
  • Terlihat lesu dan lemas
  • Demam tinggi hingga 40 derajat
Akhirnya aku dan suami membawanya langsung ke UGD. Saat itu langsung dilakukan pengecekan. Dokter jaga saat itu langsung menghubungi dokter anak yang biasa menangani putraku yang memang lahir prematur. Setelah melakukan beberapa tes, hasilnya keluar bahwa angka Hemoglobin (Hb) di bawah normal, dan sudah masuk masa kritis yakni 5,7. Saat mendengarkan penjelasan para tenaga medis, angka normal Hb putraku harusnya 11-12. Tentu saja saat itu harus diambil tindakan, karena putraku sudah sangat pucat.

Karenan demamnya tinggi, tindakan pertama yang dilakukan adalah menurunkan demamnya dahulu, sambil menunggu ayahnya mengambil darah ke PMI. Karena saat itu stock golongan darah putraku sedang kosong di Rumah Sakit. Setelah demamnya turun diangka 37,8 derajat barulah transfusi dilakukan. Alhamdulillah transfusi yang pertama dan kedua lancar, sehingga suhu tubuhnya normal, bibir dan wajahnya sudah tidak pucat lagi dan tentunya Hb anak berangsur membaik. Selama satu minggu putraku dirawat, karena masih harus dipantau kesehatannya oleh dokter anak.

Sakitnya putraku tentu jadi pengalaman berharga, yang tidak pernah mau terulang lagi. Saat dapat penjelasan bahwa putraku terkena anemia tentu saja ada rasa ketakutan juga, karena suddah ga bisa dianggap sepele lagi. Apalagi di usia anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Apalagi anemia anak sudah tergolong berat juga, maka dari itu dilakukan tranfusi darah. 

Pengalaman kedua anemia adalah yang aku alami sendiri. Di tahun 2014 untuk pertama kalinya harus dilarikan ke Rumah Sakit, karena darah haid yang sangat banyak. Semapat membuat drop, lemas, pusing dan sesak napas. Saat hasil tes keluar menyatakan bahwa Hb aku diangka 8, yang normalnya itu 12-16. Sungguh aku malu sekali saat itu, datang bulan bisa kurang darah, padahal badan termasuk gemuk. Karena kondisi terlalu lemas, akhirnya harus opname selama 2 hari. Semenjak itulah setiap bulan aku harus kontrol dan mengkonsumsi suplemen zat besi.

Anemia Defisiensi Besi

anemia
Ilustrasi anemia (Photo by Canva)
Sejak kasus putraku ini, aku mulai banyak belajar tentang nutrisi yang tepat untuk anak anemia. Karena aku ingin putuskan mata rantai anemia di keluarga, supaya anak menjadi lebih sehat dan kuat. Selain dengan memperhatikan nutrisi dan gizi seimbang, aku sangat menjaga kebersihannya. Salah satu yang aku lakukan adalah dengan membiasakan anak cuci tangan sebelum makan dan pegang kue atau cemilannya. Tentunya semakin fokus memperhatikan saat dia makan, supaya tidak asal ambil makanan yang jatuh ke lantai.

Kekurangan darah atau anemia merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat. Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin berada di bawah normal. Dan secara umum kejadian anemia karena kurangnya asupan zat besi. Ini bisa terjadi pada bayi, anak, remaja hingga Ibu hamil.

Anemia Defisiensi Besi sudah tidak bisa dianggap sepele, apalagi anak-anak, seperti yang dialami putra keduaku. Waktu itu sempat baca artikel di www.halodoc.com, bahwa anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak-anak bisa berisiko mengalami masalah kognitif. Sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan dan mempengaruhi fungsi tubuh secara normal. Bahkan ADB dapat menimbulkan penurunan daya konsentrasi anak dan prestasi belajarnya. 

Yang menarik dari artikel ini bisa sesuai dengan yang dialami putraku, yakni anak dengan ADB bisa mengalami gangguan makan yang ditandai dengan keinginan mengkonsumsi barang. Dan putraku seperti itu. Sebelum ketahuan ADB, entah kenapa dia suka banget ngemutin sandal yang ada di dalam rumah, dan sudah pasti itu ada debu dan kotoran yang menempel. Itu terjadi pasti deh ketika aku atau ayahnya lagi ke kamar mandi atau ke dapur. Semenjak itu mulai hati-hati menyimpan barang, termasuk sandal. 

Remaja putri ternyata bisa mengalami ADB, yakni dalam kondisi mentruasi juga. Nah, karena aku punya putri yang sebentar lagi masuk masa remaja, tentu tidak ingin dia kena ADB juga. Tentu harus mencari solusi supaya bisa memutuskan mata rantai anemia. Salah satunya dengan asupan nutrisi dan gizi seimbang.

Peran nutrisi dan tantangan kesehatan lintas generasi

Pas banget dapat tontonan menarik di awal Februari lalu. Aku menonton webinar di Youtube Nutrisi Untuk Bangsa yang diselenggarakan Danone Indonesia dengan mengambil tema "Peran Nutrisi dan Tantangan Kesehatan Lintas Generasi", yang menghadirkan beberapa narasumber, seperti:
  • Dr. dr Diana Sunardi, MGizi, SpGK selaku Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia Nutrition Association.
  • Arif Mujahidin selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia.

webinar-nutrisi-untuk-bangsa

Disini dr. Diana menerangkan tentang "Anemia Kurang Zat Besi, Masalah Saat Ini Penentu Masa Depan". Tentu ini menarik buatku, karena aku punya anak yang pernah memiliki masalah anemia defisiensi besi dan putri yang akan masuk masa remaja, supaya tidak terkena anemia. Apalagi anemia menjadi tantangan lintas generasi, dimulai dari remaja hingga anak. Bahkan prevelensi anemia menurut Riskesdas 2013 yang diterangkan dr. Diana masih sangat tinggi untuk balita dan remaja. Tentu ini jadi perhatian kita semua ya, termasauk aku yang punya anak masuk masa remaja. 

Bahkan proporsi anemia pada Ibu hamil menurut Riskesdas 2018 terjadi peningkatan. Dimana tahun 2013 angkanya mencapai 37,1% dan meningkat di tahun 2018 menjadi 48,9%. Mengingat angka-angka anemia ini masih tinggi pada ibu hamil dan remaja, tentu ini akan mempengaruhi masalah malnutrisi yang menjadi perhatian, yakni stunting yang masih tinggi diangka 37,2%. Siklus stunting berawal dari status gizi yang kurang baik dari remaja dan masa kehamilan yang juga kurang baik. Sehingga akan melahirkan bayi-bayi yang kurang berat badan. Dan kalau kurang nutrisi di masa kehamilan bisa berisiko stunting. 

Ini yang selalu jadi perhatianku juga, mengingat ingin punya anak ke 3, sedangkan punya kondisi anemia, maka dari itu, dari sejak program sangat memperhatikan asupan gizi yang baik, supaya saat hamil tetap sehat. Bahkan minum suplemen zat besi juga sangat rajin. Karena ingin saat hamil tidak ada masalah apapun juga, apalagi sampai stunting.

Selain itu, dr. Diana juga menyampaikan bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti: 
  • Vitamin
  • Protein 
  • Karbohidrat
  • Mineral
  • Kalsium
  • Iron atau Zat Besi
Zat Besi menjadi faktor yang penting dalam pertumbuhan anak, jadi tidak hanya untuk sel-sel darah marah. Terus bagaimana ya dampaknya anemia untuk jangka pendek dan panjang. Tentu ini harus penting diketahui. 

anemia
Ilustrasi gejalan anemia pada Ibu hamil, anak dan remaja dan pentingnya asupan nutrisi dan gizi seimbang (desain pribadi)
  • Gejala umum yang sering dijumpai: Kelopak mata pucat, kulit pucat, sakit kepala, tekanan darah rendah, nadi cepat, sesak napas, kelemahan otot dan pembesarn limpa. 
  • Gejala pada ibu hamil: Wajah terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat, kurang nafsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing dan mata berkunang-kunang.
  • Dampak anemia pada ibu hamil ini cukup serius seperti infeksi, pre eklamsia, prematur, gangguan pertumbuhan janin, gangguan fungsi jantung, dan pendarahan pasca melahirkan.
  • Gejala anemia pada anak: Rewel, lemas, pusing, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk dan tidak aktif bergerak.
  • Dampak jangka panjang anemia pada anak dan dewasa seperti daya tahan tubuh berkurang, kebugaran menurun, prestasi menurun, kinerja menurun dan infeksi meningkat.
Melihat gejala dan dampak anemia, maka dari itu pemerintah sudah melakukan upaya pendekatan masalah kesehatan berkelanjutan lintas usia, baik dari remaja, usia bekerja, balita, hingga ibu hamil. Semua ini dibuat berkelanjutan oleh pemerintah agar mata rantai masalah nutrisi di Indonesia dapat terselesaikan. Sedangkan penyebab anemia kurang zat besi bisa terjadi dari asupan makanan, sakit (infeksi ataupun penyakit kronis) dan penyebab lainnya. 

Dan soal masalah asupan makanan, ternyata masih didominasi pangan nabati, asupan energi dan protein rendah. Sehingga mendapatkan defisit energi, protein dan mikronutrient. Adapun afktor-faktor asupan pada anemia kurang zat besi ada faktor demographic, faktor asupan, dan faktor sosial. Faktor asupan ini harus menjadi fokus, karena:
  • Asupan zat besi yang rendah, terutama besi heme.
  • Asupan Vitamin C yang rendah.
  • Konsumsi sumber fitat yang berlebihan.
  • Konsumsi sumber tannin (kopi, teh) berlebihan.
  • Menjalankan diet yang tidak seimbang.

Yang bisa dilakukan supaya bisa mencegah anemia, tentu asupan makanan juga harus diperhatikan dengan baik ya. Maka dari itu, dr. Diana juga menerangkan tentang bahan makanan Heme Iron dan Non Heme Iron. Jadi Ibu dan ayah perlu tahu juga, bahwa zat besi heme pada sumber-sumber hewani lebih mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan zat besi non heme harus melalui proses dulu, baru diserap tubuh. Dimana peningkat penyerapan untuk besi non heme adalah Asam Askorbat (Vitamin C), Asam Sitrat dan komponen makanan lainnya.

Supaya keluarga tetap sehat dan kuat, serta bebas anemia, aku sendiri sangat memperhatikan asupan makanan anak. Apalagi saat putraku keluar dari rumah, dari situ langsung cek, sumber-sumber makanan apa saja yang memiliki sumber zat besi. Saat nonton webinar, dr Diana juga menerangkan tentang bahan sumber makanan zat besi, mulai dari:
  • Hewani: Daging ayam, daging sapi, daging domba, hati ayam, hati sapi, hati domba, dan ikan salmon.
  • Nabati: Bayam, wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, asparagus, jamur, daun singkong, kecipir, kacang buncis.
  • Bahan makanan sumber Vitamin C: Paprika merah, brokoli, jambu biji, kiwi, cabai, kelengkeng, strobei, blewah, mangga, tomat dan jeruk.
anemia

Maka dari itu upaya penanganan masalah anemia dan gizi berkelanjutan dan terus menerus. dari remaja, ibu hamil, hingga balita. Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan anemia sebagai berikut:
  • Pada remaja putri yang sudah dilakukan yaitu kombinasi antara Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Orangtua, Sekolah dan organisasi.
  • Pada anemia Ibu hamil kerjasama dilakukan dengan Puskesmas, keluarga, masyarakat, fortifikasi makanan, dan antenatal care, serta pemantauan kehamilan.
  • Pada anak bekerjasama dengan Posyandu, Dinas Kesehatan, orangtua, masyarakat dan firtifikasi makanan.
Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa untuk putuskan mata rantai anemia yakni dengan memastikan asupan gizi seimbang, nila asupan didominasi sumber besi non heme pastikan dikonsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Dan fortifikasi makanan merupakan salah satu masalah kurangnya asupan zat besi bisa dengan tepung, biskuit dan susu, serta bisa mematuhi konsumsi tablet tambah darah.

Peran Danone Indonesia dalam intervensi nutrisi dan kesehatan

danone-indonesia
Program Danone Indonesia

Mengingat pentingnya nutrisi dan kesehatan, terutama dengan masalah anemia. Danone Indonesia juga ikut berperan untuk masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan produk-produk bernutrisi. Danone memiliki komitmen untuk mewujudkan "One Planet, One Health", yakni kesehatan planet berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Sebagai perusahanaan makanan Danone ingin menjadi yang terdepan dalam revolusi makanan, yakni sebagai sebuah gerakan yang bertujuan untuk memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum yang lebih sehat dan berkelanjutan. Bahkan Danone juga memiliki tujuan di tahun 2030 yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 PBB.

Danone Indonesia memiliki program "Bersama Cegah Stunting", yang merupakan upaya pencegahan stunting Danone Indonesia yang mengintegrasikan program unggulan untuk mendukung intervensi nutrisi yang spesifik dan mengurangi stunting di Indonesia. Banyak juga mitra utama dari pemerintah dan organisasi terkemuka. 

Danone Indonesia melihat masalah gizi bukan hanya faktor uang, tapi juga kurangnya pengetahuan tentang gizi. Maka dari itu Danone bekerja sama dengan mitra untuk bisa meningkatkan kesehatan. Ada beberapa program, seperti: 
  • Gerakan Isi Piringku yang mempromosikan konsumsi gizi seimbang dan gaya hidup sehat untuk untuk anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orangtua.
  • Gerakan Ayo Minum Air (AMIRI) merupakan program kolaboratif yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan minum 7-8 gelas air per hari bagi anak sekolah.
  • Warung Anak Sehat yakni memberdayakan ibu-ibu kantin sekolah untuk mengelola kantin sehat  di Sekolah.
  • Aksi Cegah Stunting dengan fokus pada perbaikan sistem rujukan bagi anak-anak gizi buruk dan penguatan peran fasilitas kesehatan, serta memprioritaskan intervensi gizi.
Selain program di atas, Danone Indonesia juga memiliki program untuk mengedukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan melalui:

taman-pintar
Salah satu Wahana Jejak Nutrisi di Taman Pintar Yogyakarta (dokumen pribadi)
  • Generasi Sehat Indonesia (GESID), melalui program ini Danone Indonesia bertujuan pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan dan gizi remaja, pentingnya 1000 hari pertama kehidupan dan pembentukan karakter.
  • Taman Pintar dimana Danone Indonesia telah mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta.
  • Duta 1000 pelangi, dimana dengan memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta.
Semenjak mengenal program Danone Indonesia, aku sendiri mendapatkan banyak wawasan tentang nutrisi, terutam pentingnya minum air, konsumsi susu pertumbuhan, membuat makanan sehat, 1000 hari pertama kehidupan dan tentang Isi Piringku. Sehingga dari edukasi yang didapatkan selama ini, aku aplikasikan di rumah, mengingat anak-anak sedang masa tumbuh kembang. Pernah juga mengunjungi Taman Pintar di Yogyakarta dan main di Wahana Jejak Nutrisi, seru banget dan semakin menambah pengetahuan tentang nutrisi.

Asupan makanan dengan gizi seimbang

makanan-rumahan
Makanan rumah (dokumen pribadi)

Semenjak anak sakit, dan memiliki anak yang beranjak remaja, penting buatku untuk memperhatikan nutrisi dan asupan makanan dengan gizi seimbang. Sehingga tercukupi di masa tumbuh kembang anak-anak. Yang saya lakukan setiap hari adalah:
  • Membiasakan konsumsi sayur dan buah. Kalau anak tidak suka sayur, Ibu harus kreatif dalam membuat menu makanan, sampai akhirnya anak terbiasa makan sayur. 
  • Dalam makanan tentu saja sesuai dengan Isi Piringku ada makanan pokok, lauk pauk, Sayuran dan buah.
  • Minum susu pertumbuhan, mengingat anak masih dalam masa tumbuh kembang, saya melengkapi nutrisi anak dengan minum susu.
  • Minum air 8 gelas setiap hari.
  • Olah raga secara rutin, menghindarkan anak main games, supaya lebih banyak bergerak.
  • Hidup bersih dengan rajin cuci tangan.
  • Mengurangi junk food dan mengganti cemilan anak dengan yang lebih sehat, misal rebus-rebusan ubi dan lainnya.
Karena aku penderita anemia dan sedang program hamil anak ke 3, tentu saja penting memperhatikan asupan nutrisi dan gizi seimbang juga. Maka dari itu beberapa hal di atas, juga aku lakukan, supaya di 1000 hari pertama kehidupan selalu sehat. 

Yuk ah kita sama-sama putuskan mata rantai anemia di keluargaku maupun di Indonesia yang bisa menghambat tumbuh kembang anak dengan pola hidup sehat dan gizi seimbang sebagai solusi untuk menghadirkan Indonesia yang lebih sehat dan kuat.




Sumber tulisan:
  • Tentang Anemia Defisiensi Besi: https://www.halodoc.com/artikel/ini-efeknya-kalau-anak-kena-anemia-defisiensi-zat-besi-yang-perlu-diketahui-ibu
  • Webinar Nutrisi untuk Bangsa: https://www.youtube.com/watch?v=fuYipQ_bdn8

30 komentar

  1. Memutuskan mata rantai anemia jadi tugas kita semua yaa...Senang dengan komitmen Danone untuk mewujudkan "One Planet, One Health", yakni kesehatan planet berkaitan dengan kesehatan masyarakat, mengingat anemia,stunting dan lainnya bisa mengancam masa depan anak-anak kita

    BalasHapus
  2. Anemia defisiensi besi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak dan kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Anemia bisa menyebabkan anak mengalami gejala merasa lelah, lemas, hingga sesak napas.

    Duh, edukasi semacam ini kudu nyampe ke semua ortu ya.
    Supaya generasi Indonesia sehaaattt dan merdeka dari anemia!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan kalau sudah anemia itu anak jadi kurang semangat dan bikin ga fokus

      Hapus
  3. Ngemutin barang itu dapat mengindikasikan ada gangguan yang disebut ADB, Mbak?

    em, em,...jadi mulai nginget nginget nih, anak-anak waktu kecil, akdang suka nemepelin barang-barang juga ke mulut, tapi ya gak sering banget sih. Sehat sehat semua ya, Mbaaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artikel yang aku baca seperti itu dan memang sesuai yang dialami, jadi entah kenapa anak suka banget gemukin sendal, itukan berdebu ya

      Hapus
  4. Sedih banget pasti ya kalau anemia sampai opname begitu. Semoga selanjutnya sekeluarga sehat selalu, ya

    BalasHapus
  5. Duh sedih ya kalau anak kena anemia. Semoga sehat selalu putranya ya Mbak Lis, Mbak Lis juga, semoga sehat selalu.

    BalasHapus
  6. Anemia bahaya ya teh. Kasus hb rendah sering dialami anak yg baru mulai mpasi juga. Dulu dsa aku memberikan zat besi. Ku pikir ngapain pakai itu sgala deh, dari makanan cukup. Setelah tau, ya Allah memang penting banget utk mencegah anemia karena bb tidak signifikan naiknya pas anakku dulu...
    Moga sehat2 slalu smuanya yaa teh

    BalasHapus
  7. Ternyata makanan ngaruh juga ke semua hal ya mbak. Anemia memamg ngak boleh dianggap sepele.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba ngaruh banget, buat yang punya anemia, seharusnya kopi teh juga dikurangi kalau perlu dihindari

      Hapus
  8. Ngilu saya mbak, mbayangin anak usia 1 tahun harus menjalani tranfusi darah. Sebuah pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran ya, agar tak terulang lagi.

    BalasHapus
  9. Astaghfirullah, Hb sampai 5,7 mbak? Ini Dimas kan ya waktu masih kecil.
    Alhamdulillah bisa segera transfusi darah dan dia tumbuh sehat sampai sekarang.
    Anakku, Uno, anemia juga mbak. Hasil tesnya Hb 9. Sekarang ku beri tambahan suplemen zat besi. Semoga yaa bisa normal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba Dimas Waktu kecil, waktu setahunan usianya pas kejadian itu. Entahlah kalau ga sempat tranfusi apa yang akan terjadi.

      Hapus
  10. Anemia ternyata fatal ya akibatnya, bisa stunting dan mengganggu pertumbuhan anak...aku deg-degan baca pengalaman anakmu say...

    BalasHapus
  11. Gerakan isi piringku ini tentunya sangat membantu banget dan juga bisa Salah satu cara mengatasi anemia diferensiasi besi juga

    BalasHapus
  12. kekurangan zat besi ternyata bisa berdampak ke anemia jugga ya mba.. dan susah kalau udah anemia bisa merembet ke mana2. Nutrisi seimbang solusi paling benar untuk memastikan asupan zat besi terpenuhi ya..

    BalasHapus
  13. Ciri-cirinya terlihat sangat umum yaa, kak.
    Tapi penting diperhatikan adalah saat kak Lis bilang pengalaman pribadi. Anak-anak memang kerap naik-turun perilakunya dan ini penting banget terus diamati dari hari ke hari untuk menghindari ADB.

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah kayaknya selama hamil belum
    Pernah anemia dan semoga saja seterusnya sampai melahirkan. Ngeri juga ya akibatnya.

    BalasHapus
  15. Ini jadi inget pepatah ortu, segala penyakit itu berawal dari perut. Dan termasuk anemia ya. Kurang gizi dari asupan makanan ke perut bisa bikin anemia. So, untuk bisa terhindar dan memutuskan mata rantai anemia, yang paling tepat adalah dengan makanan bergizi. Jika pada akhirnya masih kurang, diberikan suplemen tambahan.

    BalasHapus
  16. Banyak juga ya mba masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan dari kekurangan zat besi ini. Kebayang deh sedihnya dirimu ketika si kecil yang baru satu tahun harus ditransfusi darah gitu yaa...

    BalasHapus
  17. Kalau bukan kita yang putus rantai Anemia, siapa lagi?
    Itu yang selalu saya dengungkan di telinga apalagi punya anak perempuan 2 orang ini

    BalasHapus
  18. Kalau saya keponakan yang mengalami anemia. Anak laki-laki, udah 3 kali opname bahkan harus transfusi darah. Tapi alhamdulillah pas dewasa ini sehat dan prestasinya menggembirakan. Beneran faktor nutrisi berpengaruh sampai akhirnya dia bisa ngejar tumbuh kembang sesuai usianya. Sekarang kuliah di UGM. Alhamdulillah, anemia bisa dilawan.

    BalasHapus
  19. Ya Allah adek kasihan banget, mba Lis terimakasih sudah membagi pengalamannya semoga aku bisa jadi ibu yang baik nantinya agar anak tercukupi kebutuhan gizi dan semuanya aamiin

    BalasHapus
  20. Ya Allah mbak jadi pengen nagis lihat si kecil sakit gitu. Semoga Mak sekeluarga selalu sehat. Semoga tak terulang lagi derita anemia. Terima kasih sudah berbagi pengalaman. Reminder banget ini buat aku agar selalu waspada dengan anemia.

    BalasHapus
  21. Aku koq jadi pilu liat si kecil di transfusi Mba. Kebayang rasanya Mba Lis waktu itu kaya gimana. Aku sendiri juga kurang darah ketika hendak melahirkan akhirnya harus transfusi deh.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.