Belajar Literasi Media dan Digital Bersama Tular Nalar

tular-nalar

[Lifestyle] Di era digital ada istilah "jempolmu, harimaumu". Yup, hati-hati dengan jempol, jangan asal pencet, jangan asal kirim, tapi ternyata hoax. Sudah sejak lama di grup-grup Whatsapp suka banyak yang asal share berita-berita meresahkan dan ternyata hoax. Ditegur baik-baik, eh marah. Keselkan? Maka dari itu penting banget literasi media dan digital untuk dipahami. Dan kini ada solusi bersama Tular Nalar.

Cara berpikir kritis bersama tularnalar.id

Banyaknya isu-isu, pemberitaan di luar sana harus membuat kita berpikir kritis. Jangan hanya baca judul, langsung mengiyakan. Padahal isinya belum tentu seperti itu. Apalag kalau mendapat berita, misal tentang kesehatan jangan asal langsung disebar, tapi harus bijak dengan mencari tahu sumber dan kebenarnya. Jangan sampai sudah dishare kemana-mana, ternyata hoax. Itu sih bikin masalah dan cari penyakit namanya.

Saya sendiri bukan sekali dua kali mendapat berita di grup, apalagi di masa-masa pandemi, tapi setelah dicek ternyata HOAX. Langsung deh dishare kebenarnya. Eh tapi ternyata pendapatnya beda-beda. Ada yang mendukung untuk tidak menyebarkannya lagi karena berita bohong. Ada juga yang jawab "ya biar kita hati-hati saja". Iya hati-hati, tapi kalau sumbernya tidak jelas mah namanya mencelakakan. Apalagi kalau dishare ke orangtua yang memang tidak tahu apa-apa tentang dunia digital. Mereka pasti langsung percaya saja.

Jadi, sekarang ini di era digital, harus hati-hati banget dengan jempol. Usahakan untuk mencari sumber-sumber terpercaya. Jangan malu untuk bertanya kepada yang sudah paham. Atau kalau perlu kita bisa laporkan kalau mendapatkan informasi bohong yang sangat meresahkan. 

tular-nalar

Maka dari itu masyarakat penting sekali belajar tentang literasi media dan digital. Dan kini telah hadir solusinya, yakni belajar bersama tularnalar.id, yang pada 4 Maret 2021 kemarin resmi diluncurkan melalui konsep "Dunia Virtual Reality Tular Nalar" dengan tema galeri seni karya anak bangsa. Jadi, peserta yang hadir dalam presscon ini mendapatkan VR Card Board, lalu mendownload aplikasi Tular Nalar. Dari situlah kami menonton peluncuran situs tularnalar.id.

Bukan sekadar paham, Tular Nalar dorong cara berpikir kritis

Tular Nalar merupakan sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh MAARIF Institute, mafindo, Love Frankle, yang didukung oleh Google.org. Kehadiran Tular Nalar ini mengingat distribusi HOAX sudah menjadi masalah serius di Indonesia. Apalagi dengan berkembangnya media sosial, sehingga penyebaran HOAX menjadi susah dikendalikan. Maka dari itu, Tular Nalar berkomitmen untuk menghadirkan materi pembelajaran yang seru untuk melatih kemampuan berpikir kritis yang dapat diakses dengan mudah oleh semua orang. 

tular-nalar

Tular Nalar juga diciptakan untuk membantu meredam laju infodemik yang ramai beredar di masayarakat. Dengan hadir berbentuk portal pembelajaran online, yang dilengkapi dengan berbagai materi mengenai cara berpikir kritis, dan bisa diaplikasikan di dunia nyata. Materi pembalajaran ini tentunya diberikan dari para ahli literasi media dan digital, sehingga bisa bersama-sama mencari tahu kebenaran dari suatu berita dan tangguh melawan HOAX.

Sejak pertengahan 2020, KonsorsiumTular Nalar sudah melatih 26.700 guru, dosen, dan guru honorer di 23 kota yang ada di Indonesia tentang cara mengidentifikasi dan memerangi misinformasi. Tentunya selain dengan membekali keterampilan literasi media yang relevan. Maka dari itu, untuk mengjangkau yang lebih luas, situs tularnalar.id diluncurkan. Situs ini juga bisa diakses oleh siswa, guru, dosen, hingga masyarakat umum supaya bisa berpikir kritis. 

Dengan perkambangan intrernet saat ini, masyarakat Indonesia sangat penting sekali memiliki keterampilan yang tepat guna dalam memahami apa yang mereka konsumsi secara daring, entah dari artikel berita, maupun permintaan informasi pribadi. Apalagi di masa pandemi, dunia digital dipenuhi dengan misinformasi dan disindormasi yang berkaitan dengan dunia kesehatan.

Seperti yang diungkapan Samuel A Pangerapan, selaku Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bahwa sebagaimana data yang ada, sejak Januari tahun 2020 hingga januari 2021 ada sekitar 1500 hoax tentang Covid 19, terbayang berapa kerugian dan kekacauan yang terjadi di masyarakat yang mungkin termakan oleh hoax. 

Maka dari itu, adanya tularnalar.id ini menjadi solusi tepat, supaya masyarakat makin cerdas dalam menerima informasi. Ryan Rahardjo selaku Head of Public Affairs Southeast Asia, Google bahwa memerangi misinformasi dan disinformasi daring terus menjadi tantangan penting dan prioritas utama bagi Google. Kami berharap peluncuran situs Tular Nalar ini dapat membantu mengasah cara berpikir kritis masyarakat agar terhindar dari misinformasi dan disinformasi terutama terkait Covid 19.

tular-nalar

Di situs tularnalar.id ada fitur belajar online dan untuk pengajar. Saat klik belajar online, disini banyak sekali materi yang bisa dipelajari juga. Untuk pembelajaran interaktif ada beberapa hal yang bisa dilakukan, mulai dari menyaksikan video tematik tular nalar, memahami deskripsi dari setiap tema dan menyelesaikan kuis dari setiap tema. Untuk pengajar sendiri berisi materi kurikulum yang dirancang dan didukung oelh mitra-mitra Tular Nalar yang berkomitmen dalam melawan hoax di era digital. Ada beberapa materi mulai dari:
  • Berdaya internet
  • Internet dan ruang kelas
  • Internet dan kesehatan
  • Menjadi warga digital
  • Internet dan keluarga
  • Internet damai
  • Internet dan siaga bencana
  • Internet merangkul sesama
tular-nalar

Menarik bukan materi-materinya? Tentu ini bisa dipelajari dan diaplikasikan di dunia nyata. Nah, buat yang penasaran dan ingin belajar literasi media dan digital bersama Tular Nalar bisa langsung cek:
Yuk berpikir kritis dan belajar literasi media dan digital bersama Tular Nalar, supaya bukan sekedar paham.

1 komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.